27. Dinner

169 37 3
                                        

Kita ini hanya sepasang tatap, yang tetap diam meski bermaksud tertentu dari setiap erjapannya

📍

Tek!

Tek!

Tek!

"koreknya gimana sih, kok macet!"

"Sabar Bunda. Ini masih ada lagi"

"Udah cepetan dinyalain!"

Pria paling muda hanya mampu menatap kedua orangtua nya yang saling menggerutuhi dengan suara mencicit. Sementara tangan mereka memegangi piring kue meski yakin saja itu tidak perlu tenaga dua orang manusia dewasa. Dengan satu tangan pun itu bisa bertahan di udara.

Tapi memang benar-benar berharga, mereka memeganginya dengan empat tangan.

Danu mengganti pemantik api merah dengan yang kuning hanya sekali pantik lalu lilin berbentuk angkat 19 sudah berhasil dinyalakan.

Menjadi maling dirumah sendiri itu sulit. Berjalan mengendap-endap itu tidak mudah. Ketiganya dengan langkah tanpa suara memasuki kamar yang ada tepat disebelah kamar Danu.

Hanin dan Yahya saling berbisik untuk menghitung mundur waktu.

"3"

"2"

"1"

"Selamat ulang tahun, Sayang!" Hanin berbisik tepat ditelinga Rina yang masih terlelap dipukul 00 malam.

Sapuan lembut disepanjang rambutnya mengganggu Rina, gadis itu membuka mata kaget dan semakin kaget mendapati cahaya api kecil ditengah gelap nya ruangan.

"Selamat ulang tahun, Sayang!" ulang Hanin.

Rina belum sepenuhnya sadar tapi dia bisa mengerti apa yang sedang terjadi.

"Selamat ulang tahun, sayang. Barakallah fii umrik!" ucap Yahya.

"Kalian gak nyanyi?"

"Gak perlu yang pentingkan do'a nya." Hanin menjawab

Rina terkekeh sambil bergerak bangkit, mengucek-ucek matanya.Lalu ia kembali memejamkan mata dan menengadahkan tangannya, gadis itu merapalkan harapan dan do'a cukup lama sebelum mengamini dengan mengusap wajah nya.

"Rina tiup ya!"

Yahya yang sudah sepenuhnya memegang piring kue menyodorkan dihadapan putri nya. Detik berikutnya lilin sudah padam, lalu seketika lampu kamar Rina menyala terang karna perbuatan Danu.

Satu persatu anggota keluarga memeluk Rina dan menciumi puncak kepala gadis muda itu, tak lupa memberi do'a terbaik dipertambahan usianya yang semakin dewasa.

Yahya, tersenyum dan memeluk putrinya. Kembali mengenang bagaimana saat Rina menangis digendongannya dan lebih memilih digendongan sang Bunda. Sekarang ia bisa memeluk putrinya tanpa penolakan dari si anak.

Hanin melakukan hal sama. Memeluk seenggok daging yang tumbuh didalam tubuhnya, berkembang hingga menjadi sosok gadis cantik yang ia beri nama Rina

Danu juga. Menghujani Rina dengan ucapan selamat dan do'a terbaik agar menjadi wanita seperti Bunda mereka. Tak lupa mencium wajah adiknya tanpa henti.

"Hadiah Rina mana?" tangan Rina tersodor didepan Danu.

"Nanti aja soal Hadiah! Sekarang siap-siap Sholat tahajjud berjamaah!"

Ya! Dari dulu yang orangtua dan kakak nya ajarkan, tidak ada hal yang lebih baik dihari ulang tahun kecuali berbuat amalan-amalan baik untuk membuka masa yang baru diusia yang baru. Jadi biasanya ketika ulang tahun, mereka sholat berjamaah, berpuasa, atau merenungi cara-cara merubah diri dari kebiasaan buruk diusia sebelum nya yang harus lebih baik setelah bertambahnya usia.

 She Is Me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang