Author POV
"Ana?" panggil pria berambut emas yang sedang duduk di sampingnya, untuk yang kesekian kalinya. Tetapi gadis yang bernama Ana itu, tetap diam pada lamunannya sambil menerawang jauh melihat orang-orang yang berhilir mudik di bandara kota Bullworth ini.
Mungkin pria itu sudah lelah karena tidak di dengar oleh gadis itu, ia mendesah keras dan meraup wajahnya membuat bibir mereka bertemu.
Sadar dengar perlakuan pria itu, Ana terkesiap dan perlahan mendorong dadanya, melepas ciuman yang di berikan pria itu. "Justin! Ini tempat umum!" desis Ana di depan wajahnya.
Justin tetap menutup matanya dan kembali menarik wajah Ana. "aku tidak perduli. Ini salahmu sendiri. Kenapa kau tidak mendengar panggilanku terus, hm?"
"aku tidak tahu jika kau.." perkataan gadis itu terhenti dengan ciuman Justin lagi. Tapi kali ini Ana membalasnya saat lidah Justin menyapu bibir bawahnya. lalu ia kembali melepas ciumannya. "...Memanggilku" selesainya dengan nafas yang tersengal karena ciuman Justin yang lembut, tetapi penuh dengan passion.
Justin menatap gadis itu dengan tatapan tajamnya. "ya, aku terus memanggilmu tetapi kau tidak mendengarku terus. Tapi sudahlah lupakan saja" ia berhenti sejenak karena melihat mulut gadis itu terbuka untuk berbicara. Tetapi dengan cepat ia mengangkat satu jarinya. "bisakah kau diam sebentar dan cium aku?"
----
Ariana POV
kedua kakiku berjinjit di atas sepatu kets kesayangannya yang berwarna cokelat. Kedua tanganku mengalung pada lehernya, sedangkan kedua tangan Justin memeluk tubuhku. Tetapi dari tadi bibir kami terus bergerak sesuai sinkron yang lembut.
Ku hirup nafasnya yang harum saat ia membuka mulutnya.
Setelah aku mendengar pengumuman pesawat yang akan kunaiki akan segera berangkat untuk yang kedua kalinya, dengan berat hati ku lepaskan bibirku darinya. Jika kalian di cium olehnya, pasti akan merasa enggan untuk melepasnya. Dia benar-benar pencium yang handal.
Masih dalam posisi tadi, aku bergumam di depan wajahnya. "oke Justin, aku harus pergi sekarang"
"mm hm" gumamnya dan menyalipkan bibirnya di bibirku lagi sebentar. "jika...Kau....Sudah sampai....Telepon aku.." ucapnya sambil terus menyempatkan untuk menyalipkan bibirnya di bibirku.
Akupun mengangguk dan memperdalam ciumannya dengan memeluk lehernya, membuat tubuhnya merapat dengan tubuhnya.
"oke cukup. Kau bisa membuatku tertinggal pesawat" desakku melepas ciumannya dengan nafas tersengal. Justin hanya tertawa pelan dan menurunkanku dari atas kakinya. "bye Justin" ucapku mulai berjalan menjauhi Justin tetapi tangan kami masih mengait.
Semakin jauh aku berjalan, semakin lepas juga jari-jari kami yang saling mengait. Sebelum masuk pada gate yang akan ku masuki, ku lihat Justin yang sedang berdiri di belakangku sambil menyalipkan kedua tangannya di saku celana. Saat ia melihatku menatapnya, ia mengangkat satu tangannya sambil tersenyum. Ku balas senyumannya, sebelum aku berbalik dan berjalan memasuki pesawat yang akan ku naiki.
Author POV
gadis berparas manis yang sedang terduduk di kursi kedai kopi bandara italy, sedang menyesap cokelat panasnya perlahan. Asap hangat yang mengepul pada cokelat panas pesanannya, mengenai wajahnya yang sudah terasa membeku karena dingin, membuat saraf-saraf wajahnya merileks. Sensasi hangat yang mengenakan baginya, langsung mengalir pada tenggorokan dan perutnya yang sudah keroncongan.
Masih menggenggam mug putih besar berisi cokelat panas yang sudah setengah, matanya bergerak mengarah keluar jendela transparan besar yang ada di sampingnya. Ia juga melihat setiap butiran-butiran salju yang berterbangan di awal musim dingin ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullworth Academy (justin bieber Love story)
FanfictionSayang juga kalau mangkir di draft mulu. Cerita ini sama sekali gak aku edit. Asli banget dari taun 2011. Bahkan masih ada emotnya. Jaman-jamannya buat JD di Facebook. Kalau yang mau ber-cringy cringy ria monggo di tengok. Dan yep, ini cerita tenta...