Lembar-25

2.6K 262 80
                                        

Pagi ini Taehyung terbagun dengan wajah yang lebih cerah dibanding hari kemarin, kondisinya sudah membaik lukanya sudah cukup mengering meski masih meninggalkan sakit bila di gerakan berlebih.

Tapi itu bukan menjadi masalah besar di saat kakinya yang kerap merasakan kesemutan. Dokter menyarankan untuk rajin menggerakkan kakinya agar tidak kaku tapi Taehyung belum melakukan itu karena percayalah daya tarik kasur cukup besar untuk saat ini.

Taehyung memilih untuk berbaring lebih lama guna mengisi kembali daya baterainya masih di temani oleh Jimin.

Sedangkan Siwon pagi-pagi sekali sudah ijin akan menemui dokter dan Jimin ada di ujung sofa masih asik tertidur, anak itu semalam bergadang karena hari ini libur jadi bisa menemani Taehyung seharian.

Taehyung bangun dari tidurnya, mengambil ponselnya yang terletak di samping kasur, memeriksa beberapa notifikasi, dan tersenyum saat ada nama Jungkook disana.

Beberapa panggilan tak terjawab juga satu pesan singkat yang mengatakan kalau Jungkook akan menjenguknya siang nanti, sekalian membawa Kakaknya yang katanya worldwide handsome.

Taehyung jadi penasaran setampan apa Kakaknya Jungkook itu kalau sampai mendapat gelar yang luar biasa dari banyak orang.

"Kenapa tidak membangunkan ku." Suara Jimin menghentikan aktivitas Taehyung yang tadinya ingin bermain PSP pemberian Hyunjin.

"Sengaja, kau terlihat begitu lelah sekali."

Jimin menghampiri Taehyung dengan wajah agak bengkak karena bangun tidur anak itu lalu duduk di sebelah ranjang Taehyung.

"Aku sulit tidur karena sakit perut semalaman."

Taehyung menaruh PSP putih di atas pangkuannya, lalu memperhatikan Jimin dengan seksama.

"Kau terlihat pucat, apa tidak sekalian periksa saja? Akhir akhir ini sepertinya kau sering sakit perut."

Jimin menggaruk tengkuknya, lalu tersenyum canggung. "tidak perlu, ini karena kesalahanku aku memakan banyak ramen pedas jadi perutku sakit. Salahkan paman Shindong yang menghadiahkan satu dus ramen karena aku rajin membantunya."

"Harusnya itu bisa kau habiskan selama berbulan bulan bukannya di habiskan langsung dengan kuah yang pedas dengan porsi yang banyak." Taehyung menasehati lalu memangku tangannya yang sakit, melihat perban yang masih melilit, lalu kembali menatap Jimin.

"Jim, kapan Bibi Shin akan kemari?"

Jimin berpikir sejenak, bibinya begitu sibuk berjualan kue. Jadi seperti nya Tidak akan cukup waktu untuk menjenguk Taehyung di rumah sakit.

"Entahlah ada apa memangnya?" Tanya Jimin penasaran, pasalnya Taehyung jarang sekali menanyakan bibinya itu.

"Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, kakak bilang bibi Shin yang mendonorkan darahnya untukku."

Jimin mengerutkan keningnya, mengingat pembicaraan Paman dan bibinya semalam, bibinya merasa bersalah karena tidak bisa menolong Taehyung bahkan Bibinya sempat menangis di hadapannya juga Pamannya.

"Sepertinya bukan bibi Shin yang mendonorkan darahnya untukmu, karena setahu ku saat itu bibi Shin tekanan darahnya rendah dan tidak bisa mendonorkan darahnya untukmu."

Taehyung memajukan posisi duduknya lebih dekat dengan Jimin. "Jadi kalau bukan bibi Shin siapa orang yang mau mendonor kan darahnya untukku."

Jimin mengangkat bahunya dengan ekspresi wajah acuh, dirinya memang tidak tau tentang hal itu. Jadi pada akhirnya Jimin memberi saran kepada Taehyung untuk bertanya langsung kepada Siwon.

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang