part 10

10.1K 346 8
                                    

aku kira setelah keluar dari toko perhiasan, sir nick akan membawaku kembali ke sekolah. tapi aku salah, sir nick membawaku ke dermaga pantai dekat sekolah. kami duduk di bangku kayu dekat lautnya. sebenarnya dari tadi sir nick berbicara padaku, tetapi aku tidak mendengarnya dan hanya diam tak bergerak dengan pandangan lurus dan kosong.

belum pernah aku merasakan sakit semacam ini sebelumnya. rasanya seperti ada lubang besar di dada. sakit sekali.

jika jatuh cinta rasanya sakit seperti ini, aku lebih baik tidak pernah merasakan cinta.

"ana? ana?" terdengar sir nick memanggilku sambil menggoyang goyangkan tubuhku. aku sadar dari lamunanku dan pelan pelan melihat wajah sir nick yg sudah terlihat khawatir.

"ada apa sir? mmh maksudku, yeah sir" jawabku sambil melihat wajahnya sejenak lalu tertunduk. sir nick mengangkat daguku membuat mata kami bertemu. sebenarnya aku sudah tidak kuat lagi ingin menangis, tapi karena aku tidak mau sir nick bertanya kenapa, jadi aku tahan sebisaku.

"apa ada yg mau di ceritakan" tanya sir nick masih terlihat khawatir. untuk meyakinkannya, aku hanya menggeleng sambil tersenyum lemah dan menghindari tatapan matanya.

karena jika aku terus menatap matanya pasti aku akan menangis.

ih ! lemah sekali kamu ana ! hanya karena pria, kamu jadi lemah seperti ini ? wanita macam apa kamu hah ?!

"sir, saya duluan ya, karena jam 3 ada pelajaran" kataku berdiri sambil melihat jam tangan merah yg sedang kupakai.

"oh iya, saya juga mau mengajar. ya sudah kita kembali bersama saja :)" jawabnya sambil berdiri. aku tidak bisa menolak ajakannya, jadi kami berjalan menuju mobil hitamnya dan kembali ke sekolah.



---------

"terima kasih ya sudah memilih tempat yg bagus juga hadiahnya. aku sangat tertolong olehmu ana. nanti aku janji, jika dia menerima lamaranku, aku pasti akan mengundangmu. terima kasih ya ana :)" kata sir nick terlihat sangat senang. kugigit bibir bawahku sambil tersenyum canggung dan mengangguk. sir nick mengacak acak rambut merahku yg tergerai lalu pergi meninggalkanku berdiri di parkiran.

kuhela nafas panjang dan berjalan ke belakang sekolah. sebenarnya aku tidak tahu mau pergi kemana. sudahlah, biarkan si kaki mau melangkah kemanapun yg mereka mau. sampai-sampai, aku sudah duduk di bleacher lapangan football dan melihat para atlit american football sedang berlatih.

semilir angin yang dari tadi berhembus, mengibaskan rambut merahku yg tergerai panjang. sejuk.

karena dari tadi aku melihat atlit sedang berlatih, jadi aku tidak sadar bahwa ada orang yg duduk di sebelahku.

"hei manis, kenapa tidak masuk kelas? bel sudah berbunyi. oh atau mungkin kau sengaja bolos karena ingin melihatku berlatih ya?" tanya orang yg duduk di sebelahku yg ternyata adalah justin. siapa lagi coba yg memanggilku manis jika bukan dia -,-

pelan-pelan aku melihat wajahnya yg penuh dengan keringat yg juga sedang memakai headband ungu. badannya tidak terbaluti apapun membuat ototnya terlihat jelas. aku terus melihatnya tanpa ekspresi, tapi justin kebingungan dengan ekspresiku.

"apa yg kau lihat?" tanya justin bodoh sambil melihat ke arah belakang.

"justin" panggilku. lalu dengan cepat mata justin memusatkan ke mataku.

"oh padaku, ada apa manis?" tanyanya sambil tersenyum genit.

"boleh ku pinjam tubuhmu?" tanyaku masih melihat matanya.

terlihat justin sudah menganga senang dan dia juga menggeser sedikit ke arahku.

"meminjam tubuhku? kapan? malam ini? tentu saja ! :D" jawab justin terlihat sangat senang dari biasanya. tapi wajahnya langsung merengut ketika aku menggeleng keras.

"sekarang justin" kataku melihat wajahnya garang. setelah justin mendengar jawabanku tadi, dia langsung menganga tidak percaya, tapi akhirnya bibirnya membentuk senyuman lebar.

"sekarang? baiklah, aku akan bolos latihan selanjutnya anything for my bab---" kata-katanya terpotong saat aku memeluk tubuhnya yg berotot. aku tidak peduli dengan keringatnya yg bercucuran, tapi karena aroma tubuhnya sangat wangi, jadi aku tidak terlalu peduli.

mungkin pertama justin terkejut, tapi setelah beberapa menit aku memeluknya dan mulai menangis sesegukan, justin memegang bahuku sambil melepas pelukannya membuat aku melepas pelukannya.

walaupun justin sudah melepas pelukannya, aku terus menangis sesegukan. lalu aku bisa merasakan jari justin menghapus air mata yg ada di pipiku.

"jangan menangis, rasanya sakit sekali jika melihat wanita sepertimu menangis sampai begini. aku mohon ariana, berhentilah menangis" mohon justin dengan suara yg lembut. lalu dia memelukku lagi, dan kali ini justin membelai rambut merahku dengan penuh kasih sayang. "baiklah, keluarkan saja semuanya. agar kamu tidak merasa sakit lagi" sambungnya dan meletakan dagunya di ubun-ubunku.

ternyata walaupun justin di cap anak berandal ke 2 dan genit, ternyata dia masih punya sisi lembutnya. sama seperti avan. bedanya, justin lebih lembut dari pada avan.

aku terus menangis di dadanya mengeluarkan semua rasa sakit yg masih tertinggal di dadaku. justin juga terus mengelus rambutku dengan lembut membuatku bertambah nyaman berada di pelukannya.

sudah puas menangis, aku masih tetap memeluk tubuh justin. karena jujur, tubuhnya sangat hangat dan nyaman membuatku betah untuk memeluknya. kami berdua sama sama diam, sampai justin menghela nafas panjang.

"sudah puas menangisnya?" tanyanya masih membelai rambutku dengan lembut. aku hanya mengangguk untuk mengiyakannya.

"memang kenapa kamu mengangis sampai sesegukan begitu sih? kasih tau dong" pintanya.

setelah justin berkata itu, di pikiranku hanya ada flashback saat aku bersama sir nick tadi, kata-katanya pun masih jelas di telingaku membuat air mata itu keluar lagi. ku peluk erat tubuh justin dan melanjutkan tangisan tadi.

"eh ?! kok menangis lagi ?!" tanya justin terkejut.

"kamu mengingatkan kejadian itu lagi sih !!" gumamku keras di dadanya.

"ah, maaf deh -,-"

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang