Tiga tahun sudah berlalu. Plan menjadi seorang dosen di sebuah universitas di Jepang. Kedua anaknya sudah masuk sekolah dan keduanya menikmati klub musik dan baseball saat ini.
Tak ada satu pun dari mereka yang mendekati industri hiburan. Mereka menjalani kehidupan dengan tenang dan sederhana. Plan tidak bermain dengan media sosial. Fokusnya hanya pekerjaannya dan kedua anaknya.
Kehidupan Mean sangat bertolak belakang dengan kehidupan Plan. Ia tinggal di rumahnya sekarang. Karirnya semakin meroket dan dari penghasilannya, ia mampu membeli sebuah rumah dan mobil mewah. Ia masih tinggal bersama dengan Kew dengan gayanya yang lebih aneh sekarang.
Kecaman netizen yang bersumber pada IG pribadi dulu membuat Kew ingin memperbaiki tubuhnya, sebab ada banyak netizen yang kritik dan menghina fisik dia yang boleh dibilang di bawah standar. Ia dibandingkan dengan gerabah, perempuan tak punta rupa, tak ada manis- manisnya alias tawar dan mereka bahkan mengatai Mean bahwa ia buta dan diguna-guna sampai-sampai ia meninggalkan Plan untuk seorang Kew.
Kew terlalu mendengarkan ucapan Netizen yang maha benar itu, sehingga ia mulai terpengaruh dan mulai memperbaiki dirinya dengan operasi sana sini.
Mean sudah memperingatkan dirinya bahwa dunia hiburan itu sangat kejam. Ia sebaiknya tak perlu mendengar semua kecaman. Perlahan Kew menjadi bukan dirinya dan ia seperti mengalami depresi dan pada penghujung tahun saat Mean tengah pergi ke Jepang melihat anak-anaknya, Kew mendapat kecelakaan mobil sebab ia menyetir dalam keadaan mabuk.
Mean bergegas kembali dari Jepang dan mengurus semuanya. Kecelakaan itu menewaskan dua orang lainnya dan Mean dituntut untuk membayar ganti rugi. Setelah dua bulan, Kew berangsur sembuh tapi ia harus kehilangan dua kakinya dan mengandalkan kursi roda. Mean harus bertahan dengannya.
"Apakah ini hukuman untukku, Phi Nook?" Mean menangis sambil menggengam gelas whisky di tangannya.
"Bukan, ini kebodohanmu," jaeab Nook dengan kesal.
"Kau serius dengan Kew, bukan? Nikahi saja dia. Kau harus bertanggung jawab," ujar Nook. Itu bukan saran atau pun perintah. Nook hanya ingin mengejek Mean, menumpahkan rasa kesal selama ini kepadanya.
"Aku tak bisa menikahi dia jika di dalam hatiku masih ada Plan. Saat aku bilang tidak ada cinta lagi kepadanya kepada media itu karena aku ingin mencoba melupakan dia dan nyatanya aku tak bisa," sahut Mean dan ia benar-benar menangis.
"Masa bodoh! Aku sudah terlalu sering mengingatkan dirimu. Sekarang terima saja semuanya. Sudah kubilang jangan cerai. Katakan yang sejujurnya kepada Plan. Tapi kau pilih jalannmu sendiri. Makan saja deritamu sendiri. Aku kesal," sahut Nook lagi. Ekspresinya selaras dengan perasaannya saat itu.
"Phi, aku ingin minta maaf kepada Plan. Aku harus melakukan ini," sahut Mean.
"Tolong pesankan tiket untukku," sahut Mean lagi. Nook tak berbicara apa-apa. Dia langsung memesan tiket dan Mean terbang keesokan harinya ke Jepang.
Ia mengajak Plan berbicara dan Plan dengan tenang mendengarkan semua yang ingin dikatakan Mean kepadanya.
"Kau sudah selesai?" tanya Plan saat Mean diam dan hanya menyisip kopinya.
"Uhm," gumam Mean dengan wajah yang sedih.
"Kalau begitu, urusan kita sudah selesai. Mean, aku dan kau sudah tak ada kaitan lagi kecuali anak-anak. Kau dan aku sudah punya kehidupan masing-masing. Masa lalu sudah berlalu dan biarkan saja begitu. Tapi, aku tak akan pernah kembali kepadamu sekalipun kau adalah lelaki terakhir di jagat raya ini. Untuk saat ini aku belum bisa memaafkanmu. Tak tahu di masa depan. Tapi walaupun aku sudah memaafkan, tak berarti kita bisa kembali. Takdir kita sudah selesai saat kau lebih memilih dia. Aku tak terima pengkhianatan dan jika aku menerimamu lagi, aku takut kau akan melakukannya lagi. Ada banyak Kew di masa depan yang akan mengganggumu. Dan aku tak punya kepercayaan diri untuk yakin bahwa kau hanya akan melihatku. Pulanglah! Jangan dipikirkan lagi. Apa pun hal buruk yang terjadi kepada kalian, itu tak ada kaitannya denganku. Meski aku sakit hati, aku tak pernah berdoa agar kalian mendapatkan hal yang buruk. Tak ada secuil pun pikiran buruk dalam hatiku. Bagaimanapun kau ayah dari anak-anakku. Pulang Mean!" Plan menjelaskan panjang lebar.
Itu adalah pertemuan terakhir Mean dengan Plan. Mereka hidup dalam dunia masing-masing.
Mean kembali ke Thailand dan dalam waktu beberapa bulan, ia mendapati berita buruk lainnya sebab Kew bunuh diri karena depresi. Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga, banyak pihak membatalkan proyek dengannya dan ini membuat Mean juga menjadi kehilangan kepercayaan dirinya.
Ia stres dan memilih menghilang dari dunia hiburan untuk sementara waktu dan menghabiskan waktunya di kuil bermediasi dan seolah ia tengah menebus dosa.
Ia menjual banyak asetnya dan kemudian menyumbangkannya ke berbagai yayasan dan sebagian lagi kepada Phi Zanook seperti uang kasih sayang untuknya.
Sebagian besar asetnya memang ia alihnamakan untuk kedua anaknya dan ia tak punya apa-apa kecuali rumah yang cukup untuk dirinya.
Waktu terus berjalan. Ia sekarang hanya menghabiskan waktunya mengajar membaca dan menulis anak-anak yang datang dan pergi ke rumahnya sesuka hatinya. Rumahnya seperti rumah penampungan anak-anak yang diabaikan oleh orang tuanya.
Ia mulai berfokus pada isu anak-anak yang terabaikan dan mulai bergelut di bidang sosial. Karena kepeduliannya, orang-orang di Departemen Sosial meminta Mean untuk menjadi perwakilan mereka dan melanjutkan program mereka.
Mean menyanggupinya. Ia pikir ini jalan terbaik untuk memperbaiki dirinya dan mengisi waktu sepinya. Ia selalu merindukan anak-anaknya dan bahkan sekarang setelah anak-anaknya berusia 18 tahun, ia hanya bisa menatap mereka melalui foto profil mereka dari line. Keduanya sangat gagah dan tampan. Mean patut berbangga untuk itu.
Keduanya tak bermain sosmed sama seperti Plan. Hanya fokus pada pekerjaan dan kehidupan mereka sehari-hari.
Suatu hari, Perth dan Mark mengunjungi Mean. Mean sangat bahagia. Mereka membantu ayahnya kampanye sosial untuk peduli kepada anak dan memperhatikan pendidikan mereka. Mereka berkunjung je berbagai pelosok dan membangun sekolah serta fasilitas bermain.
Saat mereka kembali pulang, kedua anak menceritakan pengalamannya dengan ayahnya dan Plan hanya tersenyum.
"Mae, kau tak ingin kembali kepada Pho. Kurasa Pho sudah menjadi orang yang berbeda sekarang. Berikan ia kesempatan agar kita menjadi keluarga yang utuh," ujar Perth merajuk.
"Iya, Mae. Pho sudah berubah. Dia juga sangat mencintai Mae," ujar Mark.
"Tapi, Mae tidak. Sudah kalian jangan bilang apa-apa lagi," sahut Plan. Ia pergi ke dapur dan menyiapkan makan malam.
"Phi, aku ingin Mae dan Pho bersama lagi. Bagaimana menurutmu?" Mark menatap Perth.
"Sama, tapi Mae keras kepala. Juga, Pho tak akan berani untuk mengusik Mae lagi. Ia bilang kepada kita, Mae sudah menutup pintu hatinya untuk dia, bukan?" Perth menegaskan.
Keduanya mengembuskan napas dan saling menatap pasrah.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE COLLECTION
RomanceTrack 1 This is a collection of romance short stories. Story cover by peakachupeem