05. Mama Mertua.

8.1K 1.1K 34
                                    

05. Mama Mertua.

Lisa memijit tengkuknya, terasa pegal karena latihan taekwondo yang cukup melelahkan sore tadi, berjalan gontai menyusuri gang sepi menuju rumahnya. langit sudah gelap, hanya ada lampu jalanan yang memberi sedikit sinarnya di gang sepi itu.

Takut? Tentu tidak, Lisa sudah bertahun-tahun menggunakan jalur ini untuk pulang ke rumah, ia sudah mengenal seluk beluk tempat ini, lagi pun ia juga pandai melindungi diri dari preman-preman yang menjadi sampah masyarakat.

Ya, intinya ia sudah terbiasa dengan suasana mencekam seperti ini.

Langkahnya terhenti tepat di depan kediaman Papa tirinya, mendorong pagar besi sekuat tenaga kemudian masuk ke pekarangan itu.

"Ma, aku pulang." ujarnya ketika membuka pintu utama.

Beginilah kebiasaan Lisa, orang pertama yang ia cari saat pulang itu adalah Heesun--- Mamanya. Meski tahu kalau Heesun tak akan pernah menyahuti salamnya, ia tetap akan menjalani kebiasaanya itu.

Sampailah ia di tempat ternyaman yaitu Kamarnya sendiri. Cewek itu melempar tasnya ke sembarang tempat, kemudian ikut menghempaskan diri di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang.

Moodnya mendadak buruk, entah lah, jika begini biasanya teman bulanannya akan bertamu. Teman bulanannya ini memang merepotkan ketika bertamu, tapi jika tidak bertamu maka akan membuat Lisa was-was.

Kasurnya terasa bergetar akibat ponsel yang berdering, menandakan ada satu panggilan di sana. Lisa menghela napas sejenak, tangannya bergerak untuk menggapai benda pipih tersebut.

"Hallo?" sapa Lisa dengan suara serak karena terlalu malas untuk berbicara.

"Hallo Sa, Lo udah makan?" suara Jennie terdengar khawatir di seberang sana.

"Belum,"

"Kok belum sih? Makan sana! nanti Magh lo kambuh, kan gue yang repot."

"Iya Jen, bawel ih,"

"beneran ya? Nyokab lo udah masak?"

"Gak tahu. gue ke dapur dulu buat periksa."

"Gak usah di periksa! Gue tahu kok dia males masak buat lo. Denger ya, gue udah nyiapin nasi goreng di tas lo, tadi siang gue sempet beli di kantin, pokoknya harus di makan, jangan lupa lagi! Hargai usaha gue buat jagain lo! BYE!"

Panggilan terputus mengakhiri perbincangan mereka. Jennie memang seperti itu, hampir setiap malam ia menelpon Lisa untuk menanyakan keadaan Lisa, bertanya apakah Lisa sudah makan atau belum, dan bertanya apa Heesun menyiksa Lisa lagi atau tidak, dan jika semua pertanyaannya terjawab, maka ia akan memutuskan panggilan telepon begitu saja.

Lisa menatap ponselnya cukup lama, ponsel usang yang masih layak di pakai menurutnya, benda pipih kesayangannya, sebab ponsel ini merupakan pemberian Jennie waktu SMP dulu, sahabatnya itu rela menabung, tidak jajan selama berminggu-minggu hanya untuk membeli ponsel bekas ini untuk Lisa.

Cewek itu mendudukan tubuhnya, turun dari tempat tidur dan mengambil tas yang sempat ia buang ke lantai, tangannya mengobrak-abrik isi tas itu, mencari sekotak makanan yang di maksud Jennie tadi.

Senyuman terulas di bibir Lisa kala mendapati sekotak nasi goreng yang begitu menggiurkan didalam sana, di taruhnya makanan itu ke atas nakas kemudian berlalu pergi keluar kamar.

Menuju dapur, hendak mengambil piring, sendok serta segelas air untuk keperluan makannya.

"Ssstt ... pelan-pelan Ma, perih."

"Iya, ini udah pelan-pelan kok, lain kali kalau latihan tuh harus hati-hati, biar gak kepeleset lagi, nah kan lutut kamu yang lecet."

"Maaf Ma, lain kali aku bakal hati-hati."

Sweet Struggle [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang