6. UNITED

388 49 4
                                    

Suatu sore, Plan baru saja selesai dengan pekerjaan tamannya. I tengah merapikan peralatannya dan membawa sebagian bunga yang telah mekar ke dalam mobil golf. Ia kemudian melajukan mobil ke arah Vila dan memarkirnya di halaman.

Plan turun dari mobil dan membawa sekumpulan bunga mawar lalu berjalan menuju ke dalam vila. Ia agak terhenyak sebab semuanya berkumpul di ruang tamu depan dan asyik mengobrol.

"Kau pengurus taman di utara?" Perth berdiri sambil menghampiri Plan.

Ia tahu ia di utara sebab jenis bunga yang ditanam di dalam setiap kawasan berbeda. Dan bunga yang Plan bawa adalah bunga yang ditanam di kawasan utara.

"Iya, Tuan Muda. Maaf, saya akan membawanya kepada Phi New dan Phi Gong," sahut Plan dengan sopan. Ia tahu Mean menatap ke arah dirinya.

"O, bunganya indah sekali!" sahut Por menghampiri Plan.

"Anda mau?" tanya Plan dengan sopan.

"Boleh?" tanya Por sambil tersenyum bahagia.

"Tentu saja boleh," jawab New dari belakang mereka. Mereka menoleh ke arah New.

"Phi, aku ingin memberikan ini," ujar Plan kepada New sambil menyodorkan bunga itu.

"Aku akan bawa sebagian. Sisanya kau buatkan mahkota untuk para gadis," ujar New sambil mengedipkan satu matanya.

"Eh? Kau bisa?" ujar Earth. Dia langsung sejalan ke arah Plan disusul Gun.

"Buatkan aku satu, na!" ujar Earth dengan nada memohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buatkan aku satu, na!" ujar Earth dengan nada memohon.

"Iya, aku juga, mau," ujar Gun.

Mereka duduk mengelilingi Plan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka duduk mengelilingi Plan. Plan mulai memisahkan bunga dan memotongnya menjadi beberapa bagian.

"Apakah Anda juga ingin membuat mahkota?" tanya Plan melihat ke arah Kew sejenak.

"Aku tidak terlalu suka. Itu mainan anak kecil. Aku lebih suka tiara," sahut Kew dengan nada  yang sombong.

"Baiklah," sahut Plan dengan sopan menjawab. Mean menatap Kew dan kemudian menatap Plan.

"Kau bisa membuat hiasan bunga untuk laki-laki seperti untuk tuksedo?" sahut Mean  menatap Plan dengan penuh makna.

"Iya, bisa. Khun mau?" tanya Plan sambil tersenyum.

"Iya, buatkan aku satu," ujar Mean.

"Iya," sahut Plan sambil tersenyum.

Mereka menikmati kegiatan membuat mahkota dari bunga. Earth yang pintar meniru dengan cepat membuat satu mahkota lagi dan memasangkannya di atas kepala Plan.

"O, kau cantik sekali! Kau sudah punya pacar?" tanya Earth menggoda dirinya.

Plan tersentak kaget. Ia menggelengkan kepalanya denga wajah memerah.

"O, kenapa? Kau sangat imut dan cantik. Siapapun yang mendapatkanmu akan menjadi lelaki paling beruntung di dunia," ujar Earth.

"Iya, aku pikir begitu," jawab Mean sambil menatap Plan lagi dengan penuh makna.

"Ayo kita foto bersama. Mana kameramu, Mean, pinjam. Kameramu yang terbaik di sini," sahut Gun.

Mereka lalu berpose. Mean duduk di sebelah Plan dan mereka selfi dengan menunjukkan mahkota bunga dan hiasan tuksedo.

"Baiklah, aku harus ke dapur, menata bunga untuk di beberapa kamar," ujar Plan dengan segera pergi saat sadar memegangi tanganya di bawah meja.

Plan berjalan memasuki perpustakaan. Ia menyimpan bunga yang sudah diberikan vas di meja utama dan tengah asyik menatanya ketika tiba-tiba dua tangan kekar memeluknya dari belakang.

Plan terkejut. Ia menoleh dan mencoba melepaskan diri dari pelukan Mean.

"Meaaan, jangan!" bisik Plan.

"Aku rindu," bisik Mean.

Ia melepaskan pelukannya dan kemudian mencolek hidung Plan dan mengecupnya cepat.

"Jangan di sini!" bisik Plan lagi. Dan ia mendorongnya. Saat kedua tangannya masih menempel di dada Mean dan Mean seolah akan menciumnya, suara Kew terdengar dari jauh berteriak memanggil nama Mean.

Jelas itu suara kemarahan yang amat besar. Ia berjalan menuju Plan dan menamparnya.

"Perempuan jalang!" bentak Kew.

"Dasar pelakor! Tidak tahu malu!" Kampungan!" hina Kew sambil mengambil vas bunga dan melemparnya ke wajah Plan.

"Aw!" Plan berteriak sebab sebagian badan vas bunga mengenai wajahnya. Mean tak sempat melindungi dirinya.

Plak! Satu tamparan mendarat di pipi Kew dari Mean.

"Jangan berani kau menyentuhnya!" nada Mean dingin sejalan dengan tatapannya juga.

"Ada apa ini?" tanya Perth dan yang lainnya menghambur ke dalam perpustakaan.

"Aku tak menyangka kalian saling kenal bahkan punya anak!" sahut Earth.

Mean menjelaskan semuanya. Plan dan Kew ada di sana. Begitu juga New dan Gong.

"Kurasa kalian bertiga harus bicara," sahut Perth.

"Ayo, guys!" Perth mengajak yang lainnya ke ruang yang lain.

Tak lama terdengar teriakan Kew yang menggila diiringi dengan beberapa barang yang terdengar pecah. Setelah itu terdengar tangisan Kew yang memilukan.

"Sepertinya Mean memilih Plan," sahut New.

"Pilihan yang bagus," sahut Earth.

"Iya, aku suka dia," timpal Por.

"Aku ingin melihat anak mereka," sahut Gun dan Perth kompak.

"Ternyata si bedebah sibuk itu bisa menghasilkan selain uang, hahahahhaha!" sahut Mark.

Semuanya tertawa.

Begitulah.

Mean kembali ke Bangkok dengan Plan dan Tee dan ia memperkenalkan keduanya kepada orang tuanya.

Mereka menyambutnya dengan tangan terbuka dan mereka juga bahagia sebab mereka tiba-tiba mempunyai cucu.

Mean dan Plan menikah dengan sederhana. Ia masih bekerja di rumah sakit yang sama dengan Kew dan para perawat sangat kaget saat tahu bahwa istri Mean adalah Plan.

Mereka hidup dengan bahagia. Terlebih, Plan tengah hamil anak kedua setelah pernikahan mereka berjalan tiga bulan. Anak kedua mereka perempuan dan diberi nama Kot. Lengkaplah sudah kebahagiaan keluarga kecil ini.

Jika Anda penasaran di mana Mew berada saat ini, ia bekerja sebagai gigolo di sebuah klub malam kecil di pinggiran kota Bangkok.

Tamat










ROMANCE COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang