~2 weeks later~
gadis itu mendesah. Ia memikirkan bagaimana caranya agar tumpukan buku yang ia bawa tersimpan di lokernya yang terlihat sudah sesak.
Susah payah ia berusaha memasukan tumpukan buku itu ke dalam loker miliknya. Belum selesai, tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Membuat tumpukan buku yang akan dimasukan sang gadis terlepas dari tangannya dan terjatuh.
Terdengar suara kikikan pria yang baru memeluknya pada telinga sang gadis. "oopsie!"
gadis itu memutarkan bola matanya seraya melepas tangan pria yang melingkar di tubuhnya dan berjongkok untuk mengambil buku-bukunya yang terjatuh. "terima kasih Justin, kau sangat menolong" gadis itu berhenti sejenak seraya menatap Justin yang masih berdiri di hadapannya sambil melipat tangannya di depan dada dengan senyuman geli yang tersungging di bibirnya. Gadis itu mendesah sekali lagi, dan kembali menyusun bukunya. "kau tahu Justin? Aku menata lokerku yg sudah sesak itu tidak mudah. Dan kau tahu? Kau adalah orang kedua yang baru saja merusak mood awal liburan musim dinginku"
Justin tertawa renyah dan ikut berjongkok di hadapan gadis itu. Kiranya, Justin akan membantu menyusun bukunya, tetapi ia salah.
Dengan gerakan cepat, Justin mencium pipi gadis berambut merah itu. "oh well, hello to you too" bisik Justin di hadapan wajah gadis itu, membuat pipinya berubah merah.
Gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali sebelum ia menggeleng dan menatap tajam mata Justin -masih dengan pipi yang merah- "oh sudahlah Justin! Ini tidak lucu!"
Justin tertawa lagi. "aku memang tidak lucu, tetapi ganteng" katanya percaya diri, seraya menaik turunkan alisnya yang tebal.
kini gadis itu yang tertawa. "hahaha dalam mimpimu Justin" setelah gadis itu berkata begitu, Justin pun ikut tertawa. "oke.." sela gadis itu, yang membuat tawaan Justin dan dirinya berangsur berhenti. "sekarang, bisakah kau membantuku memasukan buku ke dalam loker?"
----
Ariana POV
"kenapa dari tadi tidak terfikirkan, kalau bukumu di titipkan pada lokerku saja?" ucap Justin setelah ia menutup dan mengunci lokernya. Aku hanya bisa mengangkat bahuku sambil tersenyum lebar. "ya sudah, lupakan" tambahnya seraya memeluk bahuku sambil berjalan menuruni tangga. Lalu ia menatapku dan bertanya. "oh ya, memang siapa yang berani-beraninya merusak liburan musim dinginmu sebelum aku?"
ku hela nafas panjang dan mendecakkan lidahku sebelum menjawab. "mom. Dia yang pertama merusak liburan musim dinginku" sejenak aku berhenti ketika Justin terduduk di kursi kantin dan mendudukanku pada pangkuannya.
"maukah kau memberi tahuku, apa yang terjadi?" harap Justin seraya memainkan jari-jari tanganku dengan satu tangannya.
Ku pandang jemariku-yang dimainkan Justin tentunya-yang berada di pangkuan sambil mendesah. Lagi. "tadi pagi, mom menelpon. Pertama sih aku senang karena akhirnya ia menelponku juga. Tapi.." aku berhenti lagi dan menyandarkan kepalaku pada bahunya. "setelah ia menyuruhku untuk pergi ke... Ke Italy, suasana hatiku berubah"
ku dengar Justin terkesiap lalu menarik bahuku agar kami saling bertatapan. "pergi ke Italy? Maksudnya, dia menyuruhmu pindah kesana?"
aku menggeleng keras, membuat pusing di kepalaku kambuh lagi. Well setelah kejadian pemukulan itu yang membuat kepalaku gegar otak ringan, rasa pusing pasti akan datang setiap harinya. Tapi itu tidak menjadi masalah buatku. "bukan pindah Justin, tetapi selama liburan musim dingin, aku harus berada di Italy"
alis Justin terangkat beserta sebelah sudut bibirnya membentuk senyuman miring. "itu bagus dong. Jadi kau bisa liburan di luar negeri"
aku mengerang dengan komentarnya. Apa dia lupa dengan rencananya di musim dingin?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullworth Academy (justin bieber Love story)
FanfictionSayang juga kalau mangkir di draft mulu. Cerita ini sama sekali gak aku edit. Asli banget dari taun 2011. Bahkan masih ada emotnya. Jaman-jamannya buat JD di Facebook. Kalau yang mau ber-cringy cringy ria monggo di tengok. Dan yep, ini cerita tenta...