Mean memarkir mobilnya di sebuah hotel bintang lima. Mereka turun dari mobil dan berjalan ke lobi.
"Tunggu di sini," ujar Mean dan Plan menganggukkan kepalanya dengan wajah yang bingung.
Ia benar-benar akan melakukan dengan lelaki yang sekarang tengah memesan sebuah kamar untuk mereka.
Lelaki yang bernama dokter Mean itu memang tampan tapi ia tak mengenalnya dan bagi Plan bercinta artinya membangun hubungan dalam hati dan pasti disadari cinta.
"Ayo," sahutnya sambil berjalan mendahului dirinya. Plan mengikutinya dari belakang. Mereka memasuki lift dan Sesampainya di kamar, Mean menyuruhnya untuk mandi. Ia menurut dan tak lama berselang ia sudah keluar dari kamar mandi dan sudah berganti dengan piyama hotel.
Giliran Mean mandi. Agak lama, bahkan Plan sempat menikmati pemandangan kota Bangkok pada malam hari melalui jendela kamarnya. Ia kembali duduk di bibir ranjang saat mendengar suaraair berhenti mengalir.
Tak lama kemudian, Mean keluar dari kamar mandi dengan piyama yang sama dan berjalan menuju Plan yang memunggungi dirinya. Ia duduk di sebelah Plan.
"Kau yakin mau melakukannya?" tanya Mean sambil menatap Plan.
"Uhm," gumam Plan sambil melirik sebentar ke arah Mean dan tersenyum canggung.
Mean terhenyak. Saat Plan melakukan itu, ia merasa perempuan itu sangat memukau. Lalu bau apa ini? Saar Mean duduk di sebelahnya, ia mencium bau harum tubuh khas yang Mean pikir adalah parfum.
"Jangan menyesal dan jangan menuntutku jika terjadi apa-apa suatu hari. Riwayatku bersih dan aku menjaga kesehatanku dengan baik. Jadi, jika ada masalah denganmu, itu bukan salahku," ujar Mean menegaskan.
"Aku paham," sahut Plan lagi.
"Siapa namamu?" tanya Mean.
"Plan, Plan Rathavit," sahutnya sambil menundukkan kepalanya.
"Aku Mean. Mean Phiravich," sahut Mean lagi.
"I-iya. Halo," sahut Plan dengan gugup. Mean tersenyum. Ia mengembuskan napasnya. Perlahan tangannya menyibakkan rambut Plan yang panjang dan ia menyentuh kepala dan pipi Plan lembut.
Tatapan matanya begitu tajam mengamati dan menikmati semua kualitas fisik Plan yang kini tengah menunduk malu.
"Kau pakai parfum apa?" lirih Mean. Suaranya menjadi berat dan Plan bisa merasakan wajah Mean yang mendekat.
"Aku tak pakai parfum," jawab Plan dan ia menoleh dengan wajah yang kaget sebab mendapati wajah Mean ada tepat di depannya. Plan menatapnya polos membuat pikiran Mean semakin menggila.
"Kenapa wajahmu terlihat sedih? Kau seperti sedang mempunyai beban dan masalah yang berat," Plan tiba-tiba bertanya sambil masih menatap Mean.
Mean tersentak kaget. Bagaimana seorang perempuan yang bahkan tak mengenalnya bisa membaca pikiran dan isi hatinya. Ia diam dan berusaha membuat dirinya tenang.
Mean termasuk orang yang sangat pintar menyembunyikan emosinya. Dan sekarang, ia seperti ditelanjangi oleh perempuan ini. Bagaimana perempuan ini bisa menembus topeng yang ia pasang dengan susah payah.
Entah kenapa perasaan Plan merasa sedih dan ia begitu terpukul melihat tatapan Mean yang mengandung begitu banyak duka.
"Orang bilang mata adalah jendela ke hatimu," sahut Plan sambil mengelus pipinya pelan. Suaranya pun sangat lembut dan menenangkan.
"Kau ingin menangis?" lirih Plan lagi dengan tatapan yang lembut dan suara yang membuat Mean merasa damai dan nyaman.
Mean kaget. Ia meneguk ludahnya. Entah kenapa lama kelamaan ia tak bisa melihat Plan dengan jelas sebab matanya berembun dan tiba-tiba air matanya mengalir deras.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE COLLECTION
RomanceTrack 1 This is a collection of romance short stories. Story cover by peakachupeem