part 25

9.3K 285 0
                                    

kuperhatikan terus justin dari bleacher. karena saking terpesonanya dengan tubuhnya yg terlihat seksi, mataku seakan-akan tidak bisa di kerjapkan. tapi anehnya, walaupun mataku sudah terasa kering, tetap tidak merasakan perih.

"ana, kau sedang lihat apa?" tanya devon sambil menyenggol tubuhku. ku kerjap-kerjapkan mataku sambil melihat devon. lalu kulihat lagi ke arah lapangan, justin sudah duduk di kursi panjang, yg terletak di depan bleacher sedang memunggungi kami. lalu pandanganku kembali pada devon.

"jadi ingin bergabung dengan team football" kataku melenceng kemana-mana sambil menyeringai. devon yg mendengar jawabanku terlihat terkejut.

"apa? ingin ikut? tidak salah? kau ini kan wanita" katanya masih terlihat kaget. seketika saja, saat devon makin terlihat bingung, aku sadar. kugelengkan kepalaku dan menampar diriku sendiri.

apa yg telah aku pikirkan tentang justin tadi?! dia seksi? sampai-sampai aku ingin masuk team football?! aku bertaruh, di hari pertamaku latihan pasti akan langsung patah-patah tulangku -,- tapi memang sih justin terlihat seksi, tapi rasanya aneh jika aku mengatainya begitu!

kau ini kenapa ana?!

"ah! tidak-tidak bukan itu maksudku!! maksudku, kenapa kau tidak mendaftar sekarang saja?" tanyaku mencoba mencari topik yg nyambung dengan perkataan tadi. devon tersenyum setengah hati, lalu pandangannya di alihkan pada lapangan lagi.

"aku mau masuk ke team football setelah misiku yg pertama tercapai" jawabnya masih tersenyum. aku melihatnya keheranan.

tumben sekali dia terlihat tenang seperti ini. biasanya kan terlihat ceria seperti dylan dan cole. akh! cole, jadi teringat dia lagi -,-

"memangnya apa misi pertamamu? jika boleh tahu itu juga" tanyaku ingin tahu. devon mendesah dan berdiri.

"aku masih ada pelajaran, aku duluan ya" katanya menghiraukan pertanyaanku tadi. aku mendongak dan melihat wajahnya. dia tersenyum lalu membungkukan badannya dan mencium keningku sambil meninggalkanku di bleacher. kulihat devon, dengan santainya berjalan meninggalkan lapangan football.

ada apa dia? akhir-akhir ini jadi bertingkah aneh. ah sudahlah, mungkin suasana hatinya tidak sedang baik.

ku kedikkan bahuku, dan pandanganku kembali melihat lapangan. kulihat justin sedang berlatih push up. aku tertawa sendiri karena membayangkan aku sedang duduk di punggungnya yg sedang push up. hahaha aku memang konyol.

"hei rambut merah! kemari sebentar !!" panggil seseorang dari lapangan sebelah kanan. kulihat ada 4 orang menggunakan jaket football sedang melihat ke arahku, satu orang yg paling besar melambaikan tangannya padaku. aku bergidig ketika melihat senyuman liarnya padaku. dengan canggung, aku membalas senyumannya dan berdiri meninggalkan bleacher, berniat meninggalkan lapangan football.

lebih baik aku pergi dari pada mendekati senior senior itu. hiiii ..

baru saja aku mau menaiki tangga, tiba-tiba ada yg menarik tanganku membuat kepalaku menubruk pada dada seseorang. dan, oh tidak. orang yg menarikku ternyata orang yg memanggilku tadi.

"apa kau tidak dengar tadi aku memanggilmu, beau?" tanyanya sambil tersenyum. dia menarik tanganku ke sekumpulan temannya di tempat tadi dia memanggilku.

sebenarnya aku ingin sekali melawannya, tapi akan sia-sia saja jika mereka lawanku. yang ada nanti justru aku yg kesakitan.

"ariana ! di situ kau rupanya, aku mencarimu kemana-mana. dan ternyata kau sedang bersama earnest" ucap seseorang yg ada di belakangku. pria besar yg sedang memegangku, melihat ke belakangnya keheranan. lalu dia menatapku.

"apa kau kekasih justin?" tanyanya keheranan.

justin?

"hei earnest! hei kau! kataku tunggu saja di bleacher! ayo ikut denganku! terima kasih earnest, kau sudah menemukannya. bye" saat ku balikan badan, benar saja. terlihat justin dengan gagahnya, berjalan ke arahku, keringatnya masih terlihat sehabis berlatih push up tadi. ekspresi wajahnya sedang melihatku dengan tajam, seolah aktingnya benar-benar sempurna.

harus kuakui, dia pantas menjadi aktor.

sesampainya justin di depan kami, dia langsung menyambar tanganku yg di pegang 'earnest' dan berjalan menjauhi sekumpulan senior senior football tadi, lalu merangkul pundakku.

sudah agak jauh, justin mulai menggumami sesuatu.

"kenapa saat earnest memanggil, kamu langsung mengikutinya?!" desis justin saat kami menaiki tangga keluar lapangan.

"aku tidak mendekatinya! aku berniat untuk kabur tapi dia menarik tanganku. memangnya dia akan apakan aku?!" aku menjawabnya sambil berdesis sama sepertinya.

"dia pasti akan menjadikanmu budaknya. kau akan di suruh-suruh seperti menyuruhmu untuk membelikan minuman atau apalah. dan jika kamu ingin berhenti menjadi budaknya, kau harus tidur beberapa malam dengannya. mau?!" jelas justin. aku langsung bergidig setelah justin menjelaskan semuanya padaku. ada juga di sini yg seperti itu. aku kira tidak ada.

aku menggeleng untuk menjawab pertanyaan justin.

BRUKK!

tiba-tiba saja, justin menyandarkanku pada tembok gedung kolam renang. tangannya mengapit tubuhku di tembok. seakan tidak memperbolehkanku jauh darinya. eh?

"apa?" tanyaku pelan dan bisa terdengar getaran kecil berbunyi dari tenggorokanku.

kenapa aku tiba-tiba gugup jika dia ada di hadapanku? biasanya kan tidak.

satu sudut bibir justin menyungging sedikit, matanya juga sayu saat wajahnya pelan-pelan mendekati wajahku.

mau apa dia?

"ju-justin" bisikku pelan sambil menahan dadanya agar tidak mendekat lebih dekat dengan wajahku. dia menatapku, menunggu apa yg akan ku ucapkan.

"kau bau, menyingkir dari hadapanku -,-" gerutuku sambil membuang muka darinya.

senyuman justin menghilang dan menatapku keheranan.

"bau?" tanyanya. aku mengangguk sambil mencubit hidungku.

"padahal kemarin aku baru mandi. sudah bau lagi?" tambah justin sambil mencium ketiaknya sendiri.

idih, jorok! masa baru mandi kemarin? memang dia mandi berapa kali seminggu?

justin terus menciumi kedua ketiaknya sambil bergumam sendiri seperti 'bau? tidak ah, masih wangi' atau 'ah, atau aku lupa memakai parfum? tidak ah, setiap aku tidak mandi, aku selalu ingat'

aku hanya memutarkan bola mataku meninggalkan justin yg masih sibuk sendiri dengan ketiaknya.

tapi belum jauh darinya, tanganku sudah di tarik.

"mau kemana?" tanyanya sambil melihatku dengan tajam. kubalas tatapannya sambil menyingkirkan tangannya, tapi justin menyambar tanganku lagi.

"bukan urusanmu!" jawabku ketus.

"kau tidak tahu terima kasih ya?!" kata justin tidak kalah ketus. disitu aku langsung kebingungan dengan kata-katanya yg baru saja dia katakan.

hah? terima kasih? memang kenapa aku harus berterima kasih padanya?

"aku baru saja menolongmu dari earnest ingat?" justin mengingatkan lagi. ah, benar.

"oh, terima kasih. bye" jawabku singkat lalu pergi meninggalkannya lagi. tapi lagi-lagi justin menarik tanganku untuk yg ke dua kalinya.

"kau ini !! lepa---"

CUP*



-------

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang