Hari itu terakhir mereka syuting untuk project promosi kampus yang berupa film pendek. Semua staf dan para pemain yang terlibat sudah saling mengucapkan terima kasih dan meminta maaf sebagai bentuk formalitas akhir sebuah pekerjaan. Yang tersisa hanyalah melihat hasil film yang nantinya baru akan dipertontonkan.
Mean dan Plan juga sama. Mereka sama-sama berterima kasih dan memohon maaf seperti halnya staf lain karena itu akan menjadi kali terakhir bagi mereka berjumpa secara intens.
Tidak mudah melakukan project ini. Tiga bulan mereka harus berkomunikasi, berkompromi dengan banyak hal dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Ada banyak suka dan duka karena mood tidak selalu sama. Jadi, kadang selama proses itu Mean dan Plan juga bergesekan meski tak serius dan bisa diselesaikan dengan cepat.
Selama tiga bulan kebersamaan, Plan menikmati perjalanan dan pengalamannya dengan Mean. Sesungguhnya ia belajar banyak dari Mean. Tentang kuliner, managemen dan Pariwisata. Mean sangat cerdas dan wawasannya yang mendunia karena ia sering bepergian dengan keluarganya membuka mata Plan untuk mengetahui keahlian yang sedang ia geluti.
Plan kagum kepada Mean. Meski ia lebih muda daripada dirinya, sikapnya sangat dewasa dan lembut. Ia suka cara Mean memperlakukan dirinya dan boleh dibilang, jika saja boleh, ia sangat berharap Tuhan bisa menciptakan lelaki seperti Mean untuknya. Tentunya yang sepadan dengannya sebab Mean sangat lah jauh dari jangkauan tangannya. Ia seperti matahari yang berada di atas langit menerangi dunia dan seisinya, sementara dirinya hanyalah sebuah pohon kecil yang tengah berusaha bertahan hidup di antara pohon-pohon lainnya di padang tandus yang haus akan air.
Satu hal yang Plan tak ketahui bahwa selama ini sang lelaki sipit dan karismatik itu ternyata diam-diam juga menyimpan rasa suka kepada Plan. Plan ini bisa dikatakan seperti berlian di dalam lumpur. Meski tak terlihat tapi sinarnya selalu berkilauan.
Mean sangat menyukai kepribadian Plan. Ia ramah dan sopan dan tak banyak bicara. Ia juga cerdas dan kadang-kadang humoris dan itu membuat Mean selalu betah dekat dengannya.
Plan bukanlah seorang Bangsawan tapi semua sikapnya menunjukkan bahwa ia adalah satu di antaranya. Cara ia bertutur dan bersikap mirip seorang ningrat dan ia sangat anggun dan elegan.
Cara ia berdandan juga sangat sederhana dan apik. Selama mereka berinteraksi, Mean tak pernah menemukan Plan memakai baju yang terbuka. Selalu dress atau rok padu padan dengan sweater atau cardigan dan dress atau roknya itu panjanganya di bawah lutut dengan motif bunga atau polka dot, atau polos. Bagian atas pasti menutupi sampai pada bagian lehernya yang jenjang dan mulus.
Sepatu yang ia pakai juga tak banyak modelnya, hanya sneakers, flat shoes, atau kitten shoes dengan warna yang dipadupadankan dengan baju atau hiasan di rambutnya yang panjang.
Pokoknya semua kualitas yang Mean perlukan untuk pendamping hidupnya ada pada diri Plan. Hanya tiga masalahnya.
Pertama, Mean tak cukup berani mendekati Plan. Pasalnya, Plan selalu menghindarinya khususnya setelah selesai syuting dan urusan mereka lainnya. Ia selalu menolak ketika Mean menawarinya minum kopi, makan siang atau mengantarnya pulang.
Kedua, Plan sangat dekat dengan Perth dan saking dekatnya, Mean bahkan berpikir bahwa ada sesuatu di antara mereka. Namun, apa daya. Hati dan naganya terus meronta bahwa Mean sangat menginginkan gadis imut itu.
Ketiga, Plan bukan Bangsawan. Ia sangat pesimis bahwa Plan bisa menjadi calon pendampingnya kelak, kecuali ia bisa meyakinkan keluarganya bahwa Plan adalag orang yang layak untuknya. Ini sangat sulit sebab Mean harus tahu latar belakang keluarganya dan penilaian masyarakan terhadap Plan dan keluarganya. Itulah, istilahnya 3B itu; bibit, bebet, dan bobot.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE COLLECTION
RomanceTrack 1 This is a collection of romance short stories. Story cover by peakachupeem