Alhamdulillah sudah rampung!
Ini tentang cara berpaling dari ketakutan, tentang cara menolak kenyataan.
Segalanya melampau kemauan, merusak pijakan hingga kisah menempati ruang.
Tentang Viona
Tentang Ainah
Tentang penyatuan hidup mereka yang dilanda...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
📍
Waktu bergulir amat cepat, kesempatan untuk melakukan hal semestinya dihari libur akhirnya tiba. Termasuk Viona yang berencana membakar kalori yang menumpuk setelah beberapa lama dibiarkan begitu saja.
Pagi-pagi sekali Viona sudah siap dengan pakaian olahraganya, rambur yang dikuncir kuda, sepatu sneaker berwarna peach yang dibelikan Zio, dan hanya mengantongi ponsel. Sebelum benar-benar pergi setidaknya Viona sudah melakukan penasan selama kurang lebih 30 menit. Kemudian memulai dengan berlari dari rumah hingga ketempat yang tidak ia tentutakan sebelumnya.
Sebentar saja Viona berlari dan keringat sudah mulai memenuhi kening Viona, berjatuhan dari pelipis hingga ke leher jenjangnya yang terbuka. Lelah berlari, Viona berjalan santai. Ditempatnya kini Viona mulai bertemu dengan orang-orang yang melakukan hal sama pagi itu.
Ternyata benar waktu berjalan sangat cepat, Viona tidak sadar sinar matahari mulai memenuhi setiap sudut kota. Viona kembali berhenti berlari, menatap kearah timur dan sinar sang surya segera menyilaukan matanya.
Viona menarik wajah untuk menunduk, lalu bayangan sosok tinggi memenuhi tanah yang dipijaki Viona, dan sinar matahri tidak lagi terasa membakar wajahnya
Perlahan Viona mendongak, siluet wajah seorang pria yang sengaja menghalangi sinar matahari kini terpampang jelas. Dagu, hidung dan bibir yang terpatri jelas sulit untuk dipungkiri keindahannya. Viona memicing.
“Pagi Viona.” Dan suara rendah yang menggema jelas, Viona menghela napas.
“Pagi Danu”
Serta senyum manis yang menambah dehidrasi Viona.
....
Awalnya Viona menyeka peluh keringatnya dengan tangan sebelum Danu tiba-tiba menyodorkan handuk kecil yang ia ambil dari mobilnya. “Belum saya pake sama sekali”. Viona menerima dengan ragu-ragu kemudian me-lap setiap inci wajah hingga leher.
Tadinya Viona pikir Danu hanya akan menyapanya dijalan, tapi ternyata berlanjut mangajak Viona menuju kedai ditempat parkir, dekat dengan mobil Danu. Sebenarnya Viona tidak kaget akan bertemu Danu. Pernah bertemu saat Danu usai olahraga pagi bersama Rina, dan berkat adanya aplikasi bernama instagram yang baru-baru ini dimiliki Viona, gadis itu jadi tahu bahwa Danu cukup suka berolahraga. Tenang saja! Kali ini lebih baik karena Viona dan Danu sudah saling feedback-an di instagram. Viona tidak harus malu lagi jika ketahuan menyukai foto Danu.
Dari tempatnya berdiri Viona bisa melihat Danu tengah mengeluarkan selembar uang yang diselipkan dibalik case ponselnya dan menyodorkannya pada pemilik kedai, dua botol air mineral adalah yang dibeli Danu. Pria itu berjalan mendekati Viona, memberikan salah satu botol dan Viona menerima.
Mereka duduk bangku kayu yang entah dibuat siapa, biasanya memang digunakan oleh orang saat beristirahat.
“Luruskan kaki mu, tidak baik seperti itu setelah berolahraga!”