part 51

8.3K 220 0
                                    

Terlihat seorang pria, sedang terduduk di atas gumpalan salju taman kota Roma dengan seorang gadis berambut merah terduduk di atas pangkuannya. Walaupun taman kota ini sudah tertumpuki salju dan suhu yang dingin, tetapi orang-orang masih berlalu lalang di taman ini. Dari mulai anak kecil yang bermain bola salju, sampai orang tua yang menggunakan tongkat datang ke taman ini.

Hening. Untuk kedua orang tadi hanya hening, menikmati suhu hangat tubuh satu sama lain. Mata gadis itu terpejam sambil menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria berambut emas. Bibirnya pun terus melengkung ke atas, membuat seulas senyum kecil terpancar di wajahnya yang terlihat kacau-karena pikiran yang terus menghantuinya-. Tangan besar sang pria, melingkar pada pinggang gadis itu bersikap melindungi tubuh rampingnya yang mulai menggigil kedinginan oleh angin musim dingin di kota Roma.

Pria itu mempererat pelukan tangannya seraya mendekatkan bibirnya pada telinga sang gadis. "natal sudah di depan mata. Hadiah apa yang kau inginkan pada natal ini, hm?" bisiknya membuat nafas hangatnya yang harum menerpa telinga gadis itu. "sebutkan apapun keinginanmu, aku pasti akan memberikannya padamu" tambahnya dan menyempatkan untuk mengecup pipi dan rahang gadis yang duduk di pangkuannya.

Gadis itu bergidig ketika bulu kuduknya meremang dengan sudut bibir melebar dan suara kekehan pelan keluar dari bibirnya yang penuh. "kau terdengar seperti santa claus saja, Justin. Dan kata 'apapun' itu terdengar berlebihan di telingaku"

pria tampan itu mendesah seraya mengubah posisi duduk gadis yang ada di pangkuannya yang pada awalnya duduk menyamping, menjadi duduk berhadapan. Tangannya kembali melingkar pada tubuh ramping gadis itu. "aku serius, nona Grande. Apapun kemauanmu, akan kukabulkan" sejenak matanya menatap nanar mata gadis yang ada di hadapannya. "terkecuali, aku tidak akan mengabulkan permintaanmu, jika kau ingin aku jauh dari sisimu"

gadis itu terdiam. Mencoba mencerna apa yang dikatakan pria itu. Tapi akhirnya ia menghela nafasnya sambil tersenyum. "kau terdengar seperti.... Kekasihku saja" ucapnya tidak berani menatap mata hazel Justin. Takut lututnya melemas dan takut pikirannya akan kacau dengan khayalan kecilnya. Untuk menghindarinya, Ia terus menatap kancing besar blazer hitam tebal Justin yang sedang di mainkan oleh jari-jarinya yang kecil.

"Ariana, dengar" Justin mengangkat dagu Ariana membuat mata hazel keduanya saling beradu. "aku tidak perduli dengan sebutan hubungan kita selama ini. Yang pasti, aku hanya ingin kau tahu jika aku ini... Sudah benar-benar jatuh cinta padamu. Kau sudah membutakan mataku pada gadis-gadis yang mungkin lebih cantik darimu. Sekarang aku hanya bisa melihatmu. Dimataku kau adalah gadis tercantik dan termanis yang ada di duniaku. Dan aku sangat berharap kau pun melihatku seperti aku melihatmu"

selesai bicara, mereka hanya diam dan saling bersitatap. Tetapi mereka sibuk dengan pikiran yang ada di kepalanya masing-masing. Justin dengan pikiran tentang bagaimana Ariana akan meresponnya. Sebaliknya Ariana, ia terus memikirkan bagaimana tentang perasaan yang dirasakannya pada pria di hadapannya saat ini.

Ariana mendesah kecil dan memberanikan dirinya untuk menatap mata Justin sambil tersenyum. "oke... Sebenarnya kau ingin memberi tahuku betapa besarnya perasaanmu padaku, atau membicarakan apapun permintaanku di hari natal nanti?" ucapnya sambil terkekeh pelan di depan wajahnya.

Pelan-pelan Justin ikut terkekeh dengan gadis itu seraya mengalungkan tangan Ariana di lehernya. "hmm.. Dua-duanya boleh?"

tawa Ariana makin menggelegar sambil menggeleng. "hahahaha tidak boleh Justin, kau tetap harus--" kata-kata gadis itu terhentikan oleh Justin yang tiba-tiba langsung meraup wajah Ariana dan mencium bibirnya. Ariana hanya bisa tersenyum di bibirnya seraya membalas ciuman Justin yang memang tak bisa ia hindari setiap bibirnya bergerak di mulutnya.

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang