Siapa nih yang udah lega setelah baca plot twist dan Safina berani ngambil keputusan buat menggugat cerai?😁
Kita sama-sama berdoa aja ya biar kita ga dapet suami kaya Bagus ini. Amit-amit dah😅Gimana? Awalnya ngeselin, tapi pas tau plot twist-nya... Hmmmm😁 Thanks yg udah baca, vote, dan comment🤗 Jangan lupa baca karya-karyaku yang lain dan selalu support author ya biar author semangat nulis dan menghasilkan karya-karya baru yang jauh lebih baik lagi🤗❤️❤️
**
Ayah Bagus melangkah maju mendekati Safina dan orang tuanya.
“Atas nama anak saya, saya mohon maaf kepada kalian. Saya tidak tau apa pun tentang kelakuan buruk anak saya di luar sana. Setelah ini, saya akan berusaha mendidik dia menjadi orang yang lebih baik lagi. Nak Safina, maafin bapak ya,” ucap Pak Rahmat.
“Pak, saya nggak ada masalah apa pun sama Bapak. Bapak dan Ibu adalah mertua yang sangat baik. Kalian selalu memperlakukan Safina layaknya anak kalian sendiri. Safina nggak marah dengan Bapak, Ibu, Kakak, dan semua anggota keluarga kalian yang lain. Safina tetep sayang sama kalian. Safina juga udah ikhlas menerima semua ini,” sahut Safina.
Ibu Bagus memeluk Safina dan menumpahkan air matanya. “Terima kasih selama ini kamu sudah menjadi menantu yang sangat baik, Nak. Ibu sayang sama kamu. Maaf atas apa yang sudah Bagus lakukan dan terima kasih karena kamu masih tetap menyayangi kami. Ibu pun pasti akan selalu menyayangi kamu, Nak. Ibu doakan agar hidup kamu dipenuhi kebahagiaan dan kamu bisa mendapatkan pasangan yang jauh lebih baik.”
“Aamiin. Makasih, Bu.” Safina ikut menangis.
Ibu Bagus melepas pelukannya dan mengusap air mata Safina. “Kamu jaga diri baik-baik, ya. Jangan sedih. Kamu wanita hebat.”
“Iya, Bu. Ibu juga.”
Ibu Bagus memberikan kecupan terakhirnya di kening Safina.
“Kalau begitu kami permisi, Pak, Bu,” pamit ibu Bagus.
“Iya, Bu. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga ya, Bu Mirna,”jawab ibu Safina.
Bagus dan keluarganya pulang dengan wajah tertunduk. Kaki Bagus seperti terasa begitu berat saat hendak meninggalkan Safina. Bahkan dirinya terus saja menoleh ke belakang, memandang Safina. Sementara Safina yang sempat berbalas menatapnya langsung melempar pandangannya ke arah lain sambil berusaha menahan air matanya yang ingin menetes.
**
Beberapa bulan setelah Safina melayangkan gugatan cerai, dia dan suaminya pun menerima panggilan sidang. Sesuatu yang sangat dinanti-nantikan oleh Safina.Sebelumnya, Safina dan Bagus harus melalui proses mediasi. Namun, keduanya gagal berdamai. Tekad Safina untuk bercerai sudah bulat. Maka dalam sidang selanjutnya, perceraian itu benar terjadi. Hakim mengabulkan gugatan cerai Safina. Safina dan Bagus pun telah resmi bercerai. Safina dan keluarganya menarik napas lega. Sementara Bagus justru membisu dengan tatapan kosong dan butiran air mata yang meluncur di pipinya.
Safina memeluk orang tua dan kakaknya dengan erat.“Akhirnya semuanya udah berakhir, Saf. Setelah ini kamu nggak boleh sedih-sedih lagi,” ujar Ayla.
Ketika itu Safina melirik ke arah Bagus. Dalam hatinya sebenarnya dia merasakan sakit dan berat melepas lelaki yang selama ini telah banyak menghabiskan waktu bersamanya. Memori indahnya bersama Bagus berputar otomatis dalam otaknya. Namun, dia berusaha tegar dan menahan untuk tidak menangis di depan Bagus dan keluarganya.
**
Sejuknya udara pagi masih terasa. Kabut pun masih menutupi pandangan. Namun, Safina sudah berada di pasar bersama kakaknya, Ayla. Mereka berpencar untuk membeli beberapa barang-barang yang dibutuhkan agar tidak terlalu lama saat belanja. Ayla ke toko kain, membeli beberapa kain untuk dijahit. Sementara Safina ke toko sayuran dan ikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pelakor [END]
Roman d'amourDisaat hati ingin menyepi, datang sosok tak terduga yang datang meminang diri. Meski tanpa diawali jatuh cinta, pernikahan Safina terasa sempurna dengan sosok suami yang perhatian dan penuh kasih sayang. Namun, setelah rahasia besar suaminya terkuak...