part 54

7.5K 218 1
                                    

buliran-buliran salju mulai bertebaran di udara. Suhu kota Roma yang memang sudah terasa dingin pada musim pergantian tahun ini semakin menusuk tulang. Tetapi walaupun udara sudah di bawah nol derajat, tidak menjadi alasan untuk setiap orang berjalan-jalan di malam natal ini. Di tengah kota Roma ramai akan setiap keluarga ataupun pasangan yang merayakan malam natal disana. Bagaimana tidak, tepat pada malam natal ini, terdapat bazar-bazar yang menawarkan segala macam barang maupun makanan di sana. Para santa claus palsu juga sudah terlihat di setiap depan bistro ataupun kedai-kedai dengan menyerukan selamat natal pada setiap orang yang melewat. Dan yang menjadi khas terakhir, lagu-lagu natal sudah terdengar, juga sebuah pohon natal besar yang di hias secantik mungkin di tepi jalan.

Ariana menghembuskan nafasnya ketika ia sudah hampir sepuluh menit menunggu Justin duduk di kursi panjang. Dengan sabar, Ariana terus terduduk dan mengusap-usap tangannya yang terbalut jaket berulang kali. Karena walaupun ia sudah memakai jaket yang lumayan tebal, udara dingin masih terasa menusuk tulangnya. Matanya terus melihat pada setiap orang yang berjalan di hadapannya. Uap putih terus mengepul keluar mulut dan hidungnya setiap ia bernafas. Sebenarnya Justin pergi kemana? Pikir Ariana berulang kali dan menoleh ke arah kanan dan melihat bazar-bazar yang ada di depan matanya berharap sosok pria jangkung berambut emas terlihat disana. Tapi nihil. Ya dia memang melihat pria jangkung berambut emas, tetapi pria itu tentu saja bukan pria yang ia maksud.

Ariana menghembuskan nafas lagi, namun kali ini ia tertunduk menatap sepatu kets kumal yang sedang di pakainya.

Lama. Justin benar-benar lama. Sebenarnya kemana dia pergi? Apa dia sengaja mau membuatku mati kedinginan disini? Desah Ariana dalam hati. Baru saja ia mau berdiri dan pergi, tiba-tiba gerakannya terhentikan oleh sesuatu yang hangat langsung terasa di pipinya. Ariana menoleh dan melihat Justin yang sedang menempelkan kaleng cokelat panas pada pipinya. Senyuman lebar terpancar di wajahnya. "maaf lama. Mesinnya mendadak macet tadi" ucap Justin sambil duduk di samping Ariana. Dan mengulurkan kalengnya pada Ariana.

Dengan kening berkerut Ariana mengambil kaleng cokelat panas itu, masih menatap Justin. "jadi dari tadi kau hanya terus di depan mesin minuman?"

Justin tertawa sambil menggeleng. "tidak sayang. Aku juga pergi ke suatu tempat" katanya sambil meronggoh saku celananya. Ariana mengalihkan pandangannya dan membuka penutup kaleng membuat bunyi nyaring terdengar dan uap hangat langsung mengepul mengenai wajahnya membuat saraf saraf tegangnya merileks. "Ariana"

sambil menyesap cokelat panasnya, Ariana menoleh ke arah Justin. "hm?" tapi setelah ia bergumam, ia langsung terkesiap dengan apa yang dilihatnya.

Sebuah kotak kecil berwarna hitam tersimpan di atas telapak tangan Justin. "apa itu?"

Justin tersenyum sambil membuka tutup kotak itu membuat Ariana terkesiap sekali lagi. "untukmu"

Ariana tercengang. Ia terus menatap cincin platina yang ada di hadapan matanya. Ya, cincin. Justin memberikan cincin platina dengan berlian kecil yang terdapat di tengahnya. Itulah alasan sebenarnya Justin pergi meninggalkan Ariana kedinginan di bangku panjang. Mau memberinya suatu kejutan kecil yang mungkin bisa membuat hati Ariana senang pada malam natal ini. Setidaknya hari dimana Justin harus...

Oke, sepertinya aku harus melupakan pikiran itu dulu. Pikir Justin dan mencoba mengenyahkan pikiran yang sedang mengganggunya.

"bagaimana? Kau suka?" tanya Justin dan menatap wajah Ariana yang sedang tercengang. Ingin rasanya Justin tersenyum dengan senangnya saat ia melihat gadis yang di cintainya terlihat bahagia. Sepertinya ini akan mempersulit Justin dengan apapun yang akan dilakukannya.

Ariana mengangguk senang. Saat Justin baru saja membuka mulutnya, ia langsung terdiam ketika Ariana memeluk leher Justin dan menggumamkan terima kasih di telinganya. Sejenak Justin hanya diam menatap kosong orang yang berlalu lalang dari bahu Ariana. Tidak membalas pelukannya. Tetapi setelah ia mengingat lagi akan obrolan tadi bersama Joe, dia mengangkat tangannya dan memeluk tubuh mungil Ariana dengan erat.

Mungkin ada beberapa detik mereka berpelukan, akhirnya Ariana melepas pelukannya dan menatap kedua mata hazel Justin dengan berbinar-binar. "Justin kau tahu? Sepertinya aku juga mencintaimu"

mendengar itu kepala Justin langsung berputar tak menentu. Hatinya pun mendadak sesak.

Sebenarnya ia senang. Ia bahagia. Tetapi kenapa Ariana baru mengatakannya sekarang? Justru ini akan makin mempersulitnya untuk mengatakan semua yang sudah di janjikan pada Joe. Kenapa harus sekarang? Kenapa?

Dengan terpaksa, Justin memunculkan senyum tipis yang tidak sampai matanya. "bagus kalau begitu" katanya tidak menunjukan kesenangan yang memang harus di keluarkan saat ia berkata begitu. "oh ya, sini tanganmu" Ariana mengulurkan tangan kirinya, dan perlahan Justin memasangkan cincin platina itu pada jari manis Ariana.

"kau seperti sedang melamarku" ucap Ariana riang. Lalu ia mencium bibir Justin yang langsung Justin balas. "terima kasih" katanya sekali lagi. Justin hanya tersenyum tipis sambil mengangguk kecil. Ya tuhan, aku benar-benar tidak sanggup. Aku tidak mau dia membenciku. Desak Justin di benaknya.



----

sambil bergandengan tangan, Justin dan Ariana berjalan di antara kerumunan orang di dalam bazar. Mata keduanya tiada henti melihat-lihat sekeliling. Lalu mata Ariana menemukan satu titik yang menarik minatnya. Ia menyipitkan matanya untuk memperjelas apa sebenarnya yang sedang di lihatnya.

"Justin, kau lihat orang-orang disana?" tunjuk Ariana yang langsung di ikuti oleh mata Justin. "kenapa mereka berdansa di sana? Di bawah jalaran pohon anggur?"

Justin langsung tertawa saat Ariana mengatakan itu. "bukan jalaran anggur Ana, tapi lihat baik-baik" bisik Justin sambil memeluk tubuh Ariana dari belakang. Kepalanya di tumpukan pada bahu kecil Ariana.

Sejenak, Ariana terus terdiam dan memandang serius sebenarnya apa yang tergantung di atas kayu kayu yang ada di atas para pendansa itu. Tapi setelah mengerti, alisnya langsung terangkat. "oh.. Mistletoe"

"tepat. Mau kesana?" tanya Justin. Tetapi tanpa mendengar Jawaban Ariana Justin sudah menarik tubuh Ariana kesana. "kau ingat janjimu yang kedua untuk menciumku di bawah mistletoe?" Justin mencoba mengingatkan.

Ariana menatapnya sambil mengangguk. "ya, aku ingat"

sesampainya di sana, alunan musik lembut klasik berbahasa italy langsung terdengar. Banyak pasangan muda maupun tua berdansa di bawah mistletoe mistletoe yang tergantung di atasnya. Tanpa ragu, Justin langsung memeluk pinggang Ariana dan Ariana langsung memeluk leher Justin. Kedua mata hazel itu seakan bercampur menjadi satu saat mereka terus bersitatap dan menggerakan kaki ke kiri dan ke kanan dengan lamban sesuai alunan musik.

Walaupun senyuman Justin mengembang tipis di bibirnya, tetapi sebenarnya hatinya tak begitu menentu. Sebenarnya hati kecilnya sudah hancur karena ia harus melakukan sesuatu malam ini pada Ariana. Secara harfiah bukan melakukan, tetapi lebih tepatnya mengatakan.

Ia bingung. Ia resah dengan semua pikiran yang menggerogoti benaknya. Ia juga bingung bagaimana harus menceritakannya. Tapi ia yakin, malam ini juga ia harus segera menceritakannya. Menceritakan masa lalunya yang kelam dan tak beradab pada gadis ini. Ia tak mau gadis yang di cintainya membenci dirinya setelah ia mengatakan itu semua. Tetapi mau tidak mau itu pasti terjadi. Dan inilah yang ditakuti Justin kapan saat-saat yang tepat untuk mengatakannya. Ia tidak mau menghancurkan hati Ariana saat ini. Sangat tidak mau.

Ariana tersenyum manis membuat hati Justin terasa tercabik-cabik. Bagaimana jika setelah ia mengatakan semuanya, senyuman itu tidak akan lagi di perlihatkan padanya. Tidak tertawa lagi untuknya, dan juga tidak lagi memandang kasih sayangnya seperti sekarang. Justin benar-benar takut.

Sambil mengambil nafas pelan, Justin menundukan kepalanya mendekati wajah Ariana. Dengan perlahan, Justin menyalipkan bibirnya dengan bibir Ariana. Bergerak lembut di bibirnya. Sangat lembut. Tapi hatinya lagi-lagi terasa sesak. Karena kemungkinan besarlah, ini untuk yang terakhir kalinya ia merasakan bibir manis dan basah Ariana menyatu dengan bibirnya.

Aku sudah tidak sanggup lagi. Desah Justin dalam hati.



----

Bullworth Academy (justin bieber Love story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang