cerita halal tiga
📍Memang selalu butuh usaha dan waktu untuk mendapatkan hasil, untuk merubah diri dari yang lama itu tidak mudah. Bagi Viona berkeliaran didapur Oh Deliz dengan baju tunik, celana hitam panjang, dilapisi celemek serta hijab dikepalanya, terasa menganggu pekerjaan Viona.
Tapi sejak memutuskan menutupi kepalanya dengan jilbab, Viona tidak
banyak mengeluh hanya sesekali ketika kepanasan atau karena kain jilbab itu terus merosot dan Viona harus memperbaikinya dengan tangan bau bawang.Viona mengecek jam di dinding,
11.30 Viona berseru pada Della."Della! Jaga Resto ya, saya ada urusan diluar"
"Check up chef?"
"Bukan, ada janji sama suami"
Della hanya mengangguk dan membiarkan Viona berlalu setelah mengambil kotak makan dalam plastik yang disimpan dalam pantri.
Saat Viona keluar sudah ada Danu yang menunggunya disalah satu meja, memainkan ponsel."Udah lama?"
"Eh, belum. Langsung jalan yuk!"
Viona memang ada janji dengan Danu, suaminya berkata ingin ditemani menjenguk teman yang sakit dirumah sakit, Viona hanya menyanggupi, lagi pula Oh Deliz bisa ditangani Della.
"Dijalan cari masjid dulu yah, buat sholat"
"Siap!"
Mereka berlalu, menyinggahi masjid yang pernah menjadi saksi saat Danu menyerahkan cincin melamar Ainah, mereka sholat dzuhur berjamaah disana baru kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
"Yang mau kita jenguk siapa sih? Sakit apa beliau? Bubur pesanan kamu ini buat beliau?" Viona menghujam pertanyaan sambil mengangkat plastik yang ia bawa, bubur ayam pesanan Danu.
"Nanti juga tau"
Viona selalu mendapat jawaban sama setiap kali bertanya pasal teman Danu ini. Pada akhirnya Viona tetap diam sampai mobil berhenti diparkiran rumah sakit besar khusus kanker.
Viona terdiam memperhatikan sekitarannya, matanya menerawang kesana kemari. Sampai ia melihat taman dimana begitu banyak anak-anak tanpa rambut, duduk dirumput atau kursi roda mereka.
Viona memicingkan mata, menelisik dan tanpa sadar melangkah maju.
"Sayang! Mau kemana?" Danu mencegah Viona.
"Ah? Eh?"
"Yang mau dijenguk ada didalam"
"Oh, iya-iya"
Meski enggan Viona menurut saja saat Danu menariknya memasuki gedung rumah sakit. Bergandengan tangan menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan seorang perawat pria memandu arah mereka sampai tiba didepan sebuah pintu ruangan berangka 13.
Perawat berlalu, Danu dan Viona siap memasuki ruangan. Hingga tiba saat Viona mendapati brankar ditiduri oleh seorang gadis remaja yang tidak lagi memiliki rambut dan ia memakai selang oksigen nasal kanul diwajahnya, seketika lutut-lutut Viona melemah hingga bertumpu pada Danu.
"Kamu gak papa?"
Viona tidak menjawab, menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya kuat. Membawa sedikit keberanian dan rasa rindu yang tiba-tiba menyerangnya untuk melangkah mendekati gadis remaja itu. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat, Viona berkaca-kaca melihat kondisinya
Lalu Viona meraih tangan rapuh gadis itu, melihat gelang khusus untuk pasien sebagai tanda pengenal. Namanya–
"Anisa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Me (SELESAI)
DragosteAlhamdulillah sudah rampung! Ini tentang cara berpaling dari ketakutan, tentang cara menolak kenyataan. Segalanya melampau kemauan, merusak pijakan hingga kisah menempati ruang. Tentang Viona Tentang Ainah Tentang penyatuan hidup mereka yang dilanda...