34. Jodoh.

5.8K 839 46
                                    

34. Jodoh.

Lisa menautkan kedua alisnya bingung, tidak mengerti dengan maksud Jungkook untuk membawanya ke tempat ini, tempat di mana banyak sekali ponsel-ponsel mahal yang tertata rapih di bawah kaca bening, konter.

Sedangkan Jungkook sendiri masih anteng dengan wajah acuh nan datarnya itu. Cowok itu bahkan tidak perduli saat tangan mungil Lisa menarik-narik pergelengannya untuk keluar dari sana. Lisa yang bingung semakin bertambah bingung saat Jungkook mulai memilih beberapa gawai yang pastinya mempunyai harga yang terbilang tak murah.

Lisa mengedarkan pandangannya ke bawah, melihat berbagai benda pipih yang terpajang rapih bersama harga masing-masing yang sudah tercantum di sana. Cukup lama, hingga akhirnya Jungkook menengok ke arah Lisa yang tengah membulatkan matanya tak percaya melihat angka-angka di papan harga tersebut.

"Lo maunya yang mana?"

"Huh?" Lisa mendongak dengan wajah cengo.

"Lo maunya yang mana?" tanya Jungkook lagi dengan nada yang sengaja di tekan sedikit.

Lisa memasukan tangannya ke saku seragam, guna memeriksa uang jajannya di sana, berselang beberapa detik, ia kembali menengok ke arah Jungkook. "A-aku, gak mau apa-apa, aku mau pulang aja."

Jungkook menghela nafas sejenak, ia tahu kalau Lisa tengah berbohong, terbukti saat cewek itu menatap salah satu ponsel pengeluaran terbaru dengan tatapan berbinar.

"Mbak, saya ambil yang ini ya."

Sontak, Lisa mendongak menatap Jungkook tak percaya. "Tapi, Jung. Hp kamu masih bagus perasaan."

Wanita cantik yang memakai seragam ketat berwarna putih bercampur biru di hadapan mereka tersenyum sembari menganggukan kepalanya mengerti.

"Siapa bilang buat gue? Ini buat pacar gue."

Lisa menggelengkan kepalanya cepat. "Aku gak butuh, Jungkook."

"Tapi gue butuh buat ngehubungin lo."

"Tapi 'kan-"

"Gue gak mau ya nahan rindu cuman gara-gara gak dapat kabar dari lo."

Dan ya, penuturan Jungkook tentu saja membuat Lisa lagi-lagi harus menahan senyum, cewek itu berdecak pelan, merasa kesal pada dirinya sendiri yang terlalu mudah untuk di buat sesenang ini oleh Jungkook.

"Aku heran deh,"

Jungkook menaikan satu alisnya. "Heran apaan?"

"Heran aja, apa cuman kamu, mas pengacara yang jago ngegombal?" mendengar pertanyaan dari Lisa membuat Jungkook terkekeh pelan.

"Gue gak pernah ngegombal, selama ini omongan gue ke elo itu, semuanya jujur."

"Serius?" tanya Lisa dengan senyuman tertahan, jika saja saat ini mereka tidak berada di tempat umum, bisa di pastikan kalau Lisa akan melompat-lompat kegirangan.

"Serius, tapi ...," ujar Jungkook, sengaja menggantungkan ucapannya.

"Tapi apa?"

"Semoga lo gak terlalu berharap sama gue."

Senyuman Lisa memudar. "Lho? Kenapa?"

"Kita gak tau jodoh, Lisa. Gue gak mau liat lo sakit kalo tau kita bukan jodoh. Gue harap, perasaan lo itu gak besar dan gak kecil, secukupnya aja buat gue, khusus buat gue, dan satu-satunya buat gue."

Lisa senang, benar-benar senang, namun sepercik rasa sedih tiba-tiba saja muncul, perlahan menggerogoti hatinya. "Aku gak bisa ngontrol perasaanku sendiri, Jungkook. Aku gak bisa nahan diri buat gak tambah sayang sama kamu."

Sweet Struggle [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang