Justin POV
semua orang sibuk menjahili anak lain yang berlalu lalang di lapangan football. Aku yang hanya melihatnya dari jauh-dari bleacher-hanya bisa terkikik kecil melihat ekspresi konyol yang di tunjukan korban.
Dulu aku yang berada di bawah situ dan menjahili, tetapi sekarang semuanya berubah. Teman-temanku percaya dengan omongan kosong murid lain tentangku, jadi aku sama sekali tidak mempunyai teman di sini.
Sambil mendesah, aku bangkit dan menuruni bleacher berjalan keluar lapangan football. Yang tadinya aku mau kembali ke asrama, setelah melihat bola basket yang tergeletak di bawah, ku ganti tujuanku. Ku ambil bolanya dan mulai mendriblenya sampai lapangan basket yang ada di luar ruangan. Suasana hatiku langsung berubah senang, setelah memainkan benda bulat ini. Tapi semuanya hancur ketika ku dengar suara wanita dari balkon atas keluarga harringston.
Ariana.
Bola yang tadi sedang ku drible, ku biarkan menggelinding. Tatapanku terus terpaku pada ana yang sedang tertawa pada avan-tahu karena rambutnya yang panjang-lalu dia juga berteriak-teriak yang tidak dapat ku ketahui apa katanya dengan tangan yang di layang-layangkan ke udara seperti orang frustasi. Tapi seketika saja rasanya jantungku berhenti berdetak. Tenggorokanku juga tercekat dengan mata yang sudah membulat besar dengan apa yang sedang ku lihat.
Mereka berciuman.
Memang kenapa jika mereka berciuman? Itu hak mereka bukan? Tapi kenapa hatiku harus merasa sakit?! Arrgh!
Ku alihkan pandanganku ke lain arah seraya menjambak rambutku sendiri seperti orang frustasi. Nafasku memburu tidak karuan karena menahan emosi yang ingin ku luapkan.
"eerrgh!!" aku mengerang dan berlari dengan cepat keluar daerah atletik.
Author POV
Justin terus berlari melewati murid-murid yang berlalu lalang dengan kostum halloweenya. Ia tidak perduli dengan omelan orang yang tidak sengaja ia senggol, sampai ada yang terjatuh karena ulahnya. Tapi ia tetap berlari dengan pandangan lurus ke depan. Jantungnya terus berdentum kencang, walaupun udara sangat dingin, tetapi suhu tubuhnya terasa panas. Uap berwarna putih keluar dari mulutnya sesuai dengan nafas yang keluar. Sambil terus berlari bayangan yang tadi di lihatnya terus terbayang di benaknya membuat kepalan di tangannya makin mengencang dan berlari semakin cepat.
Baru kali ini aku merasakan sakit seperti ini. Pikirnya sambil menyentuh dada kirinya masih berlari.
Sudah sampai parkiran sekolah, tiba-tiba dari arah bis kuning tak terpakai, ia merasakan sebuah lemparan yang tepat mengenai wajah sebelah kiri justin. Ia berhenti dan merasakan cairan lengket dan bau. Telur.
Terdengar suara tawaan pria yang berat, lalu tanpa aba-aba justin menggeram pelan di tenggorokannya sambil berlari ke arah pria yang tertawa tadi dan menghantam rahang pria besar itu dengan kepalan tangannya. Walaupun pria itu lebih besar dan tinggi dari justin, dia tidak bisa membalas pukulan justin yang terus menghantam tubuh ataupun wajahnya.
Kau harus jadi milikku, Ana !!
Teriaknya dalam hati sambil terus memukul pria besar yang sudah terkapar dan berlumuran darah.
Ariana POV
mataku terus membulat besar dengan apa yang di lakukan Avan padaku. Walaupun sebenarnya ingin sekali aku mendorong dan menamparnya, tetapi entah kenapa aku sama sekali tidak bisa melakukannya. Aku mengerang kecil ketika lidahnya menyapu milikku. Walaupun hati terus menolak, tetapi sepertinya tubuhku sama sekali tidak mau menolaknya. Sebagai contohnya tanganku. Aku baru tersadar kalau tanganku sekarang sudah melingkar di lehernya. Mataku juga tertutup dengan bibir yang terus mengikuti gerakan ciumannya. Jika memang di rasa-rasa, bibirnya lembut dan manis seperti cokelat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullworth Academy (justin bieber Love story)
FanfictionSayang juga kalau mangkir di draft mulu. Cerita ini sama sekali gak aku edit. Asli banget dari taun 2011. Bahkan masih ada emotnya. Jaman-jamannya buat JD di Facebook. Kalau yang mau ber-cringy cringy ria monggo di tengok. Dan yep, ini cerita tenta...