3.8 || Pergi

15.8K 1.2K 43
                                    

Selamat  membaca!🍂

Freedy dan Vani yang tengah berada didapur pun terkejut ketika mendengar suara pecahan gelas dari lantai atas. Mereka takut terjadi sesuatu pada anak-anak mereka.

"Yah, ada apa?" Tanya Vani panik

"Ayah enggak tahu ma, kita chek aja" ajak Freedy dan membantu Vani untuk berjalan meski lama karena masih menggunakan kruk

Disisi lain, Gefa yang tengah bertelponan dengan Fisa terkejut ketika mendengar suara benda terjatuh terlebih itu didekat pintu kamarnya.

"Udah yah, aku tutup dulu. Ada perlu sebentar" pamit Gefa dan langsung menutup sambungan telpon.

Saat Gefa sudah membuka pintu kamarnya, dia melihat banyaknya pecahan gelas disertai dengan susu coklat yang berhamburan dilantai

"Gefa, ada apa? Gress mana?" Tanya Vani cemas

"Gefa enggak lihat Gress ma, bukannya tadi masih dimeja makan yah?" Heran Gefa

"Tadi Gress susulin kamu sambil bawa susu coklat. Apa jangan-jangan..." ujar Freedy menggantung

Gefa mematung, apakah Gress mendengar rencananya yang akan pergi ke Singapura menyusul sang kekasih disana?
Tanpa menunggu lama, Gefa langsung mengetuk pintu kamar Gress cepat

"Dek, buka pintunya" ujar Gefa

"Sayang, ada apa? Buka pintunya dulu sini" bujuk Vani

"Gress, putri ayah yang cantik. Buka yah pintunya" bujuk Freedy

■■■■■■

Didalam kamar, Gress sedang duduk di lantai dengan kepala yang ditelungkupkan ditepian kasur. Dia menangis tanpa suara, hanya air mata yang saling beriringan terjatuh diatas pipi mulusnya.

Dia kecewa, marah, sakit, sekaligus tak percaya dengan apa yang akan Gefa lakukan. Gefa berencana pergi? Untuk menemui kekasihnya? Lantas dia bagaimana? Dia tahu dia egois... namun, tidak bisa kah Gefa melihat dari sudut pandangnya bahwa dia masih membutuhkan sosok seorang kakak terlebih baru kemarin dia merasa berkeluarga lengkap!

Saat sedang asik dengan pikirannya, pintu kamar Gress diketuk dari luar. Bujukan demi bujukan sudah Gress dengar dari kedua orangtuanya beserta Gefa yang tak berhenti untuk terus mengetuk pintu

Dia bangkit dari duduknya, bercermin sebentar supaya mereka tidak tahu bahwa dia sehabis menangis. Namun, sia-sia saja. Mata bengkak juga hidung yang merah bukti yang tak bisa Gress hilangkan.

Gress sudah memantapkan hatinya, kemudian dia membuka pintu agar semua orang tidak cemas padanya.

"Akhirnya, kamu keluar juga sayang" ujar Vani lega

"Kamu enggak papa nak?" Tanya Freedy dan Gress hanya menggeleng kecil

"Dek, kamu denger pembicaraan kakak sama kak Fisa?" Selidik Gefa

"Kalau iya kenapa, dan kalau enggak kenapa?" Tanya Gress

"Hufttt.... sebenarnya kakak berencana mau kuliah di Singapura dan juga mengunjungi Fisa disana. Kakak mohon pengertiannya sama kamu dan jangan egois seperti ini" ujar Gefa

Gress mengangkat wajahnya yang tadi menunduk, mata dia membulat sempurna. Apa katanya? Dia egois? Bagian mana yang egois? Bahkan dia belum melakukan apapun

"Kakak bilang Gress egois gitu? Bagian mana? Bagian mana Gress egois hah? .... andai kakak memahami posisi Gress saat ini. Kakak lebih memilih pergi ke Singapura dengan meninggalkan Gress disini?" Tanya Gress tak percaya

"Kakak disana kuliah dek, ngertiin dong" ujar Gefa yang sudah terpancing emosinya

"GRESS ENGGAK NGERTI..... harusnya kakak yang ngertiin Gress. Harusnya kakak sadar bahwa Gress juga masih butuh kasih sayang dari seorang kakak. Kita baru bertemu beberapa bulan yang lalu dan kakak berencana ninggalin Gress begitu? .... oke fine, jika kakak mau kuliah! Bisakah di universitas Indonesia? Disini juga tidak kalah bagus dengan negara-negara orang luar. Kakak tega sama Gress, hiks... Gress masih mau didampingi, dilindungi sama kakak tapi apa? Kakak yang egois disini dengan memilih kekasih kakak yang entah jadi atau tidak menjadi jodoh kakak kelak" ujar Gress dengan air mata yang sudah berceceran keluar. Pertahanannya runtuh untuk tidak menangis

My Cute Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang