25. hanya tawa sejenak

142 32 2
                                    

Kadang kita tidak sadar, yang paling sering membohongi kita adalah diri kita sendiri.

📍

Viona menatap botol kecil berwarna putih diatas telapak tangannya. Sejenak ia menutup mata lalu saat sesuatu menggelitik perutnya dari pikiran-pikiran menyenangkan dikepalanya, ia kembali membuka mata.

Senyum lebarnya mengiringi geraknya untuk menyimpan botol kecil berisi obat-obat tidur kedalam laci nakas. Efek 'Hanin' begitu banyak pada dirinya, hingga malam ini Viona sama sekali tidak diserang panik saat melihat sekelilingnya yang kosong.

Rumah sepinya jadi terasa lebih hidup hanya karna teman barunya itu sempat mampir dan meminum segelas jus buatannya. Walau kini sudah pulang, Viona bahagia tadi mereka sempat bercerita banyak termasuk tentang Rina yang ternyata putri Hanin, adik Danu. Viona baru tahu.

Malam ini Viona akan mencoba tidur tanpa bantuan pil tidur.

Viona menyatukan tangannya, menutup mata lalu berdoa agar malam ini semuanya baik-baik saja. Agar Viona hanya bermimpi yang indah saja, bukan mimpi buruk seperti biasanya.

Lalu setelah menyelesaikan doanya, Viona menarik selimut hingga menutupi sebatas dadanya. Perlahan ia mampu menutup mata dalam damai hingga kesadarannya menghilang sepenuhnya.

Sementara ditempat lain. Seseorang tengah menggerakkan jari-jari nya menyapu wajah mungil didalam bingkai foto usang yang masih disimpannya sejak lama. Semakin lama ia menatap wajah-wajah didalam sana, hatinya malah semakin tersakiti.

Tangisnya meluruh, ia membekap mulutnya sendiri. Bahunya terguncang hebat karna tangisnya yang semakin menjadi.

"Udah, sayang. Jangan menangis."

Sekali lagi pria disampingnya menjadi sandaran kuat yang menahannya agar tetap mampu berdiri. Wanita yang tengah mengurai rambut nya memeluk sang suami dengan erat, berharap segala pelik pahit masalah nya menemui kesudahan.

"Mas.. Aku selalu ingat perlakuan jahat aku sama dia. Setega itu aku ngusir anak aku sendiri. Dan hukuman yang aku emban sampai hari ini, aku selalu merasa bersalah...."

"Husst... Hari itu kamu cuma khilaf."

"Khilaf itu yang nyiksa aku sampai sekarang!"

"Kita pasti bisa menemukan dia."

"lebih dari apapun aku lebih khawatir tentang gimana dia selama ini, apa dia makan layak, apa dia tidur nyenyak. Kita bahkan gak tau dia masih hidup atau enggak!"

"Maa.. Kamu gak boleh ngomong gitu. Dia pasti baik-baik aja"

Suaminya kembali memeluk tubuh istrinya. Mengelus puncak kepala istrinya dengan penuh kelembutan.

"Udah, sayang"

"Aku gak pantes dapat mereka. Aku orang jahat karna itu aku kehilangan mereka berdua. Aku wanita jahat, aku bukan ibu dan istri yg baik."

"Maa.. Lihat Ayah. Ayah gak pernah nyesal milih mama sejahat apapun mama dimasa lalu. Dan yang menilai mama istri yang baik atau bukan, itu Ayah bukan perasaan bersalah mama. Dan sampai hari ini, Ayah selalu merasa bahagia, dan lihat si bungsu. Dia gak kekurangan apapun karna punya mama seperti mama."

Wanita itu menggelengkan kepalanya, isak tangisnya menggema dalam ruang kamar yang sunyi.

"Aku kangen Viona mas."

"Aku tahu."

"Aku kangen dia. Aku benar-benar kangen dia..."

"Aku tahu, sayang"

 She Is Me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang