Chapter 43. Kebohongan Dibalas Kecerdikan

3.8K 182 3
                                    

Safina tersenyum sinis.

“Jadi selama ini bukan kalian yang membodohi aku, tapi kalian yang dibodohi oleh rencana kalian sendiri. Kalian terjebak dalam sandiwara yang kalian ciptakan. Mas Bagus, makasih karena kamu udah bikin ingatan aku pulih. Asal kamu tau, setiap hari Kak Ayla membantu aku mengingat masa laluku dan aku sendiri mencari barang-barang kenangan kita yang sengaja kamu sembunyikan agar aku tidak mengingat tentang kita. Dengan barang-barang itu, perlahan aku ingat. Lalu waktu kamu ngasih aku kalung di pantai itulah ingatan aku kembali dengan sempurna. Aku teringat waktu dulu aku melihat kalung dengan inisial nama kamu dan Mbak Marya ‘BS’. Kamu mempermudah aku untuk menyelesaikan drama ini secepatnya. Kalau nggak pasti aku akan terjebak lebih lama di sini sama penjahat seperti kalian!”

Bagus dan Marya saling bertukar pandang. Mereka dibuat terkejut dengan cerita Safina.

“Jadi selama ini kamu cuma pura-pura? Sikap dan perhatian kamu selama ini bohong?”

“Ya bisa dibilang begitu. Nggak sepenuhnya sih, Mas. Aku kan juga mau menaati ajaran agamaku dengan bersikap patuh sama suami dan menjalankan kewajiban aku sebagai istri. Aku ikhlas melakukan semuanya dan aku juga ikhlas untuk kehilangan semuanya.”

Bagus mendekat dan hendak memeluk Safina. Namun, Safina mengambil langkah mundur.

“Sayang, aku seneng ingatan kamu bisa kembali. A—aku minta maaf buat semuanya. Aku terpaksa melakukan itu karena Marya. Dia yang punya ide gila itu. Aku sayang sama kamu. Aku nggak bermaksud menyakiti kamu.”

“Kalau kamu benar-benar mencintai aku, kamu pasti akan menolak rencana konyol dia dan kamu nggak akan tega menyakiti aku, tapi kenyataannya kamu memilih membahagiakan dia dan membohongi aku. Kamu sebut itu cinta?”

“Aku menyetujui permintaan dia karena aku pikir itu satu-satunya cara agar aku nggak kehilangan kamu, sayang. Kalau aku ceritain semuanya, kamu pasti akan ninggalin aku. Sejak aku jatuh cinta sama kamu, aku nggak mau kehilangan kamu. Aku nggak bisa.”

“Kalau kamu takut kehilangan, harusnya kamu tau bagaimana cara menjaga perasaanku, Mas. Aku sangat tulus mencintai kamu.” Safina berusaha menghapus air matanya yang mulai jatuh. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan Bagus dan Marya.

“Sekarang kamu lihat sendiri kan mana istri kamu yang tulus dan mana yang enggak? Dia yang kamu bela-belain, yang kamu utamain, yang demi dia kamu rela menyakiti istri kamu, lihat kelakukannya. Dia selingkuh. Dia juga mau ninggalin kamu hanya karena kamu kehilangan pekerjaan. Dia cuma mencintai uang kamu. Sedangkan aku nggak pernah tertarik sedikit pun dengan harta kamu. Bahkan saat aku memutuskan menerima lamaran kamu, aku belum tau gaji kamu berapa. Selama menikah, aku juga nggak pernah minta uang sepeser pun untuk berfoya-foya. Aku nggak pernah ngeluh waktu kita masih tinggal di kontrakan kecil kamu. Apa kamu lupa semua itu? Harusnya setelah kecelakaan itu kamu sadar, bukannya malah menciptakan drama baru lagi dan membuat dosa baru," ujar Safina lagi

“Sayangku, maafin aku. Aku....”

“Stop! Aku nggak mau denger kamu manggil aku kaya gitu lagi. Untuk kamu Mbak Marya, kamu bisa ngerasain sendiri kan sakitnya saat melihat suami kamu selalu bermesraan dengan wanita lain di depan mata kamu? Kamu bisa ngerasain kan nggak enaknya ada orang ketiga dalam pernikahan kamu? Walaupun kamu bilang kamu cuma mencintai uangnya Mas Bagus, aku tau dalam lubuk hati kamu yang terdalam, kamu ada rasa cinta sama dia. Aku bisa lihat kecemburuan kamu setiap kali aku berdua dengan Mas Bagus. Gimana rasanya? Sakit, kan? Kecewa? Seperti itu yang aku rasain dulu! Kamu memang lebih lama bersama Mas Bagus, tapi aku itu istri sahnya dia. Kamu itu cuma pacar. Harusnya kamu ninggalin dia saat kamu tau dia udah menikah,” tegas Safina.

“Enak aja kamu nyuruh aku ninggalin dia. Kan kamu yang pelakor. Nggak tau diri!”

“Kamu yang pelakor, bukan aku. Oke kita pernah sama-sama menjadi orang ketiga, tapi ada perbedaan jelas di antara kita. Waktu aku menikah dengan Mas Bagus yang saat itu masih jadi pacar kamu, aku sama sekali nggak tau soal hubungan kalian. Aku tidak punya niat sama sekali untuk merebut pacar orang lain, tapi ketika kamu menikah dengan Mas Bagus, kamu tau dengan jelas kalau dia udah punya istri. Kamu bukannya pergi dari hidup dia, tapi malah memaksa dia untuk menikahi kamu. Jadi siapa yang pantas disebut pelakor? Yang merebut pasangan orang lain tanpa sengaja atau yang disengaja?”

“Aku bukan pelakor! Aku nggak peduli siapa yang menikah lebih dulu dengan Mas Bagus, yang jelas aku yang lebih lama menjalin hubungan sama dia. Oh aku tau sekarang, kamu sengaja ya selama ini bikin aku dan Mas Bagus ribut untuk merenggangkan hubungan kami? Sekarang kamu puas mendengar dia menceraikan aku?”

“Aku nggak punya niat untuk itu. Allah lah yang menakdirkan semuanya untuk memberi balasan pada manusia-manusia keji seperti kalian. Allah itu Maha Adil. Dia memberi aku petunjuk malam itu. Bersama temennya Kak Ayla, aku berhasil mengikuti Mbak dan mengetahui semua kebenaran tentang Mbak. Bahkan sebelumnya pun Allah udah menunjukkan kuasa-Nya dengan membuat Mbak nggak bisa hamil. Apa Mbak nggak sadar juga kalau itu adalah azab dari Allah karena Mbak udah menyakiti wanita lain? Mbak udah menyakiti seorang istri yang tulus mencintai suaminya.”

Marya tertegun. Lidahnya kelu tak mampu menjawab perkataan Safina lagi.

“Safina nggak salah. Justru dia menyelamatkan aku dari wanita pembohong seperti kamu! Kalau nggak pasti aku akan terus kamu bodohi. Aku emang bodoh udah rela melakukan semuanya demi kamu dan malah menyakiti istriku yang benar-benar mencintaiku.” Bagus tampak menyesal.

“Kamu terlambat, Mas. Kamu baru menyadari semuanya sekarang, tapi saat ini aku udah nggak bisa lagi mempertahankan pernikahan ini. Kamu baru gaji di atas sepuluh juta aja udah hobi selingkuh, gimana kalau gaji kamu ratusan juta? Mau berapa wanita yang kamu koleksi? Pantes aja Allah mencabut pekerjaan kamu karena kamu sudah bersombong diri dengan uang kamu dan mempergunakannya untuk menyakiti istri kamu.”

“Sayang, aku mohon kasih aku kesempatan lagi. Aku kan udah menceraikan Marya. Sekarang aku janji nggak akan ada lagi orang ketiga di antara kita.”

“Aku nggak bisa, Mas. Sesuai janjiku dengan Kak Ayla, aku akan menggugat cerai kamu begitu ingatanku kembali. Aku akan pergi sekarang. Tenang, aku nggak akan bawa apa-apa karena aku juga nggak mau lagi memakai semua pakaianku yang nantinya akan mengingatkan aku dengan kebersamaan kita. Aku juga nggak mau mencium aroma parfum kamu yang selalu menempel di baju-bajuku. Aku mau memulai hidup baru tanpa sedikit pun kenangan tentang kamu.”

Safina melangkah pergi. Bagus berusaha menahannya. Namun, Safina dengan tegas menepis tangan Bagus.

“Safina, jangan pergi. Sayang, kamu harus tetap di sini. Aku nggak mau kehilangan kamu.” Bagus terus merengek.

Aku Bukan Pelakor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang