ku buka pintu gudang olahraga dan melihat justin yg sedang memunggungiku.
"ada apa kau menyuruhku kesini?" tanyaku sambil menutup pintu gudang, membuat ruangan bertambah gelap.
"bisakah kau tidak mengumbar kemesraanmu di daerah kuasaku? bisa-bisa aku menghancurkan hubungan kalian. apa kau mau?" gumam justin. aku memutarkan bola mataku dan bersandar pada pintu yg tertutup.
"itu hakku, justin. dia kekasihku" desahku. "oh ya, daerah kuasa? memang sekolah ini milikmu? pssh tentu saja bukan -,-" tambahku.
justin membalikan badannya membuat kami bersitatap. dia sama sekali tidak berekspresi. tapi tidak tahu kenapa, aku merasa gugup saat justin melihatku seperti itu.
"ya sudah. terserah" gumamnya dan berjalan ke arahku. aku kira dia akan menciumku, tapi aku salah. justin menarik tanganku agak kasar membuatku tidak bersandar pada pintu lagi. dia juga membuka pintunya, dan berjalan keluar gudang meninggalkanku.
ku lihat dia berlari kecil ke tengah lapang dan mulai menginstruksikan semua teamnya untuk berlatih kembali.
aku geleng-geleng sendiri, melihat tingkah justin yg aneh seperti tadi.
baru pertama kali aku bertemu orang seperti dia. dan sialnya, ada suatu kaitan dengannya.
---------
karena aku malas melihat justin, aku pergi meninggalkan lapangan football dan pergi ke gedung kolam renang. mudah-mudahan saja kosong.
sambil berjalan, aku mengirim pesan pada devon memberi tahunya aku pergi karena ada urusan mendadak.
bohong sedikit tidak apa lah.
sudah sampai dalam gedung, aku langsung mencari tempat duduk yg ada di lantai 2. tapi dari kejauhan, aku bisa melihat seorang gadis yg sedang menangis.
ku sipitkan mataku untuk melihat jelas siapa dia. dari rambut gadis itu, rasanya aku pernah melihatnya.
pelan-pelan aku berjalan ke arah gadis yg sedang menangis itu. mungkin dia sadar akan keberadaanku, kepalanya mendongak dan melihat wajahku.
"dakota?" tanyaku dengan kelopak mataku yg sudah terbuka lebar.
wajahnya sangat kusut. pipinya yg biasa terlihat putih, berubah menjadi merah. keringat bermunculan di kening dan lehernya membuat rambut emasnya menempel pada kulit. matanya yg besar juga terlihat sipit dan lebam saat dia masih menangis.
"apa yg terjadi?" tanyaku sambil duduk di sebelahnya.
dakota terus melihatku masih sesegukan lalu dia memelukku, ku balas pelukannya dan membelai rambutnya, mencoba untuk menenangkannya.
"aku tidak percaya, selena, teman baik kita, menghianatiku" katanya sambil sesegukan. dahiku berkerut kebingungan.
"menghianatimu? memang dia berbuat apa?" tanyaku masih membelai rambutnya.
"dia lebih memilih teman populernya dari pada aku sahabatnya" jawab dakota sesegukan.
"teman populer? siapa?"
"victoria justice dan elizabeth gillies" jawab dakota lagi.
selly berteman dengan mereka? kok bisa?
"apa yg membuat selly berteman dengan mereka?" tanyaku mendorong pundaknya agar bisa melihat wajah dakota.
"semua bermula saat sir lautner memberikan hadiah pada selly. dan pada saat itu victoria melihatnya, kau tahu lah jika senior yg satu itu juga menyukai sir lautner. jadi dia menyempatkan kesempatan itu pada selly. aku sudah memberi tahu selly kalau dia itu di peralat oleh mereka, tapi karena selly terlalu terobsesi ingin populer, jadi dia tidak mendengarkan aku sama sekali" jelasnya dan kembali menangis di dadaku.
ini tidak boleh terjadi, bagaimanapun juga selly adalah sahabatku dan dakota. aku tidak mau hal buruk terjadi padanya sampai menangis seperti dakota saat ini. tapi kalau dia mungkin lebih parah.
"biar aku yg bicara padanya nanti" kataku sambil terus menenangkan dakota.
---------
aku, cholë, dakota, kembar sprouse dan luke sedang melihat ke arah meja dimana selly duduk bersama 'anak-anak populer'
kami terus memperhatikan selly dari kejauhan, mereka sedang mentertawakan sesuatu yg ada di depannya. tapi saat mataku dan selly bersitatap, dia langsung tertawa canggung dan mengalihkan pandangannya dariku.
"hai guys! sedang melihat apa?" tiba-tiba suara devon muncul dan dengan serempak, kami melihatnya yg sedang memperhatikan selly juga.
"sedang apa selly duduk bersama orang-orang itu?" tunjuk devon dengan satu alisnya yg menaik.
aku mendesah dan menarik tangannya sampai duduk di sebelahku.
"dia sekarang berteman dengan anak-anak populer itu" jelasku. devon menatapku kebingungan.
"kenapa bisa?" tanyanya lagi. aku memutarkan bola mataku.
"kau belum mandi ya? jorok -,-" gerutuku menghiraukan pertanyaannya. devon hanya bisa nyengir dan mencium pipiku.
"aku kesini hanya sebentar kok, nanti aku akan berlatih lagi" jawabnya dan mengambil apel miliku dari nampan.
"guys kalian sudah tahu, nanti minggu depan ada pesta halloween?" tanya cole. dengan serempak, kami menggelengkan kepala bertanda tidak tahu menahu.
"ah kalian ini payah -,- pokonya nanti minggu depan, keluarga harringston mau mengadakan pesta halloween di rumahnya" jelas cole.
"rumah harringston dimana?" tanyaku bingung.
"rumahnya depan gerbang ke kelas workshop dekat air mancur bullworth" jawab luke sambil menatapku dan devon.
aku dan devon mengangguk. maklum lah kita tidak tahu dimana rumahnya, karena kita ini baru 2 bulan bersekolah di bullworth.
setelah itu, kami semua merencanakan kostum yg akan di pakai nanti saat pesta halloween. kami juga bersenda gurau karena dari tadi cole dan dylan terus mengucapkan kata-kata konyol.
tidak lama dari itu, devon pamit keluar kantin duluan karena harus berlatih lagi. sebelum dia pergi, dia mengecup pipiku dan berlari kecil meninggalkan kantin.
walaupun kami semua sedang bersenda gurau, tapi sebenarnya pikiranku sedang memikirkan, bagaimana caranya supaya bisa bicara baik-baik dengan selly.
mudah-mudahan dia mau mendengarku nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullworth Academy (justin bieber Love story)
Fiksi PenggemarSayang juga kalau mangkir di draft mulu. Cerita ini sama sekali gak aku edit. Asli banget dari taun 2011. Bahkan masih ada emotnya. Jaman-jamannya buat JD di Facebook. Kalau yang mau ber-cringy cringy ria monggo di tengok. Dan yep, ini cerita tenta...