Chapter 17. Mendadak Dingin

3K 150 0
                                    

Seperti pagi biasanya, Safina sibuk memasak di dapur. Tiba-tiba tubuhnya terasa hangat ketika seseorang memeluknya dari belakang. Tidak lain itu adalah suaminya. Karena masih kesal, Safina menyingkirkan tangan Bagus.

"Aku lagi masak, Mas. Jangan diganggu."

"Ganggu? Biasanya kamu seneng diginiin. Lagian aku ke sini bukan mau ganggu. Aku mau bantuin kamu masak, sayangku."

"Aku bisa sendiri kok. Kamu mending siap-siap sana."

"Aku udah siap. Aku udah salat, mandi, jadi sekarang tinggal bantuin istriku tercinta ngerjain pekerjaan rumah tangga. Sini aku bantu. Aku kan dulu juga biasa masak sendiri di kontrakan. Biasanya juga kamu seneng kan kalau aku mau bantuin masak. Katanya masakannya jadi lebih enak karena ada bumbu-bumbu romantisnya."

"Kali ini aku pengin masak sendiri, Mas."

"Kamu kenapa sih, sayang? Badmood-nya belom ilang? Sedih banget kalau istri lagi PMS, jadi dicuekin gini."

"Istri? Sejak kapan kamu nganggep aku sebagai istri?"

"Sayang, kok kamu ngomong gitu?"

"Ya buktinya nggak ada foto aku satu pun di akun media sosial kamu. Foto pernikahan kita juga nggak ada. Kamu juga nggak pernah nulis caption yang nunjukin kalau kamu itu udah nikah. Aku aja sering post foto-foto kita dengan caption romantis."

Bagus terkekeh. "Dasar cewek. Perkara media sosial aja selalu dibikin ribut ya. Setelah ini apa lagi, sayang? Kamu mau marahin aku kalau ada foto cewek yang aku like?"

"Mas, aku serius ya. Nggak usah belokin pembahasan." Safina berbalik badan dan menatap Bagus sengit.

"Sayang, emang perlu ya semua hal diumumin ke medsos? Banyak kok pasangan yang nggak pernah posting foto mesra mereka, tapi malah mereka lebih langgeng."

"Seenggaknya tunjukin kalau kamu udah punya istri. Di akun instagram kamu masih banyak foto-foto mesra kamu sama mantan kamu, si Marya itu. Sedangkan foto istri kamu nggak ada. Keterlaluan banget ya."

"Emang kalau mantan harus musuhan, terus hapus semua foto masa lalu ya, sayang? Dulu waktu aku pacaran sama dia, dia nggak masalah tuh aku masih simpen foto-foto mantan di medsosku."

"Jangan pernah banding-bandingin aku sama dia. Lagian itu wajar karena kalian masih pacaran. Ini kita udah nikah. Kamu nggak menghargai perasaan istri kamu kalau kaya gitu. Jangan-jangan kamu masih suka ya sama dia?"

"Aku heran deh. Kenapa sih cewek itu selalu benci sama mantan pasangannya? Kamu tenang aja, sayang. Aku udah nggak ada apa-apa sama mantan-mantan aku. Lagian semua mantan aku itu udah nikah. Nggak ada yang perlu kamu cemburui. Lucu banget sih kamu kalau lagi ngambek gini," jawab Bagus dengan santainya sambil mencubit pipi Safina.

"Aku kesel ya sama kamu. Kamu itu nggak bisa diajak ngomong serius. Setiap aku lagi nanyain hal penting, kamu malah bercanda kaya gini seolah-olah mau ngrayu aku biar aku nggak marah."

"Iya deh, maaf ya, sayang. Sekarang kamu maunya gimana? Kalau kamu mau aku hapus foto-foto ini, aku akan hapus. Sekarang nih di depan kamu biar kamu nggak ngira kalau aku bohong."

Bagus membuktikan ucapannya. Dia benar-benar menghapus semua foto mesranya dengan Marya. Lalu mengecup kening Safina.

"Udah kan, sayang? Udah dong jangan marah-marah lagi. Tuh masaknya belum selesai. Dilanjutin lagi ya? Biar aku bantu masak."

Sebenarnya apa yang dilakukan Bagus tidak cukup membuat Safina lega karena dia masih belum mendapatkan jawaban yang jujur dari Bagus. Namun dia berusaha menahan amarahnya. Bahkan dia belum menanyakan tentang apa yang diceritakan Hendri.

Dengan masih diselimuti rasa kesal, Safina melanjutkan memasak dengan dibantu Bagus. Kali ini tidak ada candaan atau keromantisan seperti biasanya. Meski berusaha membuat Safina tertawa, tetap saja usaha Bagus gagal.

Aku Bukan Pelakor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang