part 55

7.1K 202 4
                                    

sekarang Justin dan Ariana baru saja memasuki gereja kecil yang terlihat kosong saat mereka mau ketempat lain dalam perjalanannya. Bangunan yang tua dan khas italy terlihat pada gereja ini. Sungguh sangat di sayangkan gerejanya tidak ada yang mengurus dan mendatanginya. Terlebih lagi hari ini malam natal. Seharusnya para jemaat sudah berkumpul di sini. Tapi yang terlihat hanyalah bangku-bangku panjang yang terlihat sudah bobrok dan di penuhi jaring laba-laba.

Terdengar pintu besar gereja tertutup di belakang Ariana saat ia sedang berjalan ke depan altar gereja. Menyalakan lilin-lilin oleh pematik yang tersimpan di sana. Setelah menyala, ia melipat tangannya sambil tertunduk dan menutup matanya. Berdoa pada tuhan.

"Justin, jangan diam di dekat pintu terus. Bergabunglah bersamaku. Berdoalah" gumam Ariana yang terasa sangat membahana pada bangunan kosong ini. Justin mendesah di belakang. Perlahan kakinya melangkah mendekati Ariana yang sedang berdiri di ujung sana. Tapi sudah di tengah jalan, langkahnya terhenti dan menggeleng keras seraya menghembuskan nafas berat. "hentikan" gumamnya. Nada frustasi jelas-jelas terdengar di dalam suaranya yang berat.

Dengan kening berkerut Ariana menoleh ke pada Justin yang sedang berdiri mematung di belakang. "apa?"

"aku bilang, hentikan!" kali ini suara Justin naik dua oktaf sekaligus. Menengadah ke arah Ariana dan menatapnya dengan tajam. Amarah terlihat di matanya. Tetapi sorotan kepedihan pun terlihat jelas di sana. Ia benar-benar sudah frustasi dengan ini semua. Ia tak bisa lagi berpura-pura senang di saat-saat seperti ini. Dia sudah lelah.

"hentikan? Apa maksudmu Justin?" kening Ariana makin berkerut ketika melihat wajah Justin yang terlihat kesal di hadapannya.

Justin menyalipkan jari-jarinya pada rambut emasnya dengan frustasi. "aku ingin menghentikan semuanya Ana. Semuanya. Aku sudah lelah, aku sudah tak sanggup lagi berpura-pura padamu"

seketika saja tubuh Ariana bergidig kedinginan setelah Justin mengatakan kata-kata itu. "berpura-pura padaku? Aku tidak mengerti Justin"

Ariana melangkahkan kakinya untuk mendekati Justin. Tapi dengan cepat, Justin mengangkat tangannya memberi tahu Ariana untuk menghentikan langkahnya. "jangan mendekat! Cukup kau berdiri saja di sana" mendengar itu, Ariana langsung berhenti melangkah, masih menatap Justin dengan kening berkerut. Justin menghela nafasnya yang terasa berat dan sesak. Ia pun mencoba menatap wajah Ariana walaupun ia tahu itu akan mempersulit keadaan. "Ariana, aku ingin kau menjauh dariku. Dari kehidupanku. Dan.. Berusahalah untuk melupakanku"

kata-kata itu terlontar dengan nada yang jelas dan tajam. Kata-kata itu juga berhasil membuat dada Ariana sesak dan sakit. Seluruh tubuhnya seakan lumpuh. Tak bisa di gerakan sedikitpun. Ingin sekali ia mengatakan sesuatu lewat mulutnya yang terbuka. Tetapi suara itu sedikitpun tidak keluar seakan ia pun bisu mendadak. Matanya yang besar sama sekali tidak berkedip. Napasnya tercekat di tenggorokannya yang terasa sangat kering.

"ini jalan terbaik. Aku tidak mau kau terus berdampingan dengan orang jahat sepertiku" lanjut Justin terdengar kecut.

Orang jahat? Apa maksudnya? Pikir Ariana dalam hati.

"kau pasti bingung kan kenapa aku bilang begitu? Tentu saja, karena kau tidak tahu apa-apa akan semua perkataanku. Dan bersiaplah, pasti setelah ini kau akan langsung membenciku" lanjutnya lagi sambil mengangkat bahunya seraya menjejalkan kedua tangannya pada saku celana.

Ariana terdiam. Ia masih bingung. Tidak mengerti apa yang di katakan Justin saat ini. Kepalanya pun sudah terasa berputar. "dan apa itu?" bisik Ariana dengan suaranya yang parau.

Justin menatap lurus-lurus pada Ariana. Matanya tajam dan keyakinan tersirat di matanya. "aku pembunuh, Ariana. Aku pembunuh ayah kandungmu"

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang