Z : Arel Rizqi Malik

1K 139 20
                                    

22. Arel Rizqi Malik

*****

Mungkin Tuhan akan membalas doamu hari ini, besok atau nanti. Karena semuanya butuh proses dan waktu.

*****

"Alyn, bangun dong."

Zeline menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. "Diem lo! Ganggu orang tidur aja!" sentak Zeline kasar pada orang yang berani-beraninya menganggu tidur nyenyaknya.

Orang itu terkekeh. "Kebo banget kamu Alyn."

Tunggu. Suara itu? Nama panggilan itu?

Zeline lantas langsung terduduk. "IKY?!" pekiknya.

"He'em. Di sini, kenapa?" tanya Arel sambil mengacak-acak rambut hitam milik Zeline.

Zeline mematung. Ini seperti mimpi. Ia yakin dalam beberapa hari ke depan, hidupnya sudah berubah. Arel Rizqi Malik. Calon tunangannya sekarang berada di hadapannya sedangkan hatinya sudah untuk yang lain. Lagi, serumit inikah?

"BUNDA! HIKS, GAK! JANGAN KUBUR BUNDA! BUNDA, JANGAN PERGI!"

Teriakan histeris itu membuat siapa saja yang mendengarnya hancur. Gadis itu Zeline Jazzalyn, terduduk di tanah menatap jenazah sang bunda yang akan di makamkan. "Bunda jangan pergi," lirihnya dengan tubuh yang bergetar.

"Zeline ikhlaskan nak," ujar Sophia yang ada di sampingnya.

Zeline menggeleng. "Bunda, NGGAK HIKS! JANGAN!"

Pras diam menatap anak semata wayangnya yang terus menangis dan meronta-ronta. Eyang Wati, Alice, dan Kevin hanya bisa menatap Zeline sedih. Hanya Almond yang tidak ada di sana karena pria itu sedang mengurus bisnisnya di luar negeri.

Bruk!

"ZELINE!"

Zeline ambruk saat jenazah sang bunda sudah tak terlihat lagi. "Biar saya saja Tante."

Arel yang melihat Zeline pingsan langsung menggendong Zeline lalu membawanya menuju mobil.

Skip.

Sesampainya di rumah, beberapa orang terlihat terkejut saat Arel turun dari mobil dengan menggendong Zeline. Mbok Asri mengikuti Arel dari belakang. Wanita tua itu terlihat sangat panik.

"Mbok, ada minyak kayu putih?" tanya Arel.

"Sebentar den, saya ambilkan dulu."

Arel mengangguk. Matanya menatap wajah pucat milik Zeline. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Zeline. "Cepet bangun Zel. Gue sayang lo. Tidak lebih, hanya sekedar seorang kakak yang sayang ke adiknya," ujarnya sambil mengecup kening Zeline sayang.

"Ini den," kata Mbok Asri datang tergopoh-gopoh sambil membawa minyak kayu putih sesuai dengan yang Arel minta.

Arel mengusapkan sedikit minyak kayu putih ke tangannya dan mendekatkannya di hidung Zeline. Tak butuh waktu lama, Zeline melenguh. Gadis itu perlahan-lahan membuka matanya dan menatap Arel berkaca-kaca. "Hiks, BUNDA! NGGAK! BUNDA NGGAK BOLEH PERGI! AREL! BUNDA HIKS!"

Arel membawa tubuh rapuh Zeline ke dalam pelukannya. "Tante Almira udah nggak ngerasain sakit lagi Zel, dia udah tenang di sana. Stop nangis, nanti Tante Al malah makin sedih."

Zeline hanya bisa terisak. Mata gadis itu sembab. Arel mengelus punggung Zeline. "Udah ya jangan nangis, cup cup," kata Arel sambil menghapus air mata Zeline.

PLIN-PLAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang