Lembar-42

1.9K 308 67
                                    

Menunggu hanya itu yang dapat Hyunjin lakukan sejak dua jam yang lalu, segala cara sudah di lakukan untuk membunuh bosan dari main Vidio game hingga hampir tertidur saat jam menunjukan pukul dua belas lewat lima belas menit.

Matanya bahkan hampir tertutup sempurna kalau saja telinganya tidak menangkap deru mesin mobil yang langsung membuatnya terjaga. Hyunjin buru-buru bangun dan berdiri sampai lupa hal tersebut hampir membuatnya jatuh terjerembab sebab pandangan nya yang langsung menghitam.

Hyunjin berpegangan pada meja di hadapannya, hampir saja kepalanya membentur pada meja itu kalau saja tangannya yang tidak cekatan menahannya lebih dulu.

Tangannya lalu terulur mengusap beberapa kali kelopak matanya hingga dirasa penglihatannya membaik, Hyunjin berlari ketika mendengar suara tombol pintu di tekan tidak lama Nakyung muncul di balik pintu.

Wanita itu terkejut kala mendapati anak sulungnya yang ada di hadapannya dengan penampilan yang tidak begitu baik, rambutnya bahkan berantakan dengan wajah yang terlihat sedikit bengkak.

"Kenapa belum tidur?" Nakyung memakai sendal rumahnya lalu masuk dan mengusap rambut berantakan anaknya.

Hyunjin membalik badannya saat Nakyung melewatinya begitu saja, wanita paruh baya itu menuju dapur menuangkan air lalu meminumnya hingga tandas.

"Ada masalah?"

"Huh?" Wajah Nakyung terlihat bingung, namun hanya sebentar wanita itu bisa mengontrol ekspresi nya, kini dia tersenyum di hadapan anaknya sampai ujung matanya mengerut.

"Tidak, hanya saja pekerjaan Ibu sedang banyak."

Nakyung menarik kursi di meja makan mendudukan tubuhnya disitu, tubuh nya terasa begitu lelah belum lagi hatinya yang berantakan. Sungguh hari ini begitu buruk baginya.

"Maksudku, tentang Taehyung. Apa ada masalah?"

"Tidak. Dia baik-baik saja." Nakyung berpaling dari pandangan Hyunjin membuat anak itu semakin curiga.

Mengenal Nakyung seumur hidupnya membuatnya terlalu hafal dengan sifat sang Ibu, ada yang di sembunyikan dan itu langsung terbaca oleh Hyunjin.

"Ibu masih tidak bisa berbohong padaku."

"Apa maksudmu nak."

"Katakan saja, bukankah aku ini kembarannya?"

Nakyung menarik napas panjang, menarik satu lagi kursi yang ada di sebelah Hyunjin memberi tanda untuk anaknya agar duduk di sebelah nya.

"O' kenapa wajah mu pucat nak, apa kamu demam? Ada yang sakit?" Nakyung mengulurkan tangannya hendak memegang dahi Hyunjin tapi anaknya lebih dulu menghindar.

"Ibu baru sadar padahal sejak tadi aku di hadapan ibu. Jadi apa masalahnya berat?"

Nakyung menurunkan tangannya, meremasnya begitu perasaan nya mulai beradu. Wanita itu bahkan tanpa sadar mengigit bibir bawahnya sungguh dia sangat gelisah di buatnya.

"Taehyung tau."

Menarik napas panjang, Nakyung memberanikan diri menatap mata sayu Hyunjin. Rasa berat untuk berucap seketika hilang ketika Hyunjin lagi memberikan tatapan menuntutnya, menunggu Nakyung untuk menyelesaikan ucapannya.

"Ayahmu, menceritakan semuanya pada Taehyung."

Satu air mata lalu jatuh tanpa permisi di pipi Nakyung, perasaan sesak kembali menerpa hatinya. Mengingat kembali perkataan Taehyung yang sungguh lebih mematikan dari racun sekalipun.

"Aku benci Ibu!"

Nakyung memejamkan matanya sekali lagi menahan tangisnya agar tidak lagi pecah apa lagi sekarang Hyunjin ada di hadapannya.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang