Chapter 30. Perdebatan Kedua Istri

1.8K 113 2
                                    

Safina tengah sibuk menyirami tanaman di depan rumah. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan Marya yang keluar dengan penampilan rapi, tidak seperti penampilan Marya biasanya ketika di rumah.

"Mbak, mau ke mana? Mau pergi, ya?"

"Iya dong. Aku mau pergi sama Mas Bagus."

"Ke mana? Kok Mas Bagus nggak ngomong apa-apa sama aku?"

"Ngapain ngomong sama kamu. Kami itu mau pergi berdua. Mas Bagus mau hangout sama temen-temennya. Biasanya temennya kan pada bawa istri. Mas Bagus juga harus bawa dong."

"Tapi kan aku juga istrinya Mas Bagus."

Marya terkekeh. "Kamu nggak ngaca ya? Lihat deh penampilan kamu aja norak. Jangankan buat diajak jalan keluar, Mas Bagus aja mungkin eneg lihat penampilan kamu yang kaya gini. Selalu aja pake gamis sama jilbab gede. Lihat dong penampilan aku. Walaupun berhijab juga, tapi penampilan aku modern, berkelas. Beda sama aku. Penampilan seperti ini yang nggak malu-maluin kalau diajak jalan sama suami."

Safina membisu. Dia masuk tanpa menjawab ucapan Marya. Wanita itu pun tersenyum puas karena berhasil menyakiti perasaan Safina dengan ucapannya.

Cukup lama Marya menunggu, akhirnya Bagus keluar juga. Marya pun langsung menggandeng tangan Bagus.

"Kamu ganteng banget kaya gitu, sayang."

"Kamu juga cantik, istriku sayang."

"Ya udah yuk kita berangkat."

"Mas Bagus!" Panggil Safina

Bagus dan Marya menghentikan langkah mereka dan menoleh ke belakang. Mereka dibuat terkejut dengan penampilan baru Safina yang berbeda dengan biasanya. Dia terlihat lebih cantik dengan pakaian yang modis.

"Aku ikut, Mas. Tenang aja aku udah mengubah penampilan aku. Jadi aku nggak akan malu-maluin kamu di depan teman-teman kamu. Aku juga bisa kan tampil cantik?" ucap Safina sembari tersenyum licik ke arah Marya.

Bagus memperhatikan istrinya dari ujung rambut sampai kaki. Dia mendekat ke arah Safina dan memeluknya.

"Sayang, kamu nggak perlu mengubah penampilan kamu kaya gini. Kamu cantik apa adanya. Kata siapa penampilan kamu malu-maluin aku?"

Safina melepas pelukannya dan menunduk sedih. "Tadi kata Mbak Marya penampilan aku itu norak dan akan malu-maluin kamu kalau diajak jalan keluar. Makanya aku dandan kaya gini. Itu bener, kan? Jadi itu alasannya kamu nggak pernah ajak jalan aku keluar dan aku cuma disuruh di rumah aja?"

Bagus melirik Marya melalui ekor matanya, menahan rasa kesalnya. "Sayang, itu nggak bener. Aku melarang kamu keluar rumah karena aku masih trauma sama kecelakaan waktu itu. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa lagi. Aku mana mungkin malu punya istri secantik kamu. Lagian kamu itu lebih cantik dengan pakaian syar'i kamu."

"Yang bener?"

"Iya, sayangku."

"Eh Safina, maksudnya apa ngomong gitu ke Mas Bagus? Jangan suka fitnah!"

"Mbak, mana mungkin sih aku fitnah Mbak. Mas, kamu percaya kan sama aku?"

"Iya, sayang. Aku percaya. Marya, aku nggak suka ya kamu ngomong gitu ke Safina. Jangan pernah diulangi lagi. Kamu kenapa sih sekarang jahat sama Safina? Kamu jaga dong ucapan kamu."

"Mas, kesabaran aku udah habis. Kamu tiap hari lengket terus sama dia sampai aku dilupain. Katanya mau adil, tapi kamu selalu lebih perhatian sama dia. Kamu terlalu manjain dia. Selalu belain dia."

"Aku itu selalu berusaha adil sama kalian. Aku sayang sama kalian. Nggak aku beda-bedain."

"Halah bohong! Waktu itu aku masih maklumin karena dia baru aja kecelakaan, tapi enggak untuk sekarang. Kecelakaan itu udah sebulan yang lalu, tapi kamu masih aja manjain dia. Aku itu maunya kamu lebih perhatian ke aku!"

Aku Bukan Pelakor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang