22. Cerita Nadia

136 29 1
                                    

Ini cara kita memahami cerita dibalik kisah

📍

Rasanya Nadia enggan bangun dari tempat tidurnya. Mukenah yang ia bawa tidur kembali setelah sholat subuh masih melekat ditubuhnya. Perlahan ia menoleh pada weker diatas nakas, pukul 8.35. Setelah melawan segala penat yang menindihnya akhirnya ia berhasil bangkit.

Langkah lunglai mengiring pergerakannya masuk kedalam kamar mandi. Setelah bermenit-menit didalama sana, keluar lagi dengan tampilan lebih segar dan lebih 'baik'.

Gadis itu keluar dari kamar, menemui orangtuanya di ruang makan dengan suasana sunyi. Ketika Ia mengambil tempat untuk duduk, keduanya spontan menoleh dan saling menatap untuk memastikan.

"Nadia hari ini masuk kerja lagi. Gak usah khawatir, Nadia baik-baik aja"

Oh benar. Nadia putri dari Rustam–pemilik dan pengolah perusahaan yang dibangunnya sejak usia muda, ikut andil dalam dunia usaha Ayah nya. Berbekal lulusan Universitas di London, yang mengambil jurusan akuntansi. Nadia bekerja sebagai kepala bagian administrasi keuangan usaha dikantor Ayah nya.

Sejak segelanya terungkap. Tentang harapan Nadia pada pria yang di sukainya. Nadia sudah mengurung diri dikamar selama lima hari. Baru hari ini menampakkan diri dan berbicara dengan kedua orangtuanya lagi.

Karna Nadia sadar. Apa yang dikatakan Fitri benar, apapun yang bukan milik kita selamanya tidak akan menjadi milik kita.

Lalu harus sampai kapan ia menangisi 'ketidak mampuannya mengelak pada takdir'? Mungkin Nadia butuh pelarian yang membantunya melupakan segala sakit hatinya. Kembali aktif bekerja mungkin bisa mengalihkannya.

"Kamu yakin bisa baik-baik saja?" tanya Rustam.

Nadia tersenyum lembut. Merasa bersyukur memiliki kedua orangtua yang begitu perhatian tentang segala keadaannya.

"Nadia baik, Yah. Ini cuma masalah waktu. Mas Danu dan perasaan Nadia padanya, semua butuh masa agar kembali seperti semula."

"Ayah minta maaf. Seharusnya Ayah gak ngajak kamu ketemu Danu waktu acara kantor itu"

Nadia tertegun mendengar nada amarah dalam penuturan Rustam. Jarang, bahkan hampir tidak pernah Nadia mendengar Rustam marah pada seseorang.

"Ayah.. Sejak kapan Ayah punya sifat menyimpan amarah seperti ini."

"Sejak seseorang berani menyakiti perasaan si Bungsu Ayah."

Nadia tersenyum tapi menggeleng tidak terimah.

"Gak, Yah. Ayah tahu mas Danu gak salah. Ayah tahu aku yang lebih dulu punya rasa sedangkan mas Danu hanya jadi alasan tanpa tahu yang sebenarnya. Jadi saat perasaan aku gak terbalas, gak ada yang salah dalam hal ini."

Rustam dan Fitri menghela napas bersamaan. Nadia benar, baik Danu, Nadia sendiri atau bahkan.

Calon istri Danu.

Mereka sama sekali tidak salah untuk setiap isak tangis Nadia setelah mendengar kabar atas pilihan Danu.

Setelah menghabiskan sarapan, Nadia membawa mobilnya menuju kantor Ayah nya. Sementara Rustam, sebenarnya kini Ia mulai lebih sering bekerja dirumah, bukan tanpa alasan. Rustam pikir saat Fitri memutuskan sepenuhnya mengurus keluarga setidaknya, seharusnya dia juga bisa lebih banyak dirumah bersama keluarganya.

Nadia memulai hari nya dengan keadaan lebih baik. Setelah bersusah payah menata kembali perasaannya yang patah. Nadia akhirnya bisa tersenyum tipis pada dunia.

Setelah memarkirkan mobil. Nadia bergegas turun saat ketukan dikaca mobilnya membuatnya mematung begitu saja. Matanya tak mengerjap.Terpaku oleh sosok diluar kaca mobilnya yang menunduk hingga memperjelas siapa dirinya.

 She Is Me (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang