Z : Tumben?

1.1K 169 72
                                    

13. Tumben?

*****

"Terkadang yang kita inginkan bukanlah yang kita butuhkan."

-Fahriel Zahraan Keano-

*****

SMA MERPATI, 07:15 WIB

Zeline mengatur napasnya yang memburu, karena habis berlari. Hari ini gara-gara macet dirinya jadi telat kembali. Tangannya sedari tadi memegangi lututnya karena capek.

"Nih minum dulu," ujar seseorang sambil menyodorkan air mineral pada Zeline.

Zeline menatap cowok di sampingnya dengan tatapan datar. Ia masih terlalu kesal dengan cowok ini. Zeline merebut air mineral itu dari tangan Keano secara kasar dan meneguknya sampai habis.

"Sama-sama," ujar Keano menyindir Zeline, namun yang disindir hanya cuek-cuek saja.

Beberapa menit kemudian terjadi keheningan di antara keduanya. Keano melirik Zeline yang berkeringat. Keano tersenyum tipis. Gadis itu sangat lucu. "Tumben lo nggak cerewet?"

Zeline menoleh menatap datar Keano. "Ya terus gue harus apa? Katanya lo nggak suka kalo gue ngoceh, sekarang gue diem lo tanyain. Apa sih sebenernya mau lo? Lo tuh kayak mempermainkan perasaan gue tahu nggak? Lo kaya mancing gue buat deketin lo tapi setelah gue berusaha coba buat deketin lo, lo malah ngehindar. Gue capek Ke," cerocos Zeline panjang lebar membuat Keano mengerutkan dahinya bingung.

"Sebenernya yang mempermainkan hati lo itu diri lo sendiri. Coba deh lo pikir, lo deketin gue itu kan kemauan lo bukan kemauan gue. Gue menghindar karena gue nggak suka ya wajar dong. Soal lo sakit hati itu bukan urusan gue kali. Dan untuk gue tadi nanyain lo itu ya gue heran aja, selebihnya nggak. Gue cuma mau ngingetin sama lo. Terkadang apa yang kita inginkan bukanlah yang kita butuhkan. Lo menginginkan gue, tapi mungkin hal itu sama sekali bukan yang lo butuhkan. Lo mencintai gue itu nggak ada manfaatnya."

*****

Zeline menghela napasnya pelan. Mata dan otaknya seperti tidak bisa diajak untuk bekerja sama. Matanya lelah menatap guru lelaki yang sedang mengoceh karena menjelaskan materi dan otaknya yang selalu menolak jika diberi asupan materi. Zeline menatap Stela yang sepertinya sedang serius. "Lo paham?"

Stela menoleh. "Hm."

Zeline mengerutkan keningnya. "Tumben lo paham?"

Stela mengangkat bahunya acuh. "Efek hamil kali."

Zeline kembali menghadap ke depan. Dirinya sudah seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Kalo hamil bisa buat pinter gue juga mau kali, gerutunya dalam hati.

Sudah berulang kali gadis itu menghembuskan napasnya pelan. Zeline mencoba menutup matanya. Siapa tahu ia hanya lelah. Gadis itu perlahan membuka matanya. Namun materi itu tetap tidak bisa masuk ke dalam otaknya. Lagi. Zeline mencoba untuk menutup lalu membuka matanya kembali. Namun nihil. Otaknya tidak mau menerima materi itu.

Zeline mengambil materi yang diberikan Keano semalam. Gadis itu membaca dengan teliti dan cermat. Beberapa menit kemudian, Zeline sudah selesai membaca materi itu. Senyum puas tercetak di wajahnya. Ternyata materi yang diberikan Keano lebih mudah dipahami dari pada materi yang diberikan oleh guru lelaki itu.

"Zeline Jazzayln!"

Zeline mendongak kaget saat namanya dipanggil. "Iya pak? Kenapa?"

"Saya perhatikan kamu dari tadi tidak menyimak pelajaran dengan baik. Coba kamu kerjakan soal ini."

PLIN-PLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang