Berpaling dari sebuah kemungkinan nyata didepan mata, rasanya hanya seperti melawan angin yang menyerang dari segala arah.
📍
Viona berhenti mencincang daging dengan pisau saat Della menjawab pertanyaannya. Sesaat berfikir singkat kemudian Viona menyerahkan pisau pada Della.
"Biar saya saja yang pergi. Lanjutkan pekerjaannya"
Della menurut dia mengambil alih posisi Viona, sementara gadis itu sudah menanggalkan celemeknya. Biasa kejadian saat bahan masaka habis, padahal mereka benar-benar butuh, keadaan darurat dan mereka harus pergi membeli sebelum merusak pesanan pengunjung resto.
Kali ini itu terjadi pada wortel dan tomat yang bisa-bisanya habis saat begitu dibutuhkan. Viona memutuskan yang pergi, dan Della menggantikan pekerjaannya.
Viona keluar dari pintu belakang resto dan berjalan menuju area parkir dimana mobilnya berada. Setelah memasang pengamannya Viona melajukan mobil.
Menit berlalu dalam bising padat yang memenuhi jalanan saat perjalanan Viona. Gadis itu memutar stir kekanan bersamaan dengan matanya yang melirik sekilas kaca depan yang memperlihatkan mobil lain dibelakangnya melaju dalam satu arah.
Kembali memutar stir, kali ini kekiri dan mobil berwarna hitam dibelakangnya juga ikut berbelok. Viona anteng saja mungkin memang tujuannya sama. Tapi kemudian saat satu mobil lain menyela diantara mereka mobil hitam itu menancap gas dan menyalip hingga tak berjarak dari mobil Viona.
Viona memicing curiga. Menoleh kebelakang dan melihat mobil itu seolah tengah 'mengejarnya'. Viona kembali pada jalanan berusaha berfikir baik-baik saja dan mengabaikan mobil hitam itu. Tapi kini saat Viona kembali berbelok dan mobil itu melakukan hal yang sama, Viona dikuasai panik.
Tanpa sadar dia menginjak gas lebih dalam, meninggalkan sebentar mobil hitam sebelum akhirnya dia juga mempercepat laju mobil nya. Viona kini benar-benar yakin mobil itu memang mengejarnya.
Viona semakin panik, dia memutar arah dan membatalkan niat sebelumnya. Kemana saja, asal jangan 'tertangkap' oleh pengendara dibelakangnya.
Viona semakin gila membawa mobil, dia bahkan melanggar aturan lampu lalulintas karna takut berhenti. Yakin saja, beberapa pengendara lain akan mengumpat pada Viona dan mobil yang mengejarnya karna ugal-ugalan di jalanana.
Aksi ini tak terhindarkan. Viona ketakutan masih sambil mengontrol stir mobil walau tangannya bergertar. Semua kilas balik masa lalu nya terputar lagi saat mobil Ayah nya melaju hebat dijalanan dalam gelap malam, ada Viona kecil disampingnya, meringkuk menutup mata dan menjerit saat bunyi klakson saling bersautan dan tujuan mereka malam itu adalah tempat Ibunya harus diselamatkan.
Viona berkaca-kaca, kali ini bukan malam hari didalam kamarnya yang gelap, tapi ketakutan seperti malam itu kini terjadi saat ia tengah dikeramaian siang hari.. Pandangan Viona menerawang jalan panjang yang dilaluinya dalam sekali waktu. Mobilnya benar-benar cepat. Dan mobil dibelakangnya juga tak mau kalah.
Mata Viona membulat, kakinya refleks menginjak rem dengan sangat kuat bahkan menyentaknya berkali-kali agar pengendara yang lalu lalang di perempatan jalan didepannya tidak bertubrukan dengan mobilnya. Bunyi ban yang bergesek kasar dengan aspal menambah rasa takut. Viona berdo'a semoga tidak ada kendaraan lain yang terlempar jauh saat dia tak berhasil menghentikan mobilnya sendiri.
Chiitt-
Braak!!
Viona menutup mata sangat rapat, kepalanya baru saja terbentur stir dengan kuat. Viona masih menunduk, tidak berani mengangkat wajah dan memperlihatkannya pada keramaian diluar mobilnya, tidak berani melihat bagaimana kondisi kacau yang ia perbuat, dan Viona benar-benar takut membuka mata untuk seorang pria berjas yang berdiri diluar pintu mobil dan mengetuk kaca berkali-kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Me (SELESAI)
RomanceAlhamdulillah sudah rampung! Ini tentang cara berpaling dari ketakutan, tentang cara menolak kenyataan. Segalanya melampau kemauan, merusak pijakan hingga kisah menempati ruang. Tentang Viona Tentang Ainah Tentang penyatuan hidup mereka yang dilanda...