aku menyukaimu. maukah kau menjadi kekasihku?
kata-kata manis yg di katakan devon di atas panggung masih terngiang di telingaku. seakan-akan tidak mau menghilang.
saat devon mengatakan kata-kata itu, tubuhku langsung bergetar hebat, jantungku juga berdetak lebih kencang dari batas normalnya. tapi seketika saja bumi berputar lebih cepat, membuat kepalaku pusing dan terjatuh.
sebenarnya suara teriakan khawatir para penonton masih terdengar, aku juga masih bisa melihat wajah devon yg khawatir dan terasa tubuhku di angkat oleh seseorang. tetapi setelah itu, pandanganku gelap dan telingaku juga sudah tidak mendengar apa-apa lagi.
-------
"ini semua salahmu! jika kau tidak menyatakannya di depan umum, mungkin dia tidak akan pinsan!"
"kenapa kau jadi marah padaku? apa urusannya denganmu?! dan itu hakku mau menyatakan dimana saja juga!"
"tapi kau telah mempermalukannya di depan umum! apa kau sadar itu?!"
"mempermalukannya di depan umum? hahaha kau tidak mendengar kata-kataku saat kami berada di atas panggung? aku menyatakan perasaanku, bukan mempermalukannya!"
samar-samar terdengar suara perdebatan 2 pria yg ada di dekatku.
sebenarnya mereka sedang memperdebatkan apa sih? dan siapa saja mereka?! berisik!
brakk
"hei kalian! jangan beradu mulut terus! jika ada seseorang di depanmu yg pinsan, kalian harus segera bertindak sebelum dia meninggal. seperti wanita saja bisanya hanya beradu mulut! minggir! aku mau menyadarkannya!"
okay, siapa lagi itu? tapi dari suaranya mungkin itu avan.
eh tunggu! dia bilang mau menyadarkanku? apa dengan sepatunya yg super bau lagi?!
tidak tidak! aku tidak mau !!
kucoba untuk membuka mataku dengan paksa, tapi tetap tidak bisa. belum sempat sadar, aku sudah bisa mencium bau yg menyengat. eh bukan bau, tapi harum parfum.
terlalu harum jadi wanginya sampai terasa di ujung lidahku. yuck !!
aku terbatuk-batuk dan terduduk di atas kasur. kulihat 3 kepala sedang memperhatikanku.
"devon? justin? avan? kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanyaku melihat wajah mereka secara bergantian. avan mendesah dan melipat kedua tangannya di bawah dada dan wajahnyapun kembali datar. justin masih melihatku seperti aku ini mempunyai mata di keningku, sedangkan devon tersenyum sambil mendesah.
"apa kepalamu pusing?" tanya devon dengan suaranya yg lembut. ku lihat wajahnya dan mengangguk kecil sambil menyentuh keningku.
"mau tylenol?" tanyanya sambil berjalan ke arah kotak p3k.
"tidak, tidak usah. nanti juga sembuh sendiri. terima kasih" jawabku tersenyum. devon membalas senyumanku.
DEG
tiba-tiba jantungku lagi-lagi berdetak kencang ketika melihat senyumannya yg sama saat masih berada di panggung.
ah! pentas seninya!
"apa yg terjadi dengan pentas seninya setelah aku jatuh pinsan?" tanyaku sedikit khawatir. aku takut acaranya jadi kacau setelah aku pinsan.
"kacau" kata-kata yg paling tidak mau aku dengar, di katakan oleh justin. dia menyipitkan matanya ke arah devon. tatapannya terlihat tajam dan benci. avan melihat devon, tapi tatapannya tetap datar. like always -,-
KAMU SEDANG MEMBACA
Bullworth Academy (justin bieber Love story)
Fiksi PenggemarSayang juga kalau mangkir di draft mulu. Cerita ini sama sekali gak aku edit. Asli banget dari taun 2011. Bahkan masih ada emotnya. Jaman-jamannya buat JD di Facebook. Kalau yang mau ber-cringy cringy ria monggo di tengok. Dan yep, ini cerita tenta...