ku percepat langkahku menuju gedung utama dari gedung gym. karena sekarang sudah waktunya lunch, seperti biasa aku, selly, dakota, cholë, luke dan kembar sprouse berkumpul di kantin, di tempat kita biasa duduk.
aku berjalan sendirian karena selly ada sesuatu yg harus di katakan pada sir lautner, sedangkan dakota, dia sudah duluan pergi ke kantin.
ku percepat langkahku bukan karena ingin cepat-cepat makan atau berkumpul. tapi aku ingin bertanya pada cole dan menginginkan semua penjelasannya melakukan itu.
sungguh, setelah aku mengetahuinya kalau dia yg mencuri pakaian dalamku, kepercayaanku mulai menurun.
memang kemungkinannya sangat besar dia yg mencuri pakaian dalamku. karena pada saat itu, hanya kembar sprouse lah yg mengetahui kamar kami.
baru sampai bundaran air mancur, tiba-tiba aku di hadang oleh justin yg sedang bermain skate, membuatku terjelembab ke dalam kolam air mancur. sontak semua orang yg melihatku tertawa semua.
"whoa maaf, di sengaja hahaha :p" tawa justin meledak mengikuti tawaan murid yg lainnya.
jika kolamnya bersih tidak apa, tapi ini sangat kotor dan berlumut, membuat kemeja putih yg sedang ku pakai sampai berwarna hijau lumut. kucoba berdiri, tapi karena permukaan kolamnya yg sudah berlumut menjadi licin, membuatku tepeleset dan tercebur lagi di kolam.
seluruh tubuhku jadi kotor lagi, rambutku juga jadi bau. padahal tadi aku sudah mandi dan keramas di kamar mandi gym T.T
kenapa dia tidak ada puasnya mengerjaiku seperti ini ?!
aku tidak mau di bully !!
dari kolam, aku terus menatap justin dengan garang. tapi dia terus mentertawaiku, sama halnya dengan murid yg lain yg masih melihatku.
"mana pacarmu yg cupu itu? kenapa dia tidak ada di sampingmu?" tanya justin berhenti tertawa dan tersenyum sinis ke arahku. aku tidak menjawab pertanyaannya, tapi hanya terus menatapnya dengan garang.
"ada apa ini? ada yg berkela--- ana? itu kau? sedang apa di dalam kolam?" seketika saja suasana hening dan melihat ke arah sumber suara. ku lirik dan melihat avan yg sedang menggunakan rompi aquaberrynya dan rambut yg tidak jelas bermodel apa, melihatku keheranan. avan juga mendekati pinggiran kolam di mana aku terjelembab.
"kenapa kau di dalam kolam?" tanyanya lagi sambil terduduk di pinggiran kolam.
aku tidak menjawabnya, tapi yg ada saat aku ingin menjawab, bibirku bergetar hebat. padahal cuacanya tidak dingin, ataupun aku dalam keadaan takut. ku alihkan pandanganku dari avan dan melihat justin yg sedang melipat tangannya di bawah dada, satu kakinya ada di atas skate. avan yg melihat pergerakan mataku, membuatnya mengikutinya juga. saat dia melihat justin, dia kembali menatapku sambil memutarkan kedua bola matanya dan menunjuk justin yg ada di belakangnya.
"oh jadi penyebabnya dia?" tanya avan bernada tidak peduli. aku tidak mengangguk untuk mengiyakannya, tapi terus menatap justin dengan tajam.
ku dengar avan mendesah, duduknya berbalik membuat justin dan dirinya saling berhadapan. kulihat avan melipat tangannya di bawah dada seperti justin.
"justin, apa kau tidak malu mengerjai anak perempuan? bukannya kau telah di cap anak paling berandal di sekolah ini? dan jika benar, mau di taruh dimana harga dirimu jika kau hanya bisa mengerjai seorang wanita saja? bisa-bisa julukanmu bukan berandal sekolah lagi, tapi banci sekolah. apa mau kau di juluki itu?" tanya avan masih bernada santai. kulihat tangan justin sudah membentuk kepalan membuat buku jarinya terlihat putih.
"aku memang mengerjai wanita itu, bukan berarti aku banci, tapi aku punya alasan tersendiri untuk mengerjainya. dan kau avan, tidak perlu ikut campur dalam hal ini. sudah, urusi dulu pelacurmu yg selingkuh. jika selesai baru kau boleh ikut campur dan sok jadi ksatria buat ariana" balas justin sambil tertawa mengejek. mungkin emosi avan sudah terpancing, karena dia langsung berdiri dan berjalan mendekati justin yg masih berdiri tegak dan tertawa.
"aku tahu ini bukan urusanku. tapi kau tidak perlu menyangkut pauti hal ini dengan masalah pribadiku" jawab avan terus mencoba bicara sesantai mungkin. tapi aku masih bisa mendengar secercah emosi di dalam suaranya.
terlihat dari diri justin, dia sama-sama tidak mau kalah dalam perdebatan ini, karena dia mendekati avan dan menatapnya masih dengan senyuman sinis.
"secara langsung, kau juga telah ikut campur dalam masalah pribadiku. ariana adalah masalah pribadiku, jadi kau juga jangan ikut campur" jawab justin masih tidak mau kalah. tapi yg ada, avan malah tertawa mengejek pada justin.
"masalah pribadi? kau ini bodoh atau tolol sih? jika memang benar ini masalah pribadimu dengannya, kenapa kau harus menyelesaikannya dengan cara begini? terang-terangan? benar-benar otak udang" ejek avan. terlihat dari jauh, rahang justin sudah mengejang. matanya yg sewarna dengan madu, terlihat keras dari biasanya. dia sudah benar-benar marah. tapi dia mendesah dan tersenyum licik.
"oke, aku memang otak udang. tapi kenapa kau jadi membela ariana? jika benar, mau di kemanakan pelacurmu itu? mau kau buang saja setelah apa yg kau perbuat padanya? kau telah meninggalkan banyak bekas di tubuhnya, avan. dan PASTINYA, kau tidak mungkin semudahnya melepaskan pelacurmu itu, iya kan?" ucap justin seperti ingin membeberkan semua rahasia avan. murid-murid yg sedang berkumpul di sini terlihat berbisik, bahkan ada satu orang yg mengajukan pertanyaan pada justin.
"memangnya elizabeth telah di apakan oleh avan?" terdengar salah satu pria di antara mereka mengajukan pertanyaannya.
aku terdiam, menunggu jawaban justin. entah kenapa, seluruh tubuhku bergetar hebat dan rasa ingin tahu itu sangatlah dalam.
"ini bukan urusanmu" ucap avan masih dengan suara monotonnya kepada orang yg bertanya tadi.
"semua orang perlu tahu avan. dan kau ana, kau ingin tahu apa rahasiannya kan?" tanya justin padaku. avan melihatku juga dengan pandangan tanpa ekspresinya. walaupun aku dilanda keingin tahuan yg besar, tapi aku tidak mengangguk dan menggeleng. aku diam membeku di tempat sambil menatap justin.
"tidak perlu kau ceritakan justin, ini masalahnya" ucapku pelan, sampai-sampai terdengar seperti bisikan oleh mereka. justin tertawa lagi, dan kali ini sambil berjalan mengitari kolam.
"perlu kalian tahu saja ya, jika salah satu dari kalian, wanita khususnya. perlu berhati-hati jika kalian suatu saat nanti berpacaran dengan avan. karena kalian tahu? dia memukuli kekasihnya tidak hanya 1 kali 2 kali, tetapi sangat sering" belum selesai bicara, avan sudah memotongnya.
"jika ya, memang kenapa? aku memukulnya karena sifatnya yg sudah keterlaluan. dia sudah tahu emosiku benar-benar tinggi, aku juga sering memintanya putus, dan aku bisa dengan mudah melepasnya. tapi apa kau berfikir sampai sini tidak. kenapa dia masih saja mau berpacaran denganku, walaupun aku sering memukulnya? dan sudah tidak mau berpacaran dengannya? apa kau pernah berfikir sampai kesitu, justin drew bieber yg agung?" sela avan masih saja mencoba untuk santai dengan ekspresi yg datar.
mungkin justin terasa di permalukan, karena dia berbalik ke arah avan sambil menatapnya tajam dan juga berjalan cepat ke arahnya.
aku tahu apa yg akan terjadi ! aku tahu dan tidak akan membiarkannya !
seakan sekarang ini di landai pergerakan waktu yg lambat, seperti dalam film yg di beri efek slow motion. sampai-sampai matahari yg sedang terik pun berubah gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullworth Academy (justin bieber Love story)
FanficSayang juga kalau mangkir di draft mulu. Cerita ini sama sekali gak aku edit. Asli banget dari taun 2011. Bahkan masih ada emotnya. Jaman-jamannya buat JD di Facebook. Kalau yang mau ber-cringy cringy ria monggo di tengok. Dan yep, ini cerita tenta...