Barangkali ia aneh. Bisa jadi ia gila. Mungkin saja ia sakit jiwa. Apapun definisinya, Plan Rathavit hanya ingin menjelaskan situasinya saat ini.
Situasi ini datang kepadanya saat ia berusia delapan belas tahun. Namun, rasa ini sudah mulai mengetuk pintu hatinya perlahan saat ia meniup lilin pada usianya yang dikategorikan dewasa. Dan itu satu tahun yang lalu.
Semua menghadiri acara ulang tahunnya yang ke-17. Pesta yang meriah dan sangat ramai di sebuah hotel dekat pantai. Ia anak semata wayang dari konglomerat terkenal seantero Thailand, Ken Rathavit, orang terkaya kedua setelah Mean Phiravich, keluarga Phiravich.
Semua tamu menikmati pesta itu. Makanan mahal dan bervariasi, minuma keras gratis, dan musik yang sangat menghibur, siapa yang tak mau.
Plan bahagia. Ia menikmati semuanya dan kebahagiaannya lengkap sebab pacarnya, Blue Pongtiwat juga ada di sampingnya.
Mereka meninggalkan pesta dan bercumbu mesra di pinggir pantai dan sempat menyelesaikan dua babak. Namun, alih-alih ia merasakan kepuasan yang hebat dari percintaan mereka, ia merasakan kosong dan hampa belaka.
Sejujurnya, Blue sama sekali tak memuaskan dirinya dan meski ia berteriak keras karena mencapai orgasmenya, ia hanya ingin menyuapi ego sang lelakinya bahwa ia telah dengan bangga bisa membuat kekasihnya itu melenguh panjang.
Setelah mereka bercinta, mereka berpisah dan kembali pada kerumunan teman mereka masing-masing. Plan merasa bosan dengan pembicaraan omong kosong teman-temannya dan jelas ia sudah mengalami semuanya.
Hatinya meronta menginginkan sesuatu yang lebih, tapi ia sendiri tak tahu apakah sesuatu yang ia inginkan itu.
Ia berjalan menyusuri pinggiran pantai dam kali ini sendirian dan tak jauh dari sana seorang lelaki yang seumuran dengan ayahnya berjalan dengan seorang perempuan yang sama sekali jauh dari definisi aduhai.
Mereka berjalan bersebelahan. Sangat jelas sang perempuan menggoda dirinya, bukan hanya dari caranya berdandan dan berpenampilan, melainkan juga dari caranya bersikap.
Sang lelaki hanya tersenyum dan ia jelas tahu usaha sang perempuan dan ia sama sekali tak tergoda. Plan menatap sang lelaki dari kejauhan.
Ia tampan. Tubuhnya tinggi dan tegap dan wajahnya terlihat sangat dewasa dan karismatik. Lihat dadanya yang bidang itu dan perut six-pack-nya itu padahal jelas-jelas ia seumuran dengan ayahnya.
Plan menggigit jempolnya dan tanpa sadar, ia begitu menikmati tubuh sang lelaki itu. Ia meneguk ludah saat ia menatap bagian di antara selangkangannya itu dan berpikir baha ia meskipun hanya sekali, ia sungguh ingin mencobanya.
Berapa ukuran kondomnya? 56 mm. Ia pikir begitu. O, betapa nikmatnya dan penuhnya jika naga itu bersarang di dalam lubangnya. Dan tiba-tiba jantungnya berdebar tak karuan sebab pikirannya yang mulai kotor dan mesum dan gila itu sudah memberikan sensasi yang aneh kepada tubuhnya.
Plan tak percaya dirinya horny karena lelaki itu Ia sadar dan langsung menggelengkan kepalanya dan dengan cepat beranjak dari sana.
Selam setahun Plan hidup dengan fantasinya. Bahkan ketika Blue menindihnya, ia akan dengan cepat memejamkan matanya dan memikirkan lelaki itu di otaknya.
Karena itu saat ini dia bilang kepada dirinya bahwa dia aneh dan gila dan mesum dan sakit jiwa. Dirinya bukanlah penggambaran perempuan baik-baik meskipun di luarnya Plan Rathavit dibalut dengan keanggunan dan keramahan yang luar biasa.
Ia diberkahi dengan wajah yang rupawan dengan rambut yang indah sehingga siapapun yang melihatnya hanya bisa berdecak kagum karena semua tahu Blue Pongtiwat, anak bungsu Bangsawan Pongtiwat adalah pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE COLLECTION
RomanceTrack 1 This is a collection of romance short stories. Story cover by peakachupeem