H A L A L 2

205 28 0
                                    

cerita halal dua📍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cerita halal dua
📍

Tidak pernah ada hal yang mampu menahan tubuh Danu berlama-lama menempel pada tempat tidur selama ini, tapi pagi pertamanya benar-benar jauh dari biasanya saat ia mendapati wajah damai istrinya yang terlelap menghadapnya, dengan tubuh berada dipelukan Danu.

Viona masih terlelap saat Danu terbangun untuk mendirikan sholat Tahajjud. Dan hal itulah yang memberatkan Danu saat ini.

"Kamu ngapain liatin aku kaya gitu? Kamu bukan zombie yang siap makan aku kan?" 

Danu mengerjap kaget, apa Viona bisa melihat dengan mata tertutup? Tapi Danu malah meluncurkan sebuah kecupan dikening Viona.

"Morning wife"

Seharusnya Danu-lah yang merasa malu karena kepergok memperhatikan Viona diam-diam. Tapi ini malah Viona yang merasa tersipu di pagi buta hingga ia menenggelamkan wajah didada Danu.
Danu tertawa, mengerti kenapa Viona bersikap seperti ini untuk hal sederhana yang Danu lakukan. Karena Viona tidak pernah melakukan hal romantis sebelumnya. Percayalah, walau sebelumnya mungkin Viona tidak dilarang berpacaran dalam Agamanya, tapi Viona tidak pernah ada waktu melakukan hubungan asmara seperti itu, gadis ini hanya tahu menjadi chef dan sibuk oleh ketakutannya.

Dihening malam itu untuk pertama kalinya Viona mendirikan sholat Tahajjud, dan untuk pertama kalinya diimami oleh Danu. Rasanya benar-benar damai, sunyi itu tidak menyiksa tapi terasa menjaga, gelap itu tidak mengikat tapi tarasa menjadi ruang pribadi antara Allah dan hambanya.

Setelah sholat usai, Danu menghadap padanya dan mengulurkan tangan. Viona meraih tangan itu dan menciumnya.

"Mau ngaji dulu?"

"Ngaji?"

"Membaca Al-Quran."

Viona menggeleng lemah. "Aku belum bisa baca"

"Ya sudah, aku yang baca kamu dengarkan, itu juga baik. InshaAllah nanti aku ajarkan sedikit-sedikit."

Viona mengangguk dan mendengarkan Danu seksama saat mulai membaca kitab suci. Viona kembali mendengar suara lembut yang memenuhi ruang kamar mereka berdua. Sampai Danu selesai Viona tidak sadar sudah menutup mata kala menikmati.

Viona membuka mata, tersenyum pada suaminya.

"Viona, aku boleh tanya sesuatu?"

Viona mengangkat alis, "Apa?"

"Sebenarnya, apa alasan terkuat kamu untuk memeluk Islam. Kamu bilang setelah menikah akan cerita semuanya. Aku bukannya ragu sama kamu, tapi sebagai suami kamu, sekarang aku berhak tau. Terlebih aku yang bertanggung jawab bagaimana akhlak Agama kamu"

Viona bergeser mendekat pada Danu "Kamu mau aku cerita"

"Iya!"

"Surga ada di telapak kaki Ibu. Itu yang bikin aku mau masuk Islam"

"Jadi hanya karna alasan itu? Tanpa pertimbangan apa-apa?"

"Bukan tanpa pertimbangan. Aku selalu bertanya, kalau hal itu benar, bagaimana dengan aku yang berbeda Agama dengan Mama? Itu adalah pertanyaan terbesar aku."

Danu mengerutkan kening tidak mengerti

"Aku bukan Islam saat itu, sementara Mama Islam. Jadi apakah aku tidak berhak atas surga yang ada padanya? Aku juga ingin tau, Mama pernah jahat sama aku, menelantarkan anak kandungnya. Dengan kesalahan sebesar itu, apakah Mama masih punya surga itu? Ataukah tidak sampai aku memaafkan Mama? Atau aku jadi berhak atas surga itu walaupun aku non?

Semua pertanyaan itu berputar-putar dikepala ku, Nu. Dan gak ada satupun yang bisa aku jawab sendiri. Sampai hari kamu ngajak aku ketemu Ustadzah Fatiyah, aku ngajuain semua kebingungan aku itu. Dan jawaban beliau mampu meyakinkan aku"

"Apa yang Ustadzah bilang?"

Viona menghela napas panjang.

"Ustadzah bilang. Hal itu bukan soal apa yang dilakukan oleh Ibu, bukan karna beliau pernah memperjuangkan kehidupannya demi anaknya bisa lahir kedunia, bukan karna seorang Ibu menyusui anaknya, atau karna mampu mengurus anak-anaknya dengan baik. Lebih karna itu, Allah menetapkan surga kepada seorang Ibu karna hanya mereka yang mampu punya cinta semurni itu dan mereka pantas akan derajat itu.

Gak peduli Mama pernah berbuat salah seperti apa sama aku, surganya gak hilang hanya karna itu, karna ternyata bukan hanya aku korbannya, Mama juga sama menderitanya ketika sudah kehilangan aku dulu.

Ada hal diluar nalar kita yang tidak mampu kita ungkapkan dengan kata, tapi keberadaannya nyata. Surga yang ada pada seorang Ibu itu misalnya, gak peduli Mama seperti apa orangnya, kita tetap harus berbuat baik kepada mereka, begitukan dalam Islam? Terus aku nanya, apa itu adil? Ustadzah Fatiyah jawab, kalau kita membahas soal keadilan, siapa anak yang mampu membalas pengorbanan seorang Ibu, dan hanya orang istimewa yang akan mengerti dimana letak keadilan sesungguhnya dalam hubungan antara Ibu dan anak. Kalau ada alat ukur untuk mengukur seberapa malunya aku saat itu, aku adalah orang paling malu.

Gak ngerti kenapa aku malu, tapi yang jelas aku tau orang istimewa itu hanya orang Islam. Yang belajar tentang itu. Makanya aku merasa istimewa setelah belajar islam. Kamu benar, karena Agama ini juga sangat istimewa."

Danu tercengoh mendengarkan Viona. Tapi dia bahagia saat Viona tersenyum dan memancarkan keyakinan didalam matanya. Danu sadar, dia harus selalu bersyukur karena dia tidak mengalami apa yang Viona alami, setidaknya dia tidak harus mencari tahu alasan kenapa dia harus memeluk Islam.

"MasyaAllah, tabarakallah. semoga istiqomah cintaku" Danu menarik Viona kedalam pelukannya.

"Cintaku?"

"Sayangku!"

"Hahah, sejak kapan kamu panggil aku gitu?"

"Sejak tadi sampai selamanya"

"Sayangku!"

"Sayangku"

Dan tidak ada yang tahu bagaimana bahagianya mereka hanya karena panggilan sayang itu, kecuali diri-diri mereka sendiri dan Allah yang mengizinkan rasa bahagia itu.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 She Is Me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang