Selamat membaca!🍂
Gress kini tengah berbaring diatas kasur queensize miliknya, huh sepi rasanya ketika tidak ada orang dirumah. Ralat, hanya ada Mang ujang dan juga bi Num yang menjaga rumahnya. Kedua pasutri itu mungkin sudah tidur di kamar mereka. Vani, mama Gress tidak pulang dikarenakan butik nya di Tangerang sedang naik daun.
Gress berbaring dengan sesekali berguling kesana kemari untuk mencari posisi nyaman. Karena terbakar kebosanan, Gress lebih memilih membaca buku novel yang baru-baru ini dia beli.
Saat sedang asik membaca novel, pikirannya tertuju pada hoodie milik Deral yang menggantung dibelakang pintu kamarnya. Gress lupa mencuci hoodie itu apalagi besok harus dikembalikan.
Dengan cepat, Gress turun dari kasurnya menyambar hoodie itu dan berjalan ke tempat cucian.
Saat sedang asik menunggu mesin cuci yang sedang membasuh hoodie milik Deral, Gress dikejutkan dengan tepukan di bahunya.
"Astaga, jangan-jangan ada maling. Huh panci mana panci, sapu,centong. mama Gress takut!" Gumam Gress dengan memejamkan matanya kuat
"Non!" Suara bik Num membuyarkan pemikiran Gress tentang mahluk halus sampai merembet ke maling. Jauh sekali hubungannya.
Wajah Gress cemberut,"ih bik Num, Gress kira maling tau"
Bik Num terkekeh,"non ngapain malam-malam disini?!" Tanya bik Num heran
"Oh iya, ini Gress lagi cuci hoodie kakak kelas Gress yang baikkkkk banget ngasih pinjem hoodie nya buat Gress" jawab Gress
"Kayaknya Gress harus ralat deh, kakak kelasnya galak bik" namun sayang, ucapan itu mengerem ditenggorokannya jadi hanya bisa terpendam saja.
"Yaudah non ke kamar aja. Biar bibi yang lanjutin" tawar bik Num
Gress menggeleng,"eh gausah bibi balik aja kekamar. Biar Gress aja, Gress bisa kok!"
"Engga non, ini udah masuk jam non tidur. Gih sana, biar bibi yang cuci. subuh nanti bibi setrikain yah!" Ujar bik Num
Gress menguap tanda mengantuk, dan memeluk bik Num yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri dan yang mengurusnya ketika masih bayi ketika sang ibu sibuk dengan urusan duniawi.
"Aaa Makasii bibi Gress sayang, good night!" Ujar Gress dengan mata merem melek menahan kantuk.
Bik Num mengangguk, dan mengusap belakang kepala Gress yang sudah dia anggap anak sendiri.
"Selamat tidur juga non," jawab bik Num
Gress segera naik ketangga dan mulai membaringkan tubuhnya kekasur, tak lama rasa kantuk pun menyerang dan diapun terlelap dalam mimpi.
■■■■■
Disisi lain, Deral tengah berbaring dikasur kingsize miliknya dengan pandangan yang menatap atap kamarnya seolah pikirannya menerawang jauh.
Dirumah sebesar ini yang tidak pantas disebut rumah karena bangunan ini layaknya istana seperti di kisah-kisah dongeng pangeran.
Di mansion ini dirinya hanya tinggal dengan puluhan pembantu, satpam, dan juga tukang kebun.
Orang tuanya jarang berada dirumah dikarenakan sibuk dengan urusan pekerjaan yang membuat mereka lupa bahwa mereka masih mempunyai tanggung jawab yaitu anak.
Deral hanya diberi uang yang selalu ditranfer orang tuanya pada rekening Deral, uang mungkin terbilang lebih namun kasih sayang? Deral rasa hanya 0.
Mereka sesekali menelpon Deral, namun Deral hanya cuek dan enggan menerima telpon dari orangtuanya. Dan inilah kenapa, dirinya tumbuh dengan sikap galak judes dan galak. Dirinya muak karena seolah tidak dianggap dan orangtuanya menganggap bahwa uang dapat membeli kasih sayang, sungguh pemikiran yang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Girl (END)
Teen Fiction•Manja •Polos •Lucu •Imut •Mungil •Cantik Kata-kata itu melekat pada gadis bernama Gressya Aurelidya B. dia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sesosok Deral Brata Antapadi. __________________ •Galak •Cuek •Judes •Tampan •Tegas kata-kata itu...