42. dejavu

160 32 1
                                        

📍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📍

Viona mengerang ketika kesadaran merasuknya dari tidur nyenyaknya malam tadi. Ada Fitri yang menyambutnya dengan senyum ringan, Viona membalasnya singkat.

Viona meregangkan otot leher dan bahunya, terasa kaku hingga mereka menimbulkan gemeretuk tulang-tulang di area itu. Lalu dari kebiasaannya, gerak impulsif membawa ruas jemarinya menyatu dan menyilang, tapi sebelum mata Viona tertutup dan menghayati doa pagi harinya Fitri menarik tangan Viona.

Masih menahan kedua tangan putri nya, Fitri bergerak lamban dan duduk disebelah Viona, pada bibir tempat tidur.

“Vi, Mama minta maaf ya buat yang semalam, Mama udah kelewatan”

Viona menghela napas “it’s ok. Mama gak perlu minta maaf”

Usaha Viona menarik tangannya dari genggaman Fitri sia-sia. Mama nya masih menahan dan malah semakin kuat “Tapi tetap aja, semua salah Mama sampai ada kejadian bahaya itu, semua gara-gara Mama. Seharusnya Mama bisa lebih bijak kata-katanya”

Saat Viona pulang diantarkan oleh Danu dalam keadaan tidak sadar dan pria itu menjelaskan tentang kejadian Viona hampir celaka oleh preman jalanan Fitri tidak henti merasa khawatir dan bersalah.

“Gak papa, Mah. Viona baik-baik aja kan? Jadi gak perlu terus merasa bersalah” lalu Viona berusaha menarik tangannya lagi tapi masih ditahan Fitri.

Tunduk diam Fitri kala itu mengingatkan Viona pada sosok Caitlen yang dulu. Dari sana Viona sadar bukan permintaan maaf Fitri yang menggebu-gebu tapi ada sesuatau yang coba ia tahan.

“Mah, lepas tangan Vio!” tak diindahkan sama sekali.

“Vi, gimana kalau sebagai permintaan maaf Mama, Hari ini kita- “

“Cukup, Mah!”

Dalam sekali hentak Viona menarik tangannya. Helaan napas berat nya menandai emosinya yang memuncak. “Sejak kapan Mama sepicik ini?” pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan itu menampar Fitri berkali-kali.

“Maksud kamu apa, Vi?” Fitri ikut berdiri saat Viona melakukannya

“Kalau Mama gak suka liat aku berdoa, Mama bisa keluar dari kamar ini!”

Fitri membatu. Menatap tatapan Viona yang terlihat berang. Lalu amarahnya ikut tersulut.
“Iya benar. Mama gak suka liat kamu berdoa seperti itu lagi, Mama maunya kamu berdoa seperti cara Ainah”

Viona tidak menyangka akan mendengar perkataan seperti itu dari Fitri, meski Viona sudah tahu apa yang diinginkan ibunya atas dirinya tapi dia marah karena Fitri seolah terdengar tengah membahas cara makan yang benar dan salah ketimbang mengenai suatu kepercayaan.

“Mama sadar bagaimana kecewanya aku sama ucapan Mama kali ini? Lebih dari yang sebelumnya!”

“Dan kamu bisa tidak memenuhi satu kemauan mama, Vi’

 She Is Me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang