14. Saingan Baru.
Helaan nafas gusar keluar dari pernafasan Lisa berulang kali. Cewek itu menelungkupkan kepalanya di antara lipatan tangan yang ia taruh di atas meja dengan fikiran yang melayang kemana-mana. Di samping Lisa terdapat Jennie yang tengah mengumpati sang guru karena memberi tugas yang sukses membuat kepalanya terasa terbakar.
Buku catatan Jennie sudah menipis sebab lembaran demi lembaran di sobeknya karena kesal, setiap jawaban yang ia tulis selalu salah, sedangkan Lisa sudah menyarankan untuk meminta bantuan dari tante Google, tapi Jennie tetap saja kekeuh ingin mengerjakan tugas itu sendirian.
Lisa sendiri tidak mau mengambil pusing tentang tugasnya itu, bersikap bodo amat dengan apa yang akan terjadi pada nilainya nanti. Berusaha untuk tidak perduli, Lisa lebih memilih menopang dagu sembari melempar pandangannya ke arah jendela, di mana di sana memperlihatkan luasnya lapangan upacara.
"Ah, anjing lah pokoknya. Sel sperma yang jadi janin itu sel sperma pemenang gak sih? Pusing deh." sungut Jennie seraya mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
"Salah," jawab Lisa membuat Jennie berdesis pelan.
"Sok tau lo!"
Lisa menegakkan punggungnya, menatap wajah sangar sahabatnya itu dengan ekspresi datar yang sangat tidak cocok di wajahnya.
"Sel sperma yang jadi bayi tuh bukan sel pemenang, tapi sel yang tersakiti karena di pojokin sama sel lainnya. Karena gak tahan di bully terus akhirnya dia kabur terus salah masuk ke rahim emaknya, makanya pas lahir Bayi nangis karena gak sudi datang ke dunia yang kejam ini."
Rahang Jennie seakan ikut jatuh mendengar penjelasan dari Lisa, penjelasan yang tak pernah ia dengar sebelumnya, cewek itu menepuk jidatnya sendiri.
"Pengen nabok ya Allah."
"Gimana? Jawaban gue bagus 'kan? Iya dong, gue 'kan jenius." Lisa menarik kerah seragamnya ke atas dengan alis yang terlihat naik turun penuh rasa bangga.
"Jenius pala lo!"
Lisa menyengir hingga menunjukan deretan giginya yang rapih sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal, cewek itu menolehkan kepalanya kembali memandang ke arah luar jendela, dan si saat itu pula senyumannya perlahan luntur.
Melihat sesosok pengendara motor yang terlihat tak asing di matanya saat memasuki area parkir, Jungkook? Sedang berboncengan dengan cewek yang pastinya bukan Bona, cewek yang katanya adalah partner olimpiade Jungkook, yang kini di ketahui namanya adalah Shuhua.
Untuk apa mereka berangkat ke sekolah bersama-sama? Jika alasannya menyangkut olimpiade, bukankah itu tak masuk akal? Ya, terkecuali ada hubungan spesial di antara mereka.
Mereka terlihat serius membicarakan suatu hal, entah apa yang di perbincangan Shuhua dan Jungkook. Lisa tidak perduli, yang ia perdulikan mengapa Shuhua bisa sedekat itu dengan Jungkook?
Salah gak sih kalau Lisa cemburu? Sebenarnya salah. Karena Lisa bukan siapa-siapanya Jungkook. Ia tak berhak mencampuri urusan cowok itu, tapi menyangkut perasaan pasti sah-sah saja kalau ia cemburu. Lisa suka pada Jungkook, wajar jika ia cemburu.
"Sa, liatin apa sih?" Jennie mengikuti arah pandang Lisa, cewek itu mengerutkan dahinya tak suka kala mengetahui apa yang menjadi penyebab murungnya sahabatnya itu.
"Kalau gak suka ya gak usah di liatin."
Yang di katakan Jennie memang ada benarnya, Lisa juga tak mau menatap pemandangan tak sedap itu terlalu lama, karena semakin di lihat maka semakin sesak perasaannya. Tapi, hatinya berkehendak lain, matanya terasa gatal ingin memandang ke arah sana, jika tidak di lihat maka ia akan merasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Struggle [SUDAH DITERBITKAN]
FanfictionMenggenggam tangan seorang Jungkook itu rasanya sangat mustahil. Sifatnya yang begitu dingin terkadang membuat Lisa ingin berkata mundur. Hingga kejutan demi kejutan di dapat oleh Lisa dari Jungkook, Lisa tak pernah menyangka, lelaki bak prasasti hi...