5. TRUTH

372 49 17
                                    

Pintu rumah Plan diketuk. Ibu Plan membukanya dan Mean berdiri di depannya. Ibu Plan hanya menganga dan tak lama ayah Plan datang menghampirinya dari belakang ibunya.

"Khun mencari siapa?" tanya ayahnya ramah.

"Plan," sahut Mean ramah.

Ayahnya tersenyum. Ia mempersilakan Mean masuk dan membawanya ke halaman belakang.

"Coba lagi, na! Lempar lagi!" suara Plan dengan bahagia tengah bermain bola dengan anak kecil lelaki yang berusia kurang lebih dua tahun.

"Plaaaan!" teriak ayahnya dari ambang pintu.

Plan menoleh dan ia membelalakkan matanya disertai ekspresi kaget di wajahnya. Mean tak kalah kagetnya mendengar anak kecil itu memanggil Plan dengan sebutan Mae dan ia mengamati anak kecil itu dan jelas ia tahu siapa dirinya. Wajahnya begitu mirip dengan dirinya.

"Dia anakku?" Mean menunjuk Tee yang tengah bermain dengan mainan mobilnya di atas rumput di halaman belakang, sementar mereka duduk tak jauh dari anak itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia anakku?" Mean menunjuk Tee yang tengah bermain dengan mainan mobilnya di atas rumput di halaman belakang, sementar mereka duduk tak jauh dari anak itu.

"Iya," sahut Plan pendek. Mean mengembuskan napasnya. Ia masih kewalahan dengan kenyataan bahwa ia sekarang seorang ayah.

"Kenapa kau tak beritahu aku?" Mean memulai lagi percakapan.

"Karena ini masalahku, bukan masalahmu. Kau ingat kau bilang sebelum kita melakukannya malam itu. Kau tak salah. Ini kesalahanku," sahut Plan lagi.

Mean terhenyak. Ia tak menyangkal yang dikatakan Plan kepadanya.

"Aku harus berterima kasih kepadamu," sahut Plan sambil tersenyum. Mean melirik ke arahnya terlihat sangat bingung.

"Karena aku punya dia, aku menjadi bahagia dan hidupku punya tujuan. Dia menbuatku selalu bahagia," ujar Plan lagi.

Mean hanya menatapnya.

"Kau tak perlu khawatir. Aku tak akan meminta apapun darimu. Aku bahagia karena dia berasal dari seseorang dengan kualitas yang baik," sahut Plan lagi sambil tersenyum.

"Tapi, aku merasa bersalah, Plan," sahut Mean.

"Suda kuduga. Kau pasti akan mengatakan itu jika kau tahu dan kau pasti ingin bertanggung jawab. Makanya kularang kau ke sini. Aku sudah memperingatkan dirimu," ujar Plan lagi sambil mengerling.

Mereka diam dan tiba-tiba ayah dan ibu Plan menghampiri mereka dengan pakaian yang rapi seolah mereka akan pergi ke suatu tempat.

"Kalian pergi sekarang?" tanya Plan. Mereka menganggukkan kepalanya dan pamit kepada Mean lalu mencium Tee.

"Mereka mau ke mana?" Mean bertanya setelah mereka pergi.

"Meditasi di kuil sampai besok. Biasanya aku ikut juga. Tapi kau ada di sini. Jadi, aku membatalkan," ujar Plan.

ROMANCE COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang