Kita disini bukan hanya tentang aku dan kamu. Kita adalah Aku, kamu, dan mereka.
Sebanyak apa kita memaksa mendua, Faktanya mereka juga ada.📍
Viona terbangun sambil mengerang. Meregangkan otot leher nya yang kaku. Masih setengah mengantuk gadis itu meraih ponsel diatas nakas yang sejak tadi berdering kurang ajar.
Pukul 4.30
Viona menghela nafas nya. Lelah bergulat dengan musuh tak terlihat. Tapi aneh nya pagi ini suasana hati Viona cukup baik, rasanya walau tidur nya diganggu tapi dia baik-baik saja.
Viona tidak tahu pasti nama dari perasaannya saat ini, mungkin berlebihan jika itu bahagia tapi juga tidak biasa saja. Tidak mengerti apa yang sudah dilakoni Ainah dengan dirinya tapi percaya bahwa saat ini dia hanya akan tersenyum bersama hari.
Sampai matahari menyapa pagi, usai sarapan Viona bergegas menuju Oh Deliz. Suasana hatinya semakin membaik kala memasuki dapur dan hidung nya diterpa wangi mentega yang dilelehkan.
Masih cukup sepi karna hanya ada Della, Sarah dan Viona disini. Kedua pekerja wanita itu tersenyum manyapa Viona yang menghampiri.
"Della. Tolong minta Anwar update laporan keuangan resto sama saya. Secepatnya kalau bisa!"
"Baik Chef" Della mengacungkan jempol dan mengangguk pasti. Mengingatkan Anwar–pengurus divisi keuangan–akan tugas-tugas nya sudah biasa bagi Della. Pria itu selalu merepotkannya.
"Chef!" Sarah memanggil.
"Iya?"
"Santi hari ini gak masuk kerja. Dia sakit, katanya demam. Siang ini saya mau jengukin boleh kan, Chef"
Viona diam sejenak. Dia baru tahu Santi, salah satu karyawan yang melayani pemesanan bersama Sarah itu sedang sakit.
"Boleh. Saya titip salam, semoga lekas sembuh. Maaf gak bisa ikut jenguk."
"Baik, Chef. Salam nya pasti saya sampaikan. Terimah kasih"
Viona mengangguk. Kemudian beralih menyatukan rambut nya dan diikat satu dengan ikat rambut putih, bersiap terjun dengan kesibukannya didalam dapur resto.
Berjam-jam mulai terlewati, seperti setiap harinya resto dipadati oleh pelanggan. Para koki bekerja keras demi membuat mereka makan makanan terbaik.Ditengah keributan dapur, Viona dan semua pekerja nya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Termasuk Rina yang sejak tadi sibuk membuat berbagai macam minuman dari pesanan pelanggan, setiap satu pesanan berhasil dibuat nya ia menekan bel kecil diatas meja hingga yang bertugas membawanya akan segera datang.
Kali itu, Rina menekan bel beberapa kali setelah meletakkan americano coffee, lemon tea, dan jus jeruk nipis. Haji belum juga datang dengan nampan ditangnnya dan membawa semua minuman itu pergi. Rina menatap kesekeliling, tidak nampak Haji dimanapun. Sementara secarik kertas pesanan yang tertempel di tembok dihadapan Rina begitu banyak. Rina tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.
"Kak Arman!" Rina memanggil.
Arman hanya berbalik, belum sempat tahu siapa yang memanggilnya Della sudah meminta nya berbuat hal lain. Rina mendesah, semua orang sibuk. Tidak ada yang mendengarnya.
Semakin lama Rina berfikir, semakin lama pelanggan menunggu. Maka dia memutuskan menarik satu nampan dan bersiap membawa minuman-minuman itu. Tapi ditahan! Rina membulatkan mata saat sosok Viona berdiri memegang nampan ditangannya.
"Lanjutkan. Saya saja yang bawa ini"
"Eh!"
"Gak papa. Gak akan turun pangkat juga hanya mengantar ini kedepan"
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Me (SELESAI)
RomansaAlhamdulillah sudah rampung! Ini tentang cara berpaling dari ketakutan, tentang cara menolak kenyataan. Segalanya melampau kemauan, merusak pijakan hingga kisah menempati ruang. Tentang Viona Tentang Ainah Tentang penyatuan hidup mereka yang dilanda...