Jangan lupa vote dan komen ya biar author semangat update🤗 Kutunggu komenan kalian🤗
BTW siap² nabung ya... Bulan depan Infinity terbit😁🌹Tawa Safina dan Bagus selama di perjalanan terhenti ketika tiba di depan rumah. Mereka terkejut karena pintu rumah terbuka. Safina pun segera turun.
"Mas, bukannya rumah kita udah kamu kunci? Kok kebuka? Mbak Marya pulangnya besok, kan?"
"Harusnya sih iya, sayang. Coba kita lihat ke dalem."
Dengan menenteng tas yang dibawa bulan madu ke Pangandaran, Safina dan Bagus melangkahkan kaki secara perlahan untuk masuk ke rumah. Baru saja tiba di ambang pintu, Marya muncul dengan melipat tangan dan tatapan menusuk. Safina dan Bagus saling bertukar pandang.
"Marya, ka-kamu udah pu-pulang?" tanya Bagus terbata-bata.
"Udah. Kenapa? Kaget? Udah puas liburannya sama istri kesayangan?" Marya melempar tatapannya ke Safina. Sementara Safina tetap bergeming.
Marya maju dan menunjukkan foto-foto kemesraan Safina dan Bagus di pantai.
"Itu foto dari mana? A-aku bisa jelasin semuanya." Bagus berusaha meraih tangan Marya.
"Nggak perlu! Aku kecewa sama kamu. Mana katanya mau adil? Baru ditinggal dua hari udah kelayapan sama dia."
"Kamu nyuruh orang buat mata-matain aku?"
"Enggak lah. Kurang kerjaan banget. Aku nggak tahu dan nggak peduli siapa yang ngirim foto-foto ini. Seenggaknya karena dia aku bisa tahu kelakuan kalian di belakang aku. Dasar pelakor! Licik!" Marya hendak menampar Safina. Namun dengan sigap tangan Bagus menepisnya.
"Cukup! Jangan pernah berani menampar Safina!" bentak Bagus.
"Udah salah masih berani belain dia?"
"Safina nggak salah apa-apa. Aku yang ngajak dia pergi, bukan dia yang minta. Emang salah aku pergi sama istriku sendiri? Dia juga istriku, bukan wanita lain. Itu adalah hakku untuk pergi dengan istriku yang mana saja. Yang penting kan aku nggak selingkuh dengan wanita lain di luar sana."
"Tetep aja ini salah! Kamu nggak bilang dulu sama aku. Kan aku yang ngajak kamu liburan, kenapa malah dia yang kamu ajak liburan? Pilih kasih banget sih kamu, Mas."
"Safina berhak untuk itu. Selama menikah sama aku, dia nggak pernah minta apa pun, nggak pernah nuntut apa pun, nggak pernah manja berlebihan. Jangankan ngajak liburan, ngajak shopping aja dia nggak pernah. Dia wanita sederhana yang nggak pernah mau menghabiskan uang suaminya untuk hal-hal yang nggak penting. Dia malah selalu ngajarin aku untuk nabung. Sedangkan kamu kerjaannya shopping terus, jalan-jalan terus. Aku itu seperti ATM berjalan buat kamu. Dari kita pacaran sampai nikah kamu nggak pernah berubah. Selalu aja boros!"
Jawaban Bagus membuat Marya terbelalak. "Kita pacaran udah lama. Selama ini kamu nggak masalah dengan sifat aku. Kenapa baru sekarang ngeluh? Ini cuma alesan kamu aja kan karena sekarang ada perempuan ini? Aku yakin dia nggak sebaik itu. Dia cuma mau cari muka aja sama kamu."
"Aku kenal Safina. Aku tahu gimana dia. Dia emang bener-bener beda sama kamu. Wajar kalau aku lebih nyaman sama dia daripada sama kamu."
Safina maju dan berdiri di antara Bagus dan Marya. Dia berusaha melerai mereka.
"Udah, Mas, Mbak. Jangan ribut terus. Kenapa sih kalian selalu ribut cuma gara-gara aku? Mbak Marya, aku minta maaf kalau aku bikin kamu marah dan cemburu. Setelah ini kamu bebas kok mau liburan sama Mas Bagus ke mana aja dan berapa lama. Aku nggak akan ikut. Aku nggak akan ke mana-mana lagi sama Mas Bagus."
"Sayang, kamu jangan gitu. Kamu jangan ngalah terus dong. Kamu itu juga istriku. Kamu juga berhak atas uangku. Selama ini kamu cuma gunain uangku buat belanja kebutuhan dapur. Aku nggak mau kaya gitu, sedangkan Marya selalu makai uangku untuk foya-foya."
"Stop! Malah bikin drama di depan aku lagi. Udah deh nggak usah bangga-banggain Safina terus, Mas. Aku muak dengernya!" Marya menyela.
"Terserah lah. Aku capek. Mau mandi." Bagus masuk, mengabaikan kemarahan Marya.
Safina hendak menyusul Bagus, tetapi Marya menghadangnya.
"Mau ke mana? Urusan kita belum selesai."
"Mau apa sih, Mbak?" tanya Safina dengan santai.
"Maksud kamu apa kaya gitu? Licik banget sih! Mentang-mentang aku lagi pergi, terus kamu bisa berduaan sama Mas Bagus? Pasti kamu sengaja kan merayu Mas Bagus buat ngajak kamu jalan?"
"Mbak nggak denger kata Mas Bagus tadi? Bukan aku yang minta, itu inisiatif Mas Bagus sendiri. Aku nggak perlu bermain curang untuk bisa dapet kasih sayangnya Mas Bagus. Nggak seperti Mbak."
"Lancang kamu ya! Aku nggak pernah bermain curang!"
"Oh ya? Aku nggak bodoh kok, Mbak. Lagian Mbak kenapa harus cemburu? Mas Bagus kan pergi sama istrinya. Wajar dong. Toh dia nggak pergi sama wanita lain. Coba kalau Mas Bagus jalannya sama wanita lain, pasti Mbak akan ngerasain lebih sakit dari ini."
"Mas Bagus nggak akan nglakuin itu. Dia itu setia sama aku. Aku nggak akan biarin dia diambil wanita lain, terutama kamu. Aku akan bikin Mas Bagus lebih sayang sama aku."
"Aku juga nggak merasa merebut suami orang dan aku nggak peduli sama apa pun yang Mbak lakuin. Udah ya aku mau istirahat, Mbak. Capek. Aku kan baru menikmati honeymoon sama Mas Bagus. 48 jam full sama suami tercintaku, tanpa ditinggal kerja dan tanpa berbagi waktu dengan wanita lain," ujar Safina sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Marya.
Telinga Marya terasa panas seolah mengepulkan asap. Apalagi melihat ekspresi wajah Safina yang sepertinya sengaja mengejeknya.
Semenjak hari itu Marya selalu terlihat murung. Dia jarang bicara. Apalagi marah-marah. Hal itu membuat Safina dan Bagus bingung. Bagus pun merasa bersalah dan menyesal.
Sore itu ketika Marya sedang duduk sendiri di balkon, Bagus mendekatinya. Sementara Safina memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Sayang, kamu kenapa? Masih marah ya sama aku?" tanya Bagus sembari berlutut dan memegang tangan Marya.
"Enggak kok." Marya menghapus air matanya yang terus menetes sejak tadi.
"Maafin aku ya, sayang. Aku bukan bermaksud nggak adil. Maaf juga atas kata-kata aku yang nyakitin kamu. Aku cuma pengin kamu berubah. Nggak boros dan egois terus."
Marya hanya mengangguk. Bagus mempererat genggamannya.
"Jawab dong, sayang. Aku sedih kalau lihat kamu sedih gini." Bagus mencium tangan Marya dan menyeka air mata istrinya itu.
"Aku bukannya marah sama kamu. Sebenarnya waktu itu ada yang mau aku kasih tau ke kamu, tapi aku malah dapet kejutan duluan dengan dikirimi foto-foto mesra kamu sama Safina."
"Kamu mau ngomong apa, sayang? Sekarang kan aku di sini. Aku akan dengerin."
Bukannya menjawab, Marya justru menangis sesenggukan. Bagus pun langsung memeluknya dan mengusap bahunya.
"Hey, kok nangis? Kamu kenapa, sayangku?"
Marya masih tetap bergeming. Tangisannya semakin menjadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/236568329-288-k65533.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pelakor [END]
RomanceDisaat hati ingin menyepi, datang sosok tak terduga yang datang meminang diri. Meski tanpa diawali jatuh cinta, pernikahan Safina terasa sempurna dengan sosok suami yang perhatian dan penuh kasih sayang. Namun, setelah rahasia besar suaminya terkuak...