26. Sedikit jarak

140 32 2
                                    

You have to be stronger to get the new and better thing in the future

📍


Viona duduk bersila diatas kursi kayu didalam kamarnya, lampu kamar menyala, dua ponsel diatas meja fitur senternya juga menyala, lalu lampu-lampu kuning yang mengelilingi pinggiran cermin bulat juga menyala bahkan ada satu lilin yang juga menyala disana.

Viona memeluk tubuh nya sendiri, matanya menatap pantulan wajahnya didalam cermin.

Ia ingin tertawa, ia ingin menertawakan dirinya sendiri yang ketakutan hanya karna sepenggal kalimat."Kak Ainah, bang Danu kangen!". Hanya saja fakta bahwa dia memang merasa takut saat ini, itu melarangnya berpura-pura baik. Memalukan jika ia harus membohongi hatinya sendiri.

Bahagia yang ia rasakan kemarin sirna begitu saja, kini ia kembali tidak 'normal'. Ia kembali menjagi gadis yang meringkuk disudut-sudut kamarnya, enggan tidur walau ia sangat lelah. Gadis menyedihkan yang 'sok' bahagia kembali pada kondisi seharusnya. Menyedihkan!

Viona menatap dua benda yang bersisian diatas meja. Sebuah botol putih berisi pil-pil tidur dan sebuah cincin berhias berlian.

Keduanya adalah opsi. Viona diminta memilih.

Pil tidur yang akan membawanya kealam bawah sadar secara paksa, bisa saja bermimpi buruk tapi akan terbangun dipagi hari sebagai Viona. Atau malam ini membiarkan ketakutannya semakin menjadi, dan dia yakin Ainah akan muncul dan memakai cincin itu lalu pergi menemui pria nya. Pria yang dicintainya.

Viona lelah! Bisakah sejenak ia diberi waktu istirahat, kapan ia akan berhenti berlari, kapan ia akan menemui persinggahan itu?

Setiap keputusan ataukah pilihan yang datang padanya, tidak ada yang ia sukai, tidak ada yang Viona bisa terima dengan senyuman.

Viona lelah menjadi Viona, tapi tidak bisa menjadi Ainah. Atau menjadi orang lain.

Lalu pada akhirnya Viona meraih botol obat diatas meja, menumpahkan beberapa butir diatas tangannya. Gadis itu memejamkan mata sangat erat sebelum menggerakkan tangan melempar obat itu kedalam tenggorokan dan setenggak air dari gelas diatas meja menyusul setelahnya.

Saat tindakan dan hatinya bergerak tidak sesuai. Saat hatinya ingin berhenti meminum pil tidur itu tapi ia tetap harus melakukannya Viona hanya bisa menitikkan setetes air mata dikedua matanya.

Tapi perlahan setetes itu berubah derai, Viona mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri. Saat isak-isak kecil berubah raungan tangannya menjamah isi meja dan menyapu semuanya kelantai kamar.

Viona benci! Viona marah! Viona menderita. Karna ia adalah Viona! Yang tegas tapi tidak tegar.

"bi Ade! Vio kangen! Vio capek! Vio mau ketempat bibi aja!"

↕↕↕

Viona melepas kacamata yang sejak tadi membingkai matanya. Gadis itu menyandarkan punggung pada kursi yang didudukinya. Bahkan sekarang game favorit nya pun tidak mempan mengurangi bebannya, yang ada dia hanya merusak permainan.

Pelanggan diresto–didalam game ponsel–hanya marah-marah dan itu membuat Viona ikut marah.

Viona meletakkan ponsel diatas meja. Tapi detik selanjutnya ponsel itu malah berdenting tanda sebuah pesan masuk.

Dengan gerakan lambat Viona meraih kembali ponsel itu dan membuka pesan yang masuk dari seseorang yang ia beri nama 'ibu Hanin'

"Sayang! Ibu makan masakan kamu! Enak banget! Kata Rina itu namanya MBC?"

 She Is Me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang