21. Dia Cemburu?
"Aduuh pak, izinin saya masuk ya, saya janji gak bakal telat lagi!!"
"Gak bisa neng, udah peraturan sekolah yang terlambat gak boleh masuk."
Gerbang sekolah yang menjulang tinggi di hadapannya itu sudah tertutup rapat, menandakan proses belajar mengajar tengah di laksanakan. Lisa mendengus kesal, lagi-lagi ia terlambat, Bus yang selalu di tumpanginya tiba-tiba saja terlambat datang pagi ini, membuatnya juga harus ikut terlambat ke sekolah.
Ia mengangkat tangan kirinya, menatap sebuah arloji kecil yang melingkar sempurna di sana, waktu menunjukan pukul sembilan lewat 30 menit. Itu artinya, jam istrahat akan di mulai beberapa menit lagi. Masih ada kesempatan untuknya agar tak melewatkan mata pelajaran di jam ke dua.
Mulai memutar pikiran, Lisa nampak mengetuk-ngetuk dagunya berusaha mencari akal agar bisa masuk ke halaman sekolah, tidak mungkin ia akan masuk melewati gerbang utama, satpam di sini tak bisa di ajak kompromi. Mungkin, memanjat tembok belakang bukanlah pilihan yang buruk.
"Ya udah deh pak, saya balik ke rumah aja." pamitnya kemudian pergi dari hadapan satpam.
Cukup jauh ia berjalan, SMA Rajawali tak bisa di katakan kecil, membuat Lisa harus rela berjalan sejauh ini agar bisa sampai ke halaman belakang.
Lisa mendongak dengan mata yang menyipit, memerhatikan tembok kokoh yang begitu tinggi hingga membuat penglihatannya terasa silau terkena cahaya matahari. Ia mengalihkan pandangannya pada pohon pelindung yang menghubungkan langsung ke dalam halaman sekolah, pohon itu dapat di gunakannya sebagai jalur masuk ke dalam sekolah.
Lisa menghela nafas sejenak, merentangkan otot-otot beserta persendiannya. Bersiap untuk memanjat pohon tersebut. Hingga aksi panjatnya itu berjalan lancar, Lisa sukses naik ke dahan pohon yang terbilang cukup tinggi, jika soal panjat memanjat jangan tanya lagi, Lisa cukup ahli soal itu, ini bukan kali pertamanya ia terlambat, pohon ini lah yang menjadi penyelamatnya untuk bisa masuk ke pekarangan sekolah.
"Turun gak lo?" pertanyaan bernada tegas itu keluar dari mulut seorang cowok bertubuh jangkung dengan paras yang cukup tampan.
Lisa memutar bola matanya malas melihat cowok itu di bawah sana. "Iya! Tanpa lo suruh juga gue tetep bakalan turun!" cetusnya.
"Ya udah! Turun sekarang!"
"Iya, setan! Kagak sabaran banget sih!" kesal Lisa. Ia mengedarkan pandangannya ke bawah sana, mencari tempat yang cocok untuk mendaratkan tubuhnya secara mulus.
BRUUKKHH.
Lisa menjatuhkan tubuhnya tepat di atas rerumputan tebal, membuat bokongnya tak perlu merasakan sakit ketika menghantam tanah. Ia bangkit, seraya menepuk-nepuk rok abunya guna membersihkan sedikit debu di sana.
"Udah, gue udah turun." ujarnya sekilas kemudian melangkahkan kakinya melewati cowok tadi menuju ke kelasnya.
"Bentar," tahan cowok itu.
"Apalagi sih, tuan ketos?" sungut Lisa.
"Lo terlambat, dan lo harus terima hukumannya."
Lisa menaikkan satu alisnya. "Lo mau ngehukum gue?"
"Lari keliling lapangan, dua puluh kali."
Lisa membulatkan kedua matanya tak percaya, dua puluh kali? Apa ia tak salah dengar? Cuaca hari ini cukup panas, dan Lisa harus mengelilingi lapangan yang luasnya tak bisa di remehkan.
Bisa di pastikan, kulit yang selama ini di rawatnya sebaik mungkin akan hangus karena hukuman bodoh oleh cowok di hadapannya ini yang menyandang gelar sebagai ketua osis di SMA Rajawali, Oh Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Struggle [SUDAH DITERBITKAN]
FanfictionMenggenggam tangan seorang Jungkook itu rasanya sangat mustahil. Sifatnya yang begitu dingin terkadang membuat Lisa ingin berkata mundur. Hingga kejutan demi kejutan di dapat oleh Lisa dari Jungkook, Lisa tak pernah menyangka, lelaki bak prasasti hi...