Pagi itu, Wabisabi, salah satu sekolah SMA elit di Bangkok, dikejutkan dengan kehadiran siswi baru yang bernama Plan Rathavit. Guru memperkenalkan dirinya sebagai siswi pindahan dari Chiang Mai yang mulai hari itu akan bergabung dengan mereka sebagai bagian dari anggota kelas.
Semua yang melihatnya langsung berdecak mengumandangkan suara kekaguman akan kecantikan dirinya yang sudah jelas dan pasti diwariskan dari ibunya.
Ia mengurai rambutnya yang hitam sebahu itu dan menutupi dahi putihnya dengan poni. Wajahnya sangat imut dan bibirnya tipis dan merah, dengan pulasan lipgloss yang tak terlalu kentara dan itu membuat dirinya semakin menawan.Anak perempuan itu berdiri di sebelah gurunya, mengenakan seragam sekolah baru Wabisabi dengan nama lengkapnya yang tertanam pada emblem pada bagian atas dada kanannya.
Ia memakai sepatu hitam, sebuah kewajiban dari sekolah karena semua siswa menggunakan model yang sama, kecuali ukurannya saja yang berbeda, kaos kaki warna putih menutupi betisnya yang indah sampai hampir pada bagin lututnya, layaknya ia adalah pemain sepak bola. Roknya memang di atas lutut hingga kalau saja itu tertebak angin, tak mustahil paha mulusnya akan tersingkap dan tak mustahil pula siapapun yang melihatnya akan dibuat menganga seperti buaya yang siap memangsa.
Hanya satu saja yang semua orang sayangkan. Beberapa dari mereka sudah tahu tentang latar belakang dirinya. Itu karena jauh-jauh hari sebelumnya, si tukang gosip sekolah, Jani berceloteh melalui videonya bahwa akan ada murid baru yang katanya tidak seharusnya diterima di sekolah elit itu kalau saja sekolah itu tidak merasa berjasa kepada salah satu petugas taman yang adalah nenek dari Plan Rathavit.
Ketika sang nenek pensiun, pihak sekolah membolehkan dia meminta satu permintaan. Alih-alih barang atau uang, sang nenek malah menginginkan cucunya bersekolah di sana dan melanjutkan profesinya merawat taman. Sekolah yang merasa bahwa kontribusi nenek Plan begutu besar kepada sekolah akhirnya mengabulkan permintaan itu dan itulah karenanya Plan Rathavit bisa memasuki sekolah elit itu meski ia tak sepadan dengan yang lainnya.
Mungkin itu pula yang membuat binar matanya yang indah terlihat redup dan tak bersemangat. Seolah terdapat sebuah dilema di dalamnya. Dan walaupun itu tak mengurangi kadar kecantikannya, tetap saja, wajahnya yang jarang tersenyum itu memberikan kesan bahwa ia bukanlah seseorang yang ramah.
Kini semua orang di sekolah sudah tahu siapa dirinya berkat Jani si tukang gosip itu. Ia cucu dari tukang merawat tanaman di sekolah. Ibunya bunuh diri saat Plan berusia lima tahun karen depresi ditinggalkan ayah Plan yang kabur dengan perempuan selingkuhannya, seorang pelacur yang menjadi langganan dirinya.
Begitulah, latar belakang hidupnya yang kelam itu membuatnya tak bisa berteman dengan siapa pun di sekolah itu, kecuali tanaman-tanaman di sekitar taman sekolah yang kini menjadi tugas sampingannya selain tugas belajarnya yang utama.
Adalah Mean Phiravich yang juga bersekolah di sana dan merupakan keturunan dari salah satu pendiri sekolah itu sehingga ia begitu ditakuti dan disegani oleh banyak orang. Ia begitu tampan dan karismatik dan kecerdasannya diakui oleh semuanya. Tak ada yang diragukan dari seorang lelaki yang bertubuh tinggi dan tegap itu. Ia adalah gambaran dari sebuah sosok kesempurnaan.
Dia mendapat julukan Prince of Charming, bukan hanya karena kekayaannya yang meyilaukan, tetapi juga karena sikapnya yang tak arogan dan memberikan banyak kesan yang baik bagi mereka yang sebaya dengannya maupun yang lebih tua daripada dirinya. Ini merupakan sebuah gambaran bahwa orang tuanya sudah berhasil mendidiknya.
Mean juga mendengar tentang kabar siswi baru, pindahan dari Chiang Mai dengan segala rupanya termasuk kecantikannya yang menawan. Banyak siswa yang diam-diam mengambil fotonya, tapi tak berani mendekati dirinya atau bahkan berbicara dengan dirinya karena tahu siapa dirinya. Sekali lagi, itu berkat kegigihan Jani si tukang gosip yang telah mengubah imej hampir setiap siswa yang tadinya menyukai kemudian menjadi memilih menjauhi, kecuali Mean Phiravich, tentunya.
Setelah cukup lama ia bergumul dengan sekolah yang membosankan, Mean bisa memastikan bahwa ia juga sama seperti lelaki normal lainnta yang kagum akan kecantikan sang perempuan baru di sekolahnya itu. Mereka tak sekelas, tapi mereka sering berpapasan di lorong sekolah saat Plan menuju kantin, atau perpustakaan atau ruang guru.
Mereka pernah berpapasan langsung di depan toilet juga dan sekali beradu pandangan dan sorot mata Si Imut itu telah membuatnya terseret dalam demam cinta yang tak tertahankan. Jantungnya berdegup kencang dan ia seolah telah termantrai oleh sihir sang gadis sebab wajah Plan kini membuatnya tak bisa berkonsentrasi dalam banyak hal.
Mean ini ketua OSIS di sekolah. Ia diandalkan oleh banyak temannya sebab ia memang bagus dalam mengatur dan mengembangkan sekolah. Ide-idenya selalu cemerlang dan efektif dan bersama teman-temannya, mereka berhasil memberikan banyak prestasi di sekolah.
Tidak ada kesempatan untuk Mean berkomunikasi dengan siswi baru itu sebab Plan tak bergabung dalam klub apa pun. Itu pun karena ia tak tertarik dan ia sudah sibuk dengan tugas mengurus taman sekolah. Selain itu juga, mereka tak sekelas, kecuali takdir membuatnya bersama dalam kelas gabungan setidaknya dan biasanya olahraga.
Dan hei lihatlah bagaimana takdir bergulir dan kemudian membuat mereka akhirnya bisa saling bicara satu sama lain.
Alangkah manisnya!
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE COLLECTION
Roman d'amourTrack 1 This is a collection of romance short stories. Story cover by peakachupeem