Mean meneguk ludah. Plan menanggalkan bajunya di depannya dengan begitu berani. Ia menaiki ranjang mewah Mean dan duduk di sana dengan tatapan yang menggodanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau tak perlu menghampiriku jika yang kau lihat di depanmu tak membuatmu tertarik, Paman," lirih Plan dan ia tersenyum menatap yang saat ini jelas tengah mengatur ketenangan dirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mean meneguk ludahnya sekali lagi. Dadanya kembang kempis. Bagaimana ia akan menahan tubuh yang kemolekannya menyaingi tubuh bidadari.
Mean tak bisa lagi mengelak. Ia membuka bajunya dengan cepat dan kemudian menaiki ranjang mendekati sang penggoda.
"Jangan menyalahkanku. Kau terlalu menggodaku," suara Mean berat. Berahinya sudah memuncak.
"Aku juga ingin menikmatinya, Paman," bisik Plan dan mereka berciuman panas. Sebuah ciuman tanpa rasa malu dengan desahan yang amat panjang dan sensasi kebinalan yang tak tergambarkan dari keduanya.
"Sooo goood!" Keduanya berteriak kompak saat naga Mean memasuki nona Plan. Fantasinya tidak berbohong sebab ia merasakan di bawahnya begitu penuh dan hangat. Sejatinya, saat ini, yang ia selalu lamunkan akan segera menjadi kenyataan.
"Ooooo, ssssh, nnnnngh, you are goood," desah Mean dan mereka berciuman lagi. Keduanya tengelam dalam nikmatnya persetubuhan dan tak ada yang bisa menandingi kekuatan mereka sebab sampai pagi menjelang mereka masih beradu desahan tanpa terdengar napas kelelahan.
"Aaaah, uuuuungh, mmmmph," desah Plan. Ia menunggangi Mean dengan tangan mungilnya menjamah dada dan perutnya yang kokoh.
"Aku sangat menyukainya," desah Plan sambil memasukkan satu jari Mean dan mengemutnya lembut sementara dirinya masih bergoyang di atas Mean.
Mean mendesah panjang. Tangannya yang kekar meremas payudara Plan yang sintal. Ia masih delapan belas tahun lalu mengapa payudaranya begitu bulat seperti seorang perempuan dewasa.
Keduanya ambruk bersamaan bersebelahan dan tertawa menyuarakan kepuasan. Waktu itu pukul 12 siang.
"Makan siang bersamaku. Kita sudah melewatkan sarapan pagi. Kau pasti sangat lapar," sahut Mean sambil membelai wajah Plan. Mereka tidur berhadapan dan membiarkan kedua tubuh telanjangnya terekspos bebas.
Tangan Mean menjulur ke bawah, membelau setiap senti tubuh yang mulus itu tanpa ada keengganan.
"Tidak, aku harus pulang. Ayah dan ibu pasti mencariku," desah Plan. Tangannya juga membelai wajah Mean dan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Mean dan mencium pipi dan bibir Mean hangat.
"Meaan," desah Plan.
Mean membuka matanya saat Plan memanggilnya tanpa embel-embel.
"Sekali lagi, na!" lirih Plan dengan tatapan yang polos tapi memaksa.
Mean tersenyum dan mengangukkan kepalanya. Plan mencium bibir Mean dan mereka berciuman lagi. Mean mendorong naganya ke dalam lubang Plan dan ia menggoyangnya lagi.
"O, Meaaan, lebih kencang! Nnnnnngh, lebih dalam," racau Plan dan Mean melakukannya dan mereka begitu bersemangat sampai kedua bagian bawahnya merasakan kepanasan karena terlalu seringnya gesekan.
Setelah kejadian itu, mereka sering bertemu diam-diam. Di hotel, di vila, di mobil dan di rumah Mean.
Awalnya semuanya murni hanya karena gairah saja dan lama kelamaan semuanya bergeser secara perlahan dan celah perasaan itu keduanya terisi begitu pelan tapi pasti dan kemudian akhirnya mereka saling menyatakan perasaannya masing-masing.
Cinta bersambut dan mereka begitu saling jatuh cinta terlepas dari perbedaan usia mereka yang terlampau jauh. Mean hampir mencapai usia emasnya, 50 tahun dan Plan baru saja berusia 18 tahun.
Tak ada yang peduli soal usia. Keduanya sudah saling menerima dan keduanya merasa sangat cocok luar dan dalam. Namun, Mean harus menunggu sampai Plan selesai sekolah unuk bisa menikah dengannya.
Plan putus dengan Blue. Ia tak mau membohongi lagi dirinya bahwa ia sesungguhnya mencintai orang yang lain dan tak mau lepas darinya.
Saat Plan berusia 22 tahun, Mean Phiravich bertandang ke rumah Ken dan melamar anaknya. Ken kaget bukan main. Meski ia bangga karena ia akan berbesan dengan orang terkaya nomor satu di Thailand, ia harus pastikan perasaan Plan, anak semata wayangnya.
Tentu saja, ia tak akan menyangka bahwa keduanya sudah lama menjalin hubungan di belakang mereka dan Plan pastinya mengiyakannya.
Mereka menikah dengan pesta yang sangat mewah dan setahun kemudian Plan melahirkan anak kembar lelaki yang diberi nama Tee dan Dee.
Begitu. Mean dan Plan hidup bahagia dengan kedua anak mereka.