Plan berjalan menuju ruangan yang diberitahu Zanook dengan sebotol sampanye dan dua gelas khusus untuk meminumnya.
Dia mengetuk pintu dan Mean mempersilakannya masuk.Mata yang sama. Sudah bisa dipastikan bahwa gadis itu adalah perempuan yang memberinya bunga.
"Aku harus berterima kasih karena Khun memanggilku," sahut Plan dengan suara yang lembut dan menggoda. Mean terhenyak melihat senyumannya yang terlampau indah.
"Katakanlah! Khun, ingin aku menarikan apa?" Plan bertanya ramah setelah mereka bersulanh untuk minum sampanye.
"Kau bisa berdansa?" tanya Mean. Ia menatap Plan sambil tersenyum.
"Eh? Permintaan yang cukup aneh, tapi ya, aku bisa," sahut Plan lagi. Ia tak kalah tajam menatap Mean juga sambil tersenyum.
"Anda mau aku berdansa apa? Salsa, Tango, Waltz?" tanya Plan lagi.
"Kau bahkan tahu genrenya. Tapi aku hanya mau dansa untuk pernikahan. Kau paham, bukan?" Mean menegaskan.
"Ah, itu rupanya. Anda benar-benar calon suami yang baik. Benar-benar mempersiapkan semuanya dengan baik," puji Plan.
"Aku tak bisa melakukannya. Aku tidak dilahirkan untuk berdansa," sahut Mean lagi.
"Kalau begitu kuajari," ujar Plan.
"Iya, kurasa itu gagasan yang baik," sahut Mean dan ia berdiri.
Plan mendekati Mean. Ia menyimpan tangan Mean di pinggangnya dan menyatukan tangan Mean yang lainnya dengan tanga Plan. Satu tangan lain Plan beristirahat di dada Mean.
"Kau harus menatap mataku dengan lembut," sahut Plan dengan bahasa Prancis.
"O, kau berbahasa Prancis?" Mean terkejut.
"Gerakan dansa ini muncul pertama kalinya di Prancis. Khun tidak tahu?" Sahut Plan lagi dalam bahasa Prancis.
"Sudah kubilang aky lahir dengan kapasitas seorang pebisnis," ujar Mean mengingatkan.
"Ah, maaf!" Plan memiringkan kepalanya dan meminta maaf dengan cara yang imut. Sang pebisnis yang kini bersentuhan tubuh dengannya itu, sekali lagi harus terpukau.
"Kita bergerak ke kanan dulu langkahkan kaki ke kanan dua kali. Ikuti gerakanku, na!" sahut Plan lagi sambil tersenyum.
"O, Anda hebat! Dua kali berlatih dan langsung ingat semuanya. Kurasa sekarang kita bisa coba pakai musik," sahut Plan.
"O, ada musik?" Mean kaget. Tapi iya mengiyakan dan mereka berdansa.
"Musiknya berhenti. Apa yang harus kulakukan?" tanya Mean lagi sambil menatap Plan.
"Then you kiss the bride," bisik Plan.
"Bukan aku, Khun Phiravich, melainkan your bride," ujar Plan mencegah Mean yang hampir akan menyentuh bibirnya.
"Ah, aku minta maaf. Aku terbawa suasana, kukira," sahut Mean sambil berdehem dan merapikan dirinya dan bersikap agak canggung.
"Ya, tidak masalah," ujar Plan sambil tersenyum.
Mereka duduk lagi berhadapan.
"Kau tampak seperti bukan penari strip tease," ujar Mean sesaat setelah mereka hening.
"Eh, lalu aku tampak seperti apa?" tanya Plan lagi. Ia agak kaget dengan pernyataan Mean.
"Entahlah! Tapi wajahmu tak cocok dengan kehidupan malam," sahut Mean lagi.
"O, begitu! Wah, aku sangat tersanjung. Tapi, kenyataannya aku ada di depan Anda, bukan?" Plan menjelaskan sambil tersenyum dengan ramah.
Mereka menikmati sampanye lagi dan saling menatap sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE COLLECTION
RomanceTrack 1 This is a collection of romance short stories. Story cover by peakachupeem