5. LOVE IS IN THE AIR

423 48 3
                                    

Hubungan mereka sudah berjalan enam bulan. Ini sama dengan hubungan Por dan Perth. Bedanya yang terakhir menjalin kasih secara LDR. Mau bagaimana lagi. Sekolah mereka berada di provinsi yang berbeda.

"Plan, kau menunggu Mean," ujar Joss yang baru saja keluar dari ruang loker dengan Jida berada di sampingnya. Joss dan Jida akhirnya memilih bersama dan Jani tengah berkencan dengan salah satu anggota basket lainnya. Lihatlah siapa yang begitu bahagia selain Plan. Iya, itu Sammy yang juga tengah dekat dengan Yacht.

"Uhm," gumam Plan sambil tersenyum.

Mereka baru saja selesai memenangkan pertandingan basket antar daerah dan setelah ini, akhir Desember, sekolah mereka akan melawan sekolah Perth.

Plan masih duduk di luar dan Mean menghampiri dirinya dengan jersey dan celana basketnya. Ia menyimpan tas olahraga di bahunya.

"Di luar hujan," sahut Plan saat Mean mendekati dirinya dan duduk di sebelahnya.

"Aku bawa payung," sahut Mean.

"Kalau begitu makan di dormitori saja, na! Tidak usah ke kafe," sahut Plan lagi. Mean menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju luar gym dan berpayung bersama menuju dormitori Mean.

Meski namanya dormitori, jangan salah! Dormitori Mean sangat elit dan mewah. Dormitori orang kaya tak sama dengan mereka yang penghasilan orang tuanya hanya rata-rata.

"Mean, bahumu basah," sahut Plan kaget saat melihat satu bagian bahu Mean basah tak terlindungi payung. Mereka baru sampai di depan dormi dan Mean menutup payungnya dan menyimpannya di tempat penyimpanan payung.

"Tidak apa-apa. Tidak penting," ujar Mean sambil dengan cepat menuntun Plan memasuki lift.

"Eh?" Plan kaget.

Mereka sampai di dormitori Mean dan Mean langsung mencium Plan di balik pintu.

"Astagaa! Sabaaar, Meaaan!" bisik Plan, tapi tak menolak Mean yang tengah mencium leher Plan.

"Kau tak lelah, mmmph?" suara Plan tertahan sebab Mean menyosor bibirnya. Mereka berciuman lama dan Mean menanggalkan jerseynya dan kemudian melepas kancing seragam Plan dengan cepat.

"Astagaa, Meaaan uuuungh!" desah Plan dan Mean dengan cepat mengangkat Plan dan menidurkannya di atas ranjang.

"Meaaan," desah Plan. Mean masih menciumi leher Plan yang mulus. Plan sadar kalau sudah seperti ini, Mean yang terlihat sempurna di mata dunia, lebih tampak seperti orang yang tengah mabuk dan mencari sesuatu yang lama hilang.

"Aku nggak lapar. Aku merindukanmu. Aku merindukan saat seperti ini. Karantina membuatku gila karena bayanganmu selalu menggangguku," desah Mean sambil menciumi kuping Plan.

"Hei," lirih Plan sambil menarik kepala Mean dari kupingnya dan kemudian menangkup pipi Mean. Tatapan Mean penuh berahi tapi juga ada banyak rindu dan cinta di dalamnya.

"Lakukan pelan-pelan! Aku tak akan ke mana-mana," sahut Plan dengan lembut seiring dengan tatapannya yang lembut juga.

"Kau tak akan pulang?" Mean mengernyitkan alisnya. Plan menggelengkan kepalanya.

"Nenekku bilang, malam ini, aku boleh bersamamu, tapi kau tak boleh membuatku hamil," bisik Plan.

"Tak akan. Setidaknya untuk beberapa waktu," sahut Mean sambil tersenyum bahagia.

Mereka berdua saling menatap lembut dam kemudian berciuman dengan perlahan dan berangsur dalam dan intens. Sekarang Mean lebih tenang dan semalaman adalah waktu yang cukup panjang untuk menikmati kebersamaan.

"Plaaan, kau cantik sekali?" Lirih Mean sambil mencium dahi, hidung dan bibirnya dan sekarang ia bergerak ke lehernya dan bundaran sintal yang telah ia incar cukup lama akhirnya memenuhi mulutnya juga.

"Mmmmph, Meaan, uuungh," desah Plan. Mereka berciuman hangat dan sekali lagi Plan mendesah panjang saat Mean mendorong naganya ke dalam nona Plan.

"Uuuungh, astagaaaa! Aku sangat rindu ini!" racau Mean sambil mendorong naganya lebih dalam.
Plan agak terhenyak. Sudah lama pula lubangnya tak dimasuki sang pemilik.

Sejak tiga bulan lalu Mean sibuk dengan basketnya dan mereka hanya bisa bertemu beberapa kali dan mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bercumbu.

"Ooo, Meaaan, uuuungh!" desah Plan sambil memegang bahu Mean erat dan Mean masih bergerak di atas Plan sampai tak lama kemudian mereka sama-sama mencapai puncak pelepasan.

Mereka tidur berdampingan dan bertatapan lembut. Tangan Mean menjulur ke kepala Plan dan membelai rambutnya lembut.

"Rak," sahut Mean lembut.

"Rak," jawab Plan sambil tersenyum dan kemudian menyusupkan wajahnya ke dada Mean dan menciumnya pelan.

"Main lagi?" bisik Mean sambil memeluk Plan dan mencium pucuk kepalanya.

"Kau tak lelah?" tanya Plan sambil mengangkat kepalanya dan menatap Mean.

"Tentu saja tidak! Tenaga kuda," bisik Mean lagi sambil tersenyum.

"Cuih! Bukan tenaga kuda, kau saja mesum," sahut Plan sambil memukul dada Mean pelan. Keduanya tergelak dan mereka bermain lagi sampai kelelahan melanda mereka dan tidur berpelukan.

Perjalanan mereka masih panjang. Pasti akan ada banyak tantangan dan ujian. Tidak apa-apa. Selama mereka bersama dan percaya satu sama lain, pasti mereka bisa melaluinya bersama.

Semoga kalian selalu bahagia, Mean dan Plan.

Tamat

ROMANCE COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang