Df 29.'sixteen countries'

10.4K 1K 289
                                    

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak setelah membaca ya ❣️ Jangan menjadi pembaca gelap 🖤🤗

Maaf kalau masih berantakan, Bisa dikritik asalkan mendukung❤️

Jangan lupa Bom komentarnya juga yaa🖤🖤🖤🎈🎈🎈See U🖤

•••


Brak!
Brak!
Brak!

"Def, keras"Ucap Atala saat berusaha mendobrak pintu rumah Fedrika. Gemboknya bahkan sudah terbuka.

"Minggir Yah"Ucap Defan membuat Atala mundur beberapa meter dari pintu.

Defan mundur lalu berlari kearah pintu. Dan,

Brak!

Atala dan Defan sama-sama mengibaskan tangannya didepan wajah mereka karena debu yang menyambut kedatangan mereka. Setelah debu itu turun, Defan dan Atala sama-sama masuk perlahan melihat-lihat sekelilingnya.

Walaupun siang hari tetap saja aura mistisnya terasa, ya bagaimana tidak. Rumah yang sudah puluhan tahun tidak ditempati tapi sekarang mereka datangi, dia tidak tau bangsa apa saja yang sudah menempati rumah tua ini.

"Yah, Ayah keatas Defan kesana ya"Tunjuknya pada sebuah lorong kecil.

"Bareng-bareng aja Def"Saut Atala padahal dia takut.

Defan memutar bola matanya malas lalu berjalan perlahan menuju lorong kecil itu. Defan tidak takut sama sekali, bahkan bolos sekolah pun dia tidak takut.

"Woah!"

"Astaga! Apaan sih yah?!"Tanya Defan sewot.

"Sorry Def, laba-laba"Jawab Atala merasa malu pada anaknya sendiri.

Defan berbalik arah saat tidak menemukan apa-apa. Dia berjalan menuju lantai 2, Lantainya sangat-sangat kotor dan keadaan yang sangat kotor membuat Defan harus pintar-pintar memilih udara yang harus dia ambil karena banyak sekali debu.

"Yah, ini kamar Nenek"Ucap Defan tiba-tiba saat melihat pintu merah darah karena dia yakin ini pasti milik Neneknya.

Defan membukanya tanpa meminta persetujuan dari ayahnya, dia masuk lalu melihat-lihat sekelilingnya. Tampak gelap dan menyeramkan, dengan dinding berwarna hitam dan bergaya horor.

"Nice"Gumam Atala bersamaan dengan Defan begitu melihat kamar Fedrika.

Atala berani berjalan jauh dari Defan saat berada dikamar Fedrika saja, entah. Mungkin dorongan dari gaya kamar yang mirip dengan kamarnya dulu.

Defan membuka semua laci-laci disana, Atala malah tengah memandangi foto Fedrika yang begitu cantik dan mempesona. Kalaupun dia hidup ditahun itu, bisa saja dia yang menjadi jodoh Fedrika karena melihat parasnya yang begitu cantik.

Tapi dari sekian banyak foto Fedrika, hanya satu yang membuat Atala yakin kalau sifatnya dan Defan turun dari Fedrika. Wajah yang angkuh dan sebelah tangan memegang pistol berbahaya dan sebelah lagi memegang sebuah ikatan tali seekor serigala hitam berbulu lebat.

"You so beautiful, grand ma"

"Thank you"

"Astaga! Defan!"Omel Atala saat Defan berbisik di telinganya meledek.

Defan tertawa kencang lalu membuka laci dibawah foto-foto itu. Tawa Defan terhenti begitu melihat kotak panjang yang ditumpuk dengan debu. Defan meraihnya lalu membawa kekasur yang sudah sangat usang. Defan meniup debu itu hingga hilang.

"Ini kuncinya dimana yah?"Tanya Defan.

Atala berbalik menghampiri Defan, dia melihat benda itu lalu memegang gemboknya.

D E F A N D R A [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang