Niat baik itu, selalu punya jalan sendiri untuk tersampaikan.
📍
"Ah, Abang sakit.."
"Eh. Serius? Maaf, kekencangan ya?"
Danu mengelus kepala adik nya yang baru saja rambutnya ia tarik kuat. Niatnya hanya bercanda tapi ternyata itu berlebihan hingga Rina meringis kesakitan.
"Masih sakit?"
"Masih. Jadi elus terus sampai sakitnya hilang"
"Yee. Itumah manjanya kamu"
"Dasar si Abang"
Rina berdecak. Saat itu muncul Ayah dan Bunda nya dan mereka ikut bergabung diruang keluarga ini. Rina menegakkan tubuh saat Yahya duduk di sofa single dan hanin didepannya, menghadap pada Danu dan Rina.
Sesaat hening saat Yahya menyeruput kopi susu panas nya. Kemudian dia berkata dengan nada berat.
"Ayah mau ngomong sesuatu. Ini tentang Abang."
Danu yang tadi menunduk langsung mendongak. Matanya bertanya dalam diam.
"Boleh Ayah mulai?"
Danu mengangguk, tidak mungkin ia menghalangi Ayah nya bicara.
"Abang tahu. Ayah tidak pernah membahas ini sebelum nya secara serius. Tapi kali ini, mungkin akan terjadi. Kita membicarakan topik ini dengan jelas"
Danu mengernyit kuat. Tetap diam dan membiarkan Yahya melanjutkan.
"ini tentang–"
Benar. Apa yang akan dibahas ini Yahya jarang mengungkitnya. Jadi cukup sulit untuk sekarang memulai nya dengan lebih mendalami.
"Ini tentang masa depan kamu."
"Masa depan?" Danu tidak mengerti.
"Maksud Ayah bukan masa depan pendidikan atau rencana kamu seperti saat kamu masih usia belasan. Maksud ayah tujuan hidup kamu"
"Ayah, Danu kurang paham. Tujuan hidup itu maksudnya–"
"Pasangan misalnya."
Seperti dugaan. Semua orang terdiam. Danu hanya menunjukkan wajah datar, sementara Rina mulai menerka-nerka dalam kepalanya.
"Ayah gak bermaksud bagaimana. Hanya saja, setelah membahas ini dengan Bunda mu. Kami pikir memang sudah saat nya berbicara lebih panjang tentang ini.
Kamu tahu. Ayah sama Bunda selalu ingin yang terbaik buat kamu termasuk hal yang satu ini. Ayah gak menuntut atau memaksa kamu. Tapi 28 tahun itu sudah matang untuk memilih pasangan."
Hanin memperhatikan putranya yang memilih tetap diam. Dia mulai khawatir tapi dia juga sependapat dengan suaminya.
"Kami gak berniat menjodohkan kamu atau mengatur paksa kamu soal ini. Jadi jangan terlalu terbebani." ucap Hanin dan itu membuat Rina menghela napas nya.
"Gak Bunda. Bukan itu maksud Danu. Danu cuma masih kaget aja, tiba-tiba kalian bahas ini."
"Iya ngerti sayang. Tapi Ayah benar. Secara mental, kemapanan, dan bekal Agama kami pikir kamu sudah cukup mampu untuk memilih satu wanita yang akan mendapingi kamu. Terlebih kamu akan fokus pada dunia usaha, gak mungkin selamanya Bunda yang ngurusin kamu. Kamu butuh wanita sendiri."
Danu tahu. Sangat tahu. Umurnya sudah 28 tahun, dia juga mulai dituntut urusan pekerjaan, kadang dia lupa sarapan karna tergesa-gesa kekantor, jika begitu Hanin yang akan mengingatkannya dan memaksanya makan dulu. Tapi itu tidak bisa selamanya, Bunda nya benar dia butuh seorang istri.

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Me (SELESAI)
RomanceAlhamdulillah sudah rampung! Ini tentang cara berpaling dari ketakutan, tentang cara menolak kenyataan. Segalanya melampau kemauan, merusak pijakan hingga kisah menempati ruang. Tentang Viona Tentang Ainah Tentang penyatuan hidup mereka yang dilanda...