Video permainan basket Plan menjadi bahan perbincangan banyak orang. Ini membuat beberapa lelaki membuat fans klub Plan Rathavit. Jumlahnya menyaingi anggota fans klub yang diperuntukkan sang kapten basket puteri, Jida.
Berbeda dengan Jida yang merasa bangga karena ia merasa dielukan dan dijadikan pujaan, Plan sebaliknya. Ia merasa terganggu sebab kehidupannya dikuntit oleh orang-orang yang tak dikenalnya.
Hidupnya tak bebas dan ia merasa kemanapun ia pergi, seseorang tengah mengawasi dirinya.Suatu hari, ia baru saja selesai makan siang dan Plan pikir, minum jus mangga di bawah pohon di belakang taman sambil melihat beberapa acara tentang tanaman di Youtube akan menjadi penutup untuk istirahatnya siang itu dari belajar. Masih ada satu jam dan itu cukup untuk melakukannya.
Ia tengah berjalan menuju pohon saat ia menyadari bahwa ia tengah diikuti. Dia kesal dan menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia berlari ke arah yang berlawanan dan ia mendengar beberapa jejak kaki mengikutinya.
"Sial!" rutuknya kesal.
Brug. Ia bertabrakan dengan seseorang di belokan dan jus mangga menumpahi seragamnya. Lelaki yang ditabraknya itu tiada lain tiada bukan adalah Mean Phiravich.
"Astagaa!" pekik Plan.
"Maafkan aku!" sahut Plan dan ia masih ketakutan dengan orang yang mengejarnya.
Dengan cepat ia menarik lengan Mean dan membawa lari dirinya bersamanya. Mean yang kebingungan menoleh dan dengan cepat ia bisa paham yang terjadi. Ia melepaskan tangan Plan dan sejenak Plan kaget. Tapi, saat Mean menarik lengannya berlari bersamanya ke dalam ruang musik, dan bersembunyi di kolong meja guru dan menyimpan telunjuk di bibirnya ia sangat paham. Mean mencoba menyelamatkan dirinya.
Mereka masih pada posisinya sampai jejak kaki itu tak terdengar lagi dari luar ruang musik. Mereka keluar dari kolong meja.
"Maafkan aku dan terima kasih," ujar Plan sambil menunjuk pada bagian baju Mean yang kotor dan wai kepadanya. Ekspresi di wajahnya merasa bersalah.
"O, tidak apa-apa," sahut Mean. Bagaimana bisa ia melupakan gadis dengan senyum secerah matahari itu.
"Bagiku apa-apa. Akan kubersihkan," sahut Plan lagi. Tangannya bergerak pada dasi Mean dan mulai melepasnya.
"Kau mau apa?" Mean kaget.
"Melepaskan bajumu. Aku ingin membersihkannya," sahut Plan dengan tenang.
"Eh?" Mean kaget.
"Kenapa kaget? Jus mangganya menembus sampai perutmu kurasa," tunjuk Plan.
"Aku akan membukanya sendiri," sahut Mean.
"Okay," ujar Plan sambil tersenyum ramah.
Mean membuka kemejanya dengan canggung, menyisakan dirinya dengan kaos singlet yang juga terkena muntahan jus mangga.
"Sudah kuduga," sahut Plan sambil menatap perutnya.
"Apa?" Mean kaget dan wajahnya memerah sebab Plan tengah menatap perutnya.
"Ini akan makan waktu lama. Uhm, apa kau membawa baju ganti atau jaket? Aku pikir harus bawa bajumu ke laundry." Plan menatap Mean dengan rasa bersalah.
Mean menggelengkan kepalanya. Ia membuka kaos singletnya menyisakan dirinya yang setengah telanjang. Wajah Plan dan Mean memerah. Keduanya berpaling mencoba menghindari tatapan.
"Kalau begitu kau harus bersabar menunggu. Tunggu sebentar," ujar Plan sambil mengambik kaos singlet di tangan Mean. Dengan cepat ia mengambil air hangat dari tempat cuci tangan dan membersihkan bagian baju Mean yang kotor. Mean berdiri bersender pada piano dan menatap punggung Plan. Sekali lagi lelaki itu meneguk ludah saat semakin dia amati, lekuk tubuh Plan semakin menggodanya.
Plan menoleh ke arahnya sejenak dan dengan cepat Mean mengalihkan pandangannya. Plan tersenyum. Ia kembali pada pekerjaannya dan dalam waktu setengah jam, ia sudah selesai membersihkan keduanya dan ia mengeringkan bajunya di bawah AC dan seperempat jam kemudian bajunya sudah kering.
"Maafkan aku, tidak sepenuhnya bersih memang. Kuharap kau tak mempermasalahkannya," sahut Plan setelah Mean memakainya kembali dan melihat masih ada sedikit noda di baju yang sudah dibersihkannya.
"Iya, tidak apa-apa," ujar Mean.
"Terima kasih," sahut Plan sambil tersenyum.
"Baiklah, aku akan pergi," sahut Plan sambil berjalan menjauhi Mean.
"Aaa, tunggu sebentar!" sahut Mean.
"Apa?" Plan menoleh dan mengangkat alisnya penasaran.
Mean berjalan mendekati Plan.
"Aku tak sengaja mendengar percakapanmu dengan Joss tempo hari. Apakah Perth Tanappon pacarmu?" Mean bertanya dengan wajah yang serius. Plan membelalakkan matanya dan ia kemudian tergelak.
"Kau sudah gila! Aku tak mungkin mengencani dia," sahut Plan sambil masih tergelak.
"Eh? Tapi aku jelas dengar kau sudah punya pacar. Aku pikir Perth. Kami teman sewaktu aku menjadi siswa pertukaran di Khon Kaen," ujar Mean.
"Eh? Kau kenal dia? Wah, dunia sangat sempit ya," ujar Plan.
"Aku tak mengerti," sahut Mean.
Plan menggelung rambutnya.
"Kau tak melihat aku dan dia mirip?" tanya Plan. Mean masih bingung.
"Kami kembar. Dia adikku. Tapi karena keluarga kami bermasalah, Perth tinggal dengan pamanku dan aku tinggal dengan nenek," sahut Plan.
"O, begitu! Sekarang aku mengerti," ujar Mean sambil menganggukkan kepalanya. Plan ikut menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Ah, tapi, bisakah kau rahasiakan ini?" ujar Plan lagi.
"Ya, tentu saja," sahut Mean.
"Terima kasih," sahut Plan.
"Itu artinya kau berbohong kepada Joss tentang kau punya pacar," sahut Mean lagi memmancing.
"Pacar? Siapa yang mau denganku? Siapa yang tak tahu dengan latar belakangku," ujar Plan lagi sambil tersenyum.
"Eh, Joss menyatakan perasaannya kepadamu, bukan?" tanya Mean.
"Benar. Tapi dia sedang bingung. Dia hanya terobsesi dengan basket, jadi siapapun yang memiliki kemampuan basket yang ia pikir unik pasti akan menarik hatinya. Sudahlah! Aku sering bertemu dengan banyak orang seperti dia. Aku paham," sahut Plan lagi.
"Baiklah, aku harus pergi. Kelasku sebentar lagi akan mulai," sahut Plan. Ia membuka pintu dan sekali lagi menoleh sambil melambaikan tangannya dan tersenyum.
"Bye," sahutnya.
Mean menganggukkan kepalanya. Dia melihat pintu ruang musik memang tertutup tapi itu berlawanan dengan hatinya yang tengah begitu terbuka karena berbunga-bunga. Ia tak jadi patah hati.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE COLLECTION
RomansaTrack 1 This is a collection of romance short stories. Story cover by peakachupeem