Sebelumnya aku mau menyampaikan kabar baik😁 Novelku "Infinity" akan segera terbit versi cetak di bulan Oktober nanti🤗 Yaps, setelah novel pertamaku "Kau Temukan Dia dalam Hijrahku" terbit tahun lalu, akhirnya tahun ini novel keduaku menyusul😁 Kalian yang mau tau spoilernya baca aja "Infinity", tapi beberapa chapter terakhir aku delete ya... Jangan lupa beli bukunya😁 Nanti aku infokan kalau sudah terbit. Thanks karena ini juga berkat doa dan dukungan dari kalian😍 I luv ya, readers💓💓🌹
Untuk yang mau tau lebih lengkap info novelku saat terbit nanti boleh follow ig ku @verani_nita07Setibanya di rumah, Safina langsung membuka pintu dengan kasar. Dia menyandarkan dirinya di sofa. Air matanya mengalir deras. Merasa tak sanggup menanggung beban itu sendirian, Safina pun menelepon kakaknya. Dia menghentikan tangisannya terlebih dahulu karena tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
"Assalamualaikum, Kak Ayla."
"Waalaikumsalam. Safina, apa kabar? Tumben nelpon kakak, bukan nelpon ibu."
"Baik, kak. Kakak, ibu, sama ayah juga sehat kan di sana?"
"Alhamdulillah semuanya sehat."
"Kak, gimana kabar tempat bimbel aku dan anak-anak?"
"Alhamdulillah, Saf. Sekarang tenaga pengajarnya semakin banyak. Kamu tenang aja. Kakak akan berusaha mengembangkan tempat bimbel kamu. Anak-anak juga terus ada kemajuan. Sesekali mereka nanyain kamu. Mereka kangen sama kamu."
"Aku juga kangen banget sama mereka, Kak. Sampaikan salamku buat mereka ya. Makasih karena Kakak udah mengelola tempat bimbel itu dengan baik."
"Kamu itu sama kakak sendiri kok ya pake makasih segala."
"Kak, lagi di mana sekarang?"
"Kakak lagi di rumah. Biasa, baru selesai jahit."
"Ibu sama Ayah ada?"
"Nggak ada, Saf. Mereka di rumah makan. Kenapa? Mau ngomong sama mereka ya?"
"Enggak. Aku mau ngomong sama Kakak."
"Ngomong apa? Kamu ada masalah?"
"Kak, Mas Bagus...."
"Bagus kenapa?"
Safina mulai menangis sesenggukan lagi. Ayla yang mendengar adiknya menangis pun merasa bingung dan khawatir.
"Saf, ada apa sih? Cerita dong sama kakak. Bagus kenapa? Dia baik-baik aja, kan?"
"Mas Bagus baik-baik aja, tapi pernikahan kami enggak."
"Maksudnya apa? Kenapa kamu ngomong gitu?"
Sambil menangis, Safina menceritakan semua kebohongan Bagus dan apa yang telah dikatakan Marya. Ayla pun terkejut mendengarnya.
"Kurang ajar! Bener kan dugaan kakak kalau dia itu cuma kelihatannya doang baik. Aslinya busuk! Kakak nggak terima dia nyakitin adik kakak, apalagi sampai bikin kamu nangis kaya gini. Mana dia? Kakak harus ngomong sama dia."
"Mas Bagus masih kerja, Kak. Dia belum tahu kalau aku sudah tahu kebusukan dia."
"Kamu nggak boleh lemah, Saf. Kamu harus tegas sama dia. Kalau nggak, dia akan semakin seenaknya aja nyakitin kamu. Kamu itu nggak perlu nangisin laki-laki buaya kaya dia."
"Aku nggak bisa, Kak. Aku sayang sama Mas Bagus. Kak, kenapa pernikahan aku jadi kaya gini? Kami belum lama menikah. Hubungan kami selama ini baik-baik aja. Bahkan tadi Mas Bagus masih pamitan sama aku, cium aku, peluk aku. Sekarang semuanya udah hancur."
"Kamu harus tenang. Bersyukur karena Allah telah menunjukkan siapa Bagus sebenarnya. Kamu harus percaya kalau ada hikmah di balik semua ini. Allah menguji kamu karena Allah tahu kamu itu kuat dan sabar."
"Sekarang aku ngerti kenapa ibu melarang aku untuk langsung hamil. Kayanya ibu juga udah ada feeling. Aku nggak bisa bayangin kalau seandainya aku udah hamil, gimana nasib anakku nanti. Kak, tolong cukup Kakak aja yang tahu semua ini ya? Jangan kasih tahu ibu sama ayah."
"Nggak bisa gitu, Saf. Mereka harus tahu. Biar mereka bisa ngasih pelajaran buat Bagus."
"Jangan, Kak. Biar nanti aku sendiri yang jelasin ke mereka. Kak, apa Kakak bisa ke sini? Kakak jemput aku. Aku mau pulang. Aku nggak bisa tinggal serumah lagi sama pengkhianat itu. Kakak bilang aja kalau Kakak pengin nengokin aku ke sini. Jangan bilang ke ibu sama ayah kalau Kakak mau jemput aku."
"Iya, Saf. Kakak akan secepatnya ke sana. Sekalian kakak mau marahin si kobra berbungkus kepompong itu. Kamu tunggu kakak ya? Jangan sedih-sedih lagi. Kamu nggak sendiri. Kakak ada buat kamu. Kalau dia nyakitin kamu lagi, kamu telpon kakak ya?"
"Iya, Kak. Makasih ya, Kak. Safina tunggu Kakak di sini. Ya udah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Jangan nangis lagi, adikku sayang."
**
Hari terasa lebih panjang dari biasanya. Jarum jam seolah bergerak begitu lambat. Menantikan Bagus pulang kerja rasanya seperti menunggu ayam jantan bertelur. Jika biasanya Safina menunggu dengan perasaan rindu dan tidak sabar ingin memeluk suaminya, hari ini berbeda. Safina menanti dengan amarah yang ingin segera diledakkannya saat Bagus ada di hadapannya nanti.
Lama menanti, akhirnya terdengar juga suara ketukan pintu menjelang isya.
"Assalamualaikum, sayangku."
"Waalaikumsalam." Safina membukakan pintu dengan menunjukkan ekspresi datar, tanpa senyuman. Berbeda dengan hari biasanya.
Bagus seperti tidak begitu memperhatikan raut wajah istrinya. Usai menutup pintu, dia langsung memeluk Safina seperti biasanya. Safina masih mengizinkan lelaki itu memeluknya. Bahkan tangannya ikut memeluk Bagus. Air mata menetes membasahi bahu Bagus. Lelaki itu pun merasakannya. Dia hendak melepaskan pelukan itu, tetapi Safina malah mempererat pelukannya.
"Sayang, kamu kenapa? Kamu nangis? Apa saking kangennya sama aku sampe nangis kaya gini? Jangan nangis dong. Ini kan aku udah pulang."
"Aku sayang kamu, Mas." Safina berucap lirih.
"Aku juga sayang kamu, istriku sayang. Ada apa sih ini? Kok jadi mellow gini?"
"Biarkan aku memeluk kamu lebih lama dari biasanya karena aku nggak tahu setelah ini apakah aku masih mau memeluk kamu atau enggak."
"Sayang, kok ngomong gitu?"
Safina masih enggan melepas pelukannya hingga air matanya menetes semakin banyak. Hal itu membuat Bagus bingung.
"Sayang, aku ada salah ya? Kamu bilang dong kalau aku ada salah."
Safina akhirnya melepas pelukan eratnya. Dia menunduk dengan air mata yang enggan berhenti mengalir. Bagus pun menyeka air mata itu.
"Sayangku, jangan bikin aku bingung. Ngomong dong. Aku minta maaf kalau ada salah."
"Sayangnya kesalahan kamu nggak bisa ditebus dengan kata maaf, Mas."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pelakor [END]
RomansaDisaat hati ingin menyepi, datang sosok tak terduga yang datang meminang diri. Meski tanpa diawali jatuh cinta, pernikahan Safina terasa sempurna dengan sosok suami yang perhatian dan penuh kasih sayang. Namun, setelah rahasia besar suaminya terkuak...